Sampai Tua "Bapak Gizi Indonesia" Suka Berenang
"Bapak Gizi Indonesia" ini hobi berenang dan pernah memimpin persatuan renang Indonesia. Di usia senjanya masih kuat berenang lama.
SEDARI muda, Poorwo Soedarmo yang dikenal sebagai “Bapak Gizi Indonesia” menggandrungi olahraga. Bermacam olahraga dia senang memainkannya.
Selain renang, dia juga menggemari atletik. Dalam atletik lompatannya melampaui tinggi tubuhnya. Lalu, tenis. Saking gandrungnya tenis, dia rela ikut turnamen dari satu kota ke kota lain. Dalam sepakbola, Poorwo menjadi salah satu pemain di kampusnya ketika kuliah kedokteran di STOVIA.
Olahraga yang memacu adrenalin seperti berburu pun Poorwo senang. Demi berburu, Poorwo bersama anak laki-lakinya rela melewati hamparan lumpur untuk menembak burung atau bebek.
Namun, hanya renang yang kemungkinan diseriusi Poorwo. Suhadi Hardjo putranya tahu bagaimana Poorwo berenang.
“Sering saya mengamati Papa dengan penuh bangga, bagaimana ia mampu berenang panjang kolam 50 meter, bolak-balik tanpa henti paling tidak selama setengah jam,” kenang Suhadi Hardjo dalam testimoni di otobiografi ayahnya, Gizi dan Saya.
Poorwo yang memfavoritkan crawl alias gaya bebas dalam renang, ketika menjadi dokter di Toboali, Bangka, sering pergi berenang. Anak-anaknya pun diajarinya renang. Suhadi salah satunya, yang juga menyukai gaya bebas. Sebagai perenang gaya bebas, Suhadi pernah dua kali mewakili kontingen renang DKI Jakarta dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) 1951 di dan PON 1953.
“Pada kurang lebih tahun 1950 kami masuk perkumpulan renang Tirtakencana dan Papa menjadi ketuanya. Kemudian Papa berusaha untuk mendirikan sebuah organisasi renang top yang bertaraf nasional yang akan diberi nama (Perkumpulan Berenang Seluruh Indonesia, yang sekarang PRSI),” aku Suhadi.
Kini, PRSI dikenal sebagai Akutik Indonesia. Poorwo Soedarmo menjadi ketua Persatuan Renang Seluruh Indonenesia dari 1951 hingga 1953, tahun di mana dia juga dipercaya mengepalai Lembaga Makanan Rakyat (LMR). Setelah 1954 hingga 1968, organisasi ini dipimpin oleh Letnan Kolonel –belakangan letnan jenderal– Dadang Soeprajogi (1914-1998), kakek dari gitaris Aria Baron.
Ketika mengepalai perkumpulan renang, Poorwo bukan sekadar menjadikannya ajang “gagah-gagahan”. Pembinaan serius diperhatikannya. Untuk mengadakan kursus wasit renang, Poorwo menggandeng perenang Belanda.
Mengurusi organisasi renang dilakukan Soedarmo d isela-sela kesibukannya sebagai ketua LMR. Kunjungan kerjanya ke daerah-daerah untuk mengurus gizi rakyat dia selingi dengan mendatangi perkumpulan renang di daerah setempat. Koran De Locomotief tanggal 5 Maret 1952 menyebut dia meminta daerah Malang untuk mengadakan kejuaraan renang setelah Solo dianggap tak mampu.
Perumus “Empat Sehat Lima Sempurna” itu juga berharap ada wakil Indonesia dalam kejuaraan renang di olimpiade. Perenang yang berhasil diantarnya ke Olimpiade di Helsinski 1952 adalah Soeharko. Meski tidak juara karena memang targetnya tidak untuk jadi juara, setidaknya Soeharko mewakili Indonesia dalam kancah internasional itu.
Setelah tak menjadi ketua organisasi renang, Poorwo tetap berenang. Itu dilakukannya bahkan hingga di usia senjanya setelah pensiun. Tentu anak-anak atau cucu-cucunya menemaninya ke dan dari kolam renang. Demi berenang setelah pensiun, Poorwo tidak gengsi naik bus kota.
“Pada umur sekitar 85 tahun Papa juga masih terlihat secara teratur menelusuri panjang kolam renang di daerah Kemang. Gayanya selalu khas seperti dulu, yaitu tidak mengikuti kaidah gaya renang prestasi. Dengan cara itu paling sedikit Papa mampu renang 10 kali bolak-balik (400 meter) dan be berapa kali dalam seminggu,” ingat Suhadi.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar