Jatuh Bangun Juragan Tembakau Bule
Namanya diingat di beberapa tempat bersejarah di kota Medan, Jacob Nienhuys menjadi pelopor perkebunan tembakau di Medan dan sekitarnya.
TEMBAKAU adalah hidupnya. Terlahir di Rheneen pada 15 Juli 1836 sebagai anak seorang pedagang tembakau di Amsterdam, Jacobus Nienhuys setelah remaja juga tertarik dengan tembakau. Maka setelah tak puas dengan toko ayahnya, dia lalu bekerja untuk perkebunan tembakau di Rheneen. Tujuannya belajar lebih banyak soal tembakau selain untuk mengumpulkan tabungan.
“Saya menabung setiap sen, dan ketika saya punya cukup uang untuk membiayai perjalanan ke Hindia,” kata Jacob Nienhuys dalam koran Het Nieuws van den dag van dinsdag tanggal 17 Agustus 1926.
Berbekal tabungannya itu, dia naik kapal dengan tiang tiga menuju Hindia Belanda. Delapan puluh dua hari dalam pelayaran, Jacob tiba di Jawa pada 1859.
Seperti kebanyakan perantau lain, mencari kerja adalah hal pertama yang dilakukannya ketika baru tiba di Batavia. Ke sana-kemari Jacob mencari pekerjaan hingga orang Eropa yang melihatnya menjadi bosan.
Baca juga:
Akhirnya, usahanya bukan tanpa hasil. Dia dipekerjakan di perkebunan tembakau milik Nicot. Dari sana, dia mendapat upah 75 gulden tiap bulan. Sebagian gajinya tentu ditabungnya.
Jacob berpindah dari satu perusahaan perkebunan ke perusahaan perkebunan lain. Dengan ketekunan dan keahliannya soal tembakau, dalam hitungan tahun Jacob dipercaya menjadi administrateur (semacam direktur).
Namun, kegagalan bukan tidak pernah mendatanginya. Koran De Maasbode tanggal 5 Mei 1938 menyebut setelah keluar dari perusahaan Vincent Farensbach pada 27 September 1861, Jacob dipercaya perusahaan Arendsburg untuk mencari lokasi perkebunan tembakau yang baik. Jacob gagal memenuhinya. Perusahaan tempatnya bekerja pun merugi 36.000 gulden.
Jacob yang menganggur, akhirnya tertolong dengan perkawanannya yang luas. Salah seorang kawan dekatnya adalah orang Arab bernama Said Abdullah Bilsaghi. Ada yang bilang Said yang sudah bertahun-tahun tinggal di Jawa itu berasal dari Surabaya. Namun yang pasti, Said adalah ipar Sultan Mahmoud yang bertahta di Kesultanan Deli. Said suka bercerita tentang Deli yang luar biasa berikut peluang bisnis yang dimilikinya.
Baca juga:
Cerita Said mendorong Jacob bersama dua kawan bisnisnya kemudian naik kapal Josephine ke Pantai Timur Sumatra pada 1863. Jacob tentu membawa bibit tembakau. Setibanya di Deli, kedua kawan Jacob langsung membuat perjanjian sewa lahan dengan Sultan Mahmoud yang ipar Said tadi.
Setelah tiga minggu di Deli, kedua kawan Jacob pergi sementara dirinya tinggal dan mulai menanam tebakau dengan bantuan orang setempat yang belum mengenal tembakau sebelum Jacob datang. Di sana, Jacob harus menjadi dokter dan polisi serta hakim bagi para kuli yang jumlahnya lebih dari 100 orang.
“Aku tahu bahwa para kuli itu baik terhadapku,” aku Jacob.
Jacob berusaha membuat kuli-kulinya tidak iri padanya. Caranya dengan membayar upah mereka tepat waktu, bahkan dia rela membayar di muka.
Awalnya, upaya perintisan usaha kebun tembakau itu cukup melelahkan Jacob. Pun dia harus rela hanya bisa makan nasi dengan lauk ayam serta buah-buahan lokal. Kala itu belum banyak orang Eropa di sana.
Usaha awal Jacob juga tidaklah manis. Pengiriman tembakau dari Deli yang pertama, sebanyak 50 bungkus ke Eropa, berbuah menjadi kabar buruk. Jacob dan kawan-kawan merugi. Jacob yang dipecat pun lalu pulang untuk rehat di tanah airnya.
Baca juga:
Di Belanda, Jacob bertemu dengan C. Clemen dan P. Janssen. Keduanya membuat Jacob berani kembali ke Deli dengan suntikan modal baru sebesar 10.000 dolar. Maka pada akhir 1867, Jacob memulai usaha tembakau lagi di Deli.
Tinggal di Kampung Mabar, Jacob lalu mengontrak tanah dari sultan untuk jangka waktu 99 tahun. Di sanalah dia memulai lagi perkebunan tembakau.
Penanaman tembakau yang dilakukannya kali ini telah menghabiskan uang sekitar 30.000 gulden setelah dipanen. Namun keseluruhan hasil panennya yang dijual di Amsterdam rupanya dihargai 67.000 gulden. Jacob untuk besar. Kepercayaan pemodal pun bertambah padanya. Modal besar lalu digelontorkan pada Jacob berupa pendirian sebuah perusahaan pada 28 Oktober 1869. Diberi nama NV Deli Maatschappij, perusahaan itu mendirikan sebuah kantor di lahan perkebunannya.
Laba yang besar dari jualan tembakau membuat tahun-tahun berikutnya perkebunan-perkebunan tembakau menjamur di Deli. Kuli-kuli baik dari Tiongkok maupun Jawa berdatangan ke Deli. Walau tak banyak, orang Eropa yang tinggal di perkebunan-perkebunan Deli juga bertambah. Pun orang-orang dari bagian lain di daerah Sumatra Utara, bahkan dari India. Kehadiran mereka itu lalu membentuk kota baru yang sekarang menjadi kota Medan.
Seiring majunya bisnis Deli Maatschappij, Jacob juga juga semakin kaya. Ketika akhirnya pulang ke Belanda untuk menikmati hidupnya, dia sudah kaya raya hingga dijemput ajal pada 27 Juli 1927.
“Pergi ke Hindia dan kembalilah dalam keadaan kaya, kaya raya!” demikian ucapan yang sering dikeluarkannya.*
Tambahkan komentar
Belum ada komentar