Masuk Daftar
My Getplus

Pewarta Foto Historia.id Meraih Penghargaan APFI

Pewarta foto Historia.id untuk kedua kalinya meraih penghargaan APFI, ajang tertinggi pewarta foto di Indonesia.

Oleh: Andri Setiawan | 05 Jun 2022
"Jatuh Demi Medali" karya Fernando Randy yang memenangkan APFI 2022. (Fernando Randy/Historia.id).

Pewarta foto Historia.id, Fernando Randy, meraih penghargaan Anugerah Pewarta Foto Indonesia (APFI) 2022 yang digelar di Merdeka Walk, Medan, Sumatra Utara, Jumat, 3 Juni 2022. Nando, sapaan akrabnya, meraih trophy berbentuk kamera itu untuk kategori Sports melalui fotonya yang berjudul “Jatuh Demi Medali”.

Ajang tertinggi pewarta foto di Indonesia ini melibatkan juri-juri ternama seperti Adek Berry, Ati Nurbati, Ferdy Siregar, Priyambodo R.H, dan Oscar Motuloh. Foto Fernando Randy diseleksi bersama 2.892 karya dari 236 pewarta foto lainnya. Hasilnya dipilih 15 foto terbaik dari 6 kategori single dan essay, serta kategori citizen journalist dan general news untuk non-anggota Pewarta Foto Indonesia (PFI). 

“Foto tersebut langsung memikat hati juri karena action dan ekspresi atlet yang membuat foto menjadi kuat. Jelas pemotret memiliki kecepatan reaksi dan feeling saat memotret momen tersebut,” kata Adek Berry, Ketua Dewan Juri APFI 2022 kepada Historia.id.

Advertising
Advertising

Baca juga: Pewarta Foto Historia Mendapat Penghargaan APFI

Adek menjelaskan bahwa memotret olahraga bukan perkara mudah. Kesiagaan terhadap momen tak terduga menjadi penting bagi fotografer olahraga. Foto Fernando Randy yang berhasil menangkap momen salah satu atlet tim D'Riders ketika gagal melewati halang rintang menjawab tantangan itu.

“Serpihan pasir yang beterbangan, kontrol exposure yang baik dan komposisi yang pas membuat juri memberi nilai tinggi, sehingga memenangkan foto tunggal terbaik APFI 2022 untuk kategori Sports,” kata Adek.

Baca juga: Cerita di Balik Rekor MURI untuk Historia

Selain peka terhadap momen, menurut Nando, fotografer harus menguasai teknik fotografi seperti panning atau freezing yang diperlukan pada momen-momen cepat.

“Foto olahraga kan genrenya unik. Sama kayak (genre) sejarah. Kalau mau motret sejarah, kita nggak cuma motret untuk hari ini. Jadi untuk beberapa tahun mendatang pun harus bisa dinikmati,” kata Nando.

Ini merupakan penghargaan kedua yang diraih Fernando Randy setelah tahun lalu ia juga meraih penghargaan dalam kategori Foto Esai Terbaik. Dalam artikel “Perjuangan Bangsa di Stadion VIJ,” Nando merekam sejarah sepakbola tanah air melalui Stadion VIJ (Voetbalbond Indonesia Jacatra) di Jakarta Pusat.

Baca juga: Historia Raih LINE Indonesia Awards

Jika memotret olahraga butuh penguasaan teknik dan kepekaan momen yang tinggi, maka dalam memotret tema sejarah, Nando menjelaskan bahwa pewarta foto perlu melakukan riset terlebih dahulu. Pengetahuan mendalam mengenai obyek yang akan dipotret membuat pewarta foto bisa memunculkan foto yang bercerita.

“Itu membuat (obyek) foto yang tadinya biasa, yang tadinya hanya kita lewati, ternyata jadi luar biasa,” ungkapnya.

Foto-foto esai sejarah karya Nando bisa dinikmati di rubrik galeri Historia.id.

TAG

penghargaan fotografi

ARTIKEL TERKAIT

Sejak Kapan Orang Tersenyum saat Difoto? Pendiri Historia.ID Terima Penghargaan Reiwa dari Dubes Jepang Pesona dari Desa Penglipuran Para Menteri Hobi Fotografi Merekam Dua Sisi Pematangsiantar Lima Perempuan Penerima Bintang Gerilya Kisah Sukarno dan Planetarium Menikmati Pameran “Para Sekutu Yang Tidak Bisa Berkata Tidak” Jejak Bung Karno di Jakarta Warna-warni Mudik Lebaran Tahun Ini di Jakarta