SEBUAH sarung tinju merah lusuh yang pernah dikenakan Muhammad Ali pada 1963 masuk Rumah Lelang Stuart Bull Auctions. Walau hanya sebelah, diyakini memorabilia penting petinju legendaris bernama lahir Cassius Marcellus Clay Jr. itu bakal laku puluhan miliar rupiah.
“Kami meyakini itu sarung tinju Cassius Clay paling penting yang pernah dipakainya. Setahun kemudian ia mengubah namanya jadi Muhammad Ali, jadi jika bukan karena sarung tinju ini mungkin kita takkan pernah mendengar tentang dia,” klaim Stuart Bull, direktur sekaligus pemilik rumah lelang itu, dikutip BBC, Senin (30/9/2024).
Untuk bukti otentiknya, rumah lelang itu menyertakan 65 halaman dokumen riset provenance (asal-usulnya). Mengutip laman resmi rumah lelangnya, sarung tinju yang hanya sebelah kiri itu bermerk Baily’s yang jadi apparel resmi pertarungan Clay alias Muhammad Ali kontra Henry Cooper di Stadion Wembley, 16 Juni 1963.
“Saya menyatakan sarung tinju ini asli. Saya selalu menyadari signifikansi, keamanan, dan asal-usulnya,” ungkap mendiang Richard Mayers, eks-managing director Baily’s, dalam rangkuman dokumennya.
Baca juga: Narasi di Balik Jersey Legendaris Magic Johnson
Pasca-pertarungan, sarung tinju sebelah kiri yang dipakai Clay itu mengalami kerusakan dan dikirim balik ke pabrik Baily’s di Glastonbury. Selain diinspeksi kembali, sarung tinju itu juga dites kembali di lab pabrik.
Setelahnya, sarung tinju itu disimpan oleh Mayers. Pada 1980-an ketika Mayers bertemu Cooper, ia meminta Cooper menandatanganinya dan baru tahun ini oleh keluarganya dimasukkan ke Rumah Lelang Stuart Bull Auctions.
Menilik laman rumah lelangnya, sarung tinju itu dilelang mulai dengan angka 500 ribu poundsterling (sekitar Rp10,1 miliar). Bull sang pemilik “pede” sarung tinju itu akan bernilai lebih dari 4 juta pounds (Rp81,1 miliar). Lelangnya dilakukan secara daring dalam rentang 30 September-31 Oktober 2024.
“Memorabilia olahraga seperti ini harganya bisa meroket, terlebih pasca-wafatnya Muhammad Ali (3 Juni 2016). Kami percaya harganya bisa sampai enam digit. Kami bahkan yakin akan laku sekitar 4-6 juta pounds, atau bahkan lebih,” tandas Bull.
Tumbang dan Bangkit untuk Menang
Duel melawan Cooper merupakan pertarungan ke-19 di tahun ketiga karier profesional Ali kala mendaki tangga peringkat WBC dan WBA. Duel perdana di ring beratap terbuka pertama dalam 28 tahun terakhir itu jadi salah satu dari empat momen Ali pernah tumbang di atas ring.
“Terlepas dari daya tahan dan skill tinjunya, hanya empat kali Muhammad Ali pernah tersungkur. Empat petinju yang pernah menumbangkannya ke kanvas adalah Sonny Banks (1962), Henry Cooper (1963), Joe Frazier (1971), dan Chuck Wepber (1975),” tulis Ralph Oates dalam Muhammad Ali: The Man Who Changed Boxing.
Laga pada 18 Juni 1963 itu digelar hanya selisih sebulan pasca-Ali menang angka lewat pertarungan sengit kontra Doug Jones, 13 Maret 1963. Saat itu, Ali berada di peringkat 3 kelas berat WBA/WBC, sementara Cooper di peringkat 6.
Baca juga: Sebelum Muhammad Ali Unjuk Gigi
Di masa itu, Ali sudah mulai gemar melontarkan serangan-serangan urat syaraf jelang pertarungan kepada petinju asal Inggris itu. Kelak aksi-aksi provokatif semacam itu diikuti para atlet lain untuk memviralkan pertandingan dalam konteks sportainment.
“Cooper itu gelandangan, seorang begundal dan orang cacat yang bahkan tak pantas jadi lawan latihan saya,” ledek Ali, dikutip Don Atyeo dalam Muhammad Ali: The Glory Years.
Saat itu manajemen Ali memandang sebelah mata pada Cooper. Ali mulanya menganggap Cooper sekadar jadi laga “pemanasan” sebelum ia meladeni Sonny Liston yang terjadwal pada 25 Februari 1964 guna memperebutkan empat gelar kelas berat dunia sekaligus: The Ring, NYSAC, WBA, dan WBC.
“Biarkan saja ia sesumbar. Saya tunggu di gerbang (ring tinju, red.). Ia begitu untuk menjual tiket dan memberikan saya pendapatan yang bagus,” Cooper merespons.
Atyeo mencatat, duel di Wembley itu dipenuhi 35 ribu penonton. Adapun Anthony O. Edmonds dalam Muhammad Ali: A Biography justru mencatat penontonnya membeludak hingga 55 ribu orang.
Baca juga: Mula Sportainment & Duel Selebriti di Arena Tinju
Terlepas dari itu, Cooper mampu memberi kejutan sejak ronde pertama. Pantang gentar dengan reputasi lawannya, Cooper menggencarkan taktik ofensif dengan pukulan-pukulan jab dan double jab hingga membuat Ali mengeluarkan darah dari hidungnya.
Ali baru mulai bisa mengendalikan pertarungan di ronde kedua. Taktik agresif Cooper perlahan bisa diantisipasinya. Bahkan pada sebuah momen, satu pukulan jab kiri Ali gantian membuat Cooper mengeluarkan darah di alis kanannya. Lantas di ronde ketiga, giliran alis kiri Cooper yang terluka setelah jadi sasaran hook kiri Ali.
Di ronde keempatlah kejutan Cooper datang. Hook kirinya telak mengenai rahang Ali hingga Ali tumbang. Tetapi Ali masih beruntung selamat dari hitungan mundur wasit Tommy Little karena ronde keempat keburu berakhir.
“Clay (Ali) mengaku pukulan Cooper itu menumbangkannya karena gagal fokus gegara kecantikan aktris Elizabeth Taylor yang menyaksikan dari pinggir ring,” ungkap Edmonds.
Baca juga: Leon Spinks Mencuri Gelar Muhammad Ali
Menjelang ronde kelima, baik Ali maupun Cooper di sudut ring masing-masing sama-sama mesti mendapat perawatan intensif akibat luka-lukanya. Namun Ali masih sanggup memberi perlawanan lebih agresif lagi di ronde kelima, sementara Cooper mulai kepayahan hingga wasit memutuskan mengakhiri pertarungan dengan kemenangan technical knockout (TKO) untuk Ali.
“Cooper bukan lagi seorang gelandangan. Saya akui telah meremehkannya. Ia petarung paling tangguh yang pernah saya lawan dan petarung pertama yang benar-benar menumbangkan saya. Ia petarung sejati,” tandas Ali usai pertarungan, dikutip Atyeo.
Itu bukan kali terakhir Ali bersua Cooper. Pada 21 Mei 1966 di Arsenal Stadium (Highbury Stadium) London, duel Ali vs. Cooper II digelar untuk memperebutkan sabuk gelar kelas berat The Ring, WBC, dan NYSAC. Namun hasil duel itu tak berbeda jauh dari pertemuan pertama mereka. Ali menang TKO di ronde keenam.