Uang Tak Bisa Membeli Kebahagiaan
Pengalaman hidup Oei Hui Lan, anak raja gula terkaya di Asia Tenggara, di antara kemeriahan yang berakhir dalam kesepian.
Aviani Malik, pembaca berita Metro TV, terpesona pada sosok Oei Hui Lan (1899–1992). Baginya, Oei Hui Lan mengenyahkan gambaran miring tentang perempuan kaya: manja dan tak punya kepedulian sosial. Tak hanya membaca otobiografinya, No Feast Last Forever, Avi juga menyambangi situs bersejarah peninggalan keluarga Oei Tiong Ham di Semarang.
Oei Hui Lan, putri Oei Tiong Ham, taipan gula tersohor dari Semarang pada abad ke-19. Menikah dengan Wellington Koo, duda berusia 32 tahun, orang terpenting kedua setelah Menteri Luar Negeri Lu Zheng Xiang untuk urusan diplomasi Tiongkok. Kalau bukan karena paksaan Goei Bing Nio, ibunya, Oei Hui Lan tak pernah berniat menikahi Wellington.
Sebagai seorang istri diplomat sekaligus anak raja gula terkaya di Asia Tenggara, Oei Hui Lan bergaul dengan kalangan papan atas di Eropa. Berpesta bersama para bangsawan, mulai Ratu Victoria sampai Ratu Belgia, sudah jadi hal biasa.
Baca juga: Oei Tiong Ham, Si Manis dan Letnan Tionghoa
Duka mendera saat ayahnya wafat. Anak keturunan dan gundik-gundik Oei Tiong Ham berebut warisan. Saling menggugat. Terlibat konflik berkepanjangan. Kendati memperoleh bagian warisan terbanyak, tak lantas membuat Oe Hui Lan bahagia.
Derita Oe Hui Lan semakin lengkap karena dia bukan satu-satunya perempuan dalam hidup Wellington Koo. Ditemui di sela-sela kesibukannya liputan dan membawakan program berita di Metro TV, Aviani mengemukakan kenapa dia memilih Oei Hui Lan sebagai tokoh idolanya.
Sejak kapan mengenal sosok Oei Hui Lan?
Pertama kali aku kenal dari bukunya, No Feast Last Forever, yang mengisahkan jatuh bangun kehidupannya. Aku juga pergi ke Semarang, ke bekas rumahnya Oei Tiong Ham, ayahnya Oei Hui Lan. Sedih banget, sudah banyak yang rusak dan tak terpelihara.
Apa alasannya mengidolakan dia?
Buat aku dia perempuan tangguh, perempuan kuat. Dia anak orang kaya, bergelimang harta sejak kecil. Tapi tidak membuatnya jadi perempuan lemah. Dia juga perempuan yang cerdas, pandai bergaul dan menguasai banyak bahasa, seperti Inggris, Prancis, Mandarin, dan bahasa Indonesia.
Baca juga: Auw Tjoei Lan, Musuh Para Mucikari
Adakah alasan lain?
Dia anak orang kaya dan istri dari pejabat tinggi, tapi tetap punya kepedulian sosial. Waktu dilanda Perang Dunia II, Oe Hui Lan jadi tenaga sukarelawan untuk Inggris. Peranannya itu sampai membuat Oei Hui Lan dapat penghargaan dari Kerajaan Inggris.
Pesan apa yang Anda petik dari kehidupan Oei Hui Lan?
Uang tidak bisa membeli kebahagiaan. Oei Hui Lan adalah gambaran perempuan yang tegar dan kuat, yang tetap memiliki kepedulian terhadap lingkungan sekeliling dia. Sebisa mungkin dia memiliki peranan agar berguna buat masyarakat luas.
Baca juga: Auw Tjoei Lan, Pelindung Kebajikan
Apa yang membuat Anda terinspirasi dari sosoknya?
Dia perempuan yang pandai bersyukur. Tak pernah menyesali apa yang telah dijalani. Sebetulnya dia bisa nekat menolak perjodohan dengan Wellington Koo, tapi akhirnya dia memilih menerima pinangan Wellington Koo walau harus meninggalkan kekasih di masa mudanya.
Ketika Oei Hui Lan bukan perempuan satu-satunya dalam hidup Wellington Koo, dia pun tak pernah menyesali walau akhirnya berpisah. Oei Hui Lan bagi aku figur perempuan yang bisa beradaptasi dalam suasana apa pun. Bahkan ketika dia mengalami masa kesepian di masa akhir hidupnya. Pokoknya gila banget lah dia.
Tambahkan komentar
Ceritanya singkat
Belum ada komentar