Terompet sebelum ada Tararara
Sebagai alat musik tiup yang populer, terompet punya sejarah cukup panjang.
TIUPAN terompet yang dimainkan Zhao Lei dalam lagu “Time of Our Lives” sedang digandrungi khalayak media sosial Indonesia. Selain memainkan terompet, Zhao Lei juga menjadi penyanyi pengiring grup idol R1SE.
Terompet tiga tombol atau katup (pulp) yang dimainkan Zhao Lei adalah alat musik tiup modern selain tanjidor (tehyan) yang ditiup-tiup Mandra dan Atun dalam serial Si Doel Anak Sekolahan. Semua alat tiup disebut orang awam sebagai terompet. Namun dalam dunia musik modern, apa yang disebut terompet adalah alat tiup logam (brass) dengan tiga katup yang corongnya depannya berdiameter 10 cm. Terompet tiga tombol berkembang pada awal abad ke-19. Dalam kelahiran terompet modern, beberapa orang bekerja secara kolektif.
“Terompet berkunci (keyed bugle) ditemukan Kolbel dari Saint Petersburg pada 1760. Alat ini segera terganti sekitar 1815 oleh yang bertombol piston, penemuan Blumel, seorang pemain oboe dari Silesia. Stelzel yang membeli paten tersebut, menambah katup kedua. Pada 1830 Muller menambah katup ketiga,” catat Richard Colwell dan Michael Hewitt dalam The Teaching of Instrumental Music.
Namun penyempurnaan tak berhenti di tangan Muller. “Sampai sekitar tahun 1846 bagian bawah katup masih digunakan sebagai jalur angin, sehingga mengurangi nada,” catat David James Blaikley dalam A Descriptive Catalogue of the Musical Instruments Recently Exhibited at the Royal Military Exhibition, London, 1890.
Kondisi itu lalu diatasi dengan membatasi jalur angin di bawah katup. Tentara Perancis menggunkan terompet yang ini. Kendati begitu, penyempurnaan masih terus berjalan.
“1855: Cornet ditemukan di Perancis oleh Antoine Courtois,” catat Frank Cappelli dalam The Trumpet (2009).
Cornet amat mirip dengan terompet modern yang dimainkan Zhao Lei namun lebih gemuk. Courtois membangun industri alat musik tiup ini meski nada dasarnya agak berbeda dari terompet sekarang yang terompet Bb. Courtois membuat terompet F.
Sejarah bentuk trompet memang meliuk-liuk seperti bentuk trompet itu sendiri. Akhirnya, terompet Bb buatan Besson (yang didirikan Gustaav August Besson pada 1837) yang dijual pada 1910 dan Booster Trumpet Model Cornet yang diproduksi Conn pada tahun 1910 adalah yang paling mirip dengan kebanyakan terompet sekarang.
Waktu Conn dan Besson memproduksi terompetnya yang mirip dengan terompet sekarang, Louis Armstrong (1901-1971) masih seorang bocah yang hidup dalam kemiskinan. Morris Karnoffsky, majikannya yang Yahudi, membantunya membelikan terompet pertamanya. Masa remajanya yang kacau Louis coba imbangi dengan belajar terompet ke sana kemari. Dia tergabung dalam sebuah brass band sejak umur belasan tahun dan memainkan jazz dengan terompetnya. Hingga tua dia masih bermain terompet dan makin mendunia berkat lagu “What a Wonderful World” (1968), tiga tahun sebelum kematiannya.
Dizzy Gillespie lahir ketika Louis Armstrong belum terkenal. Selain punya terompet yang bentuknya berbeda dari termpopet kebanyakan, pria dengan nama lengkap John Birks Gillespie (1917-1993) itu punya cara meniup terompet yang berbeda. Jika peniup terompet lain corongnya ke depan, terompet Gillespie ke atas. Jika peniup terompet lain pipinya stabil ketika meniup, pipi Gillespie mengembang seperti balon. Selain keduanya, ada Miles Davis (1926-1991). Ia peniup terompet paling dikenal di jagat musik pop. Selain dalam musik jazz, pemain terompet muncul pada band ska dan bigband macam Chicago (Lee David Loughnane) atau The Rollies (Gito Rollies).
Di Indonesia, Eric Awuy mungkin pemain terompet paling terkenal. Dia kerap menjadi juri kontes Marching Band Indonesia. Marching Band adalah kelompok musik yang terdapat beberapa pemain terompet di dalamnya. Terompet selain hadir dalam band jazz, terdapat pula dalam korps musik (korsik) atau satuan musik (satsik) di militer. Saking populernya, terompet sampai dijadikan logo untuk klakson pada kendaraan-kendaraan bermotor.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar