KOMANDO Pendidikan Marinir (Kodikmar) meluluskan 216 prajurit muda korps berbaret ungu itu dalam Pendidikan Dasar Golongan Lanjutan (Diksargolan), 15 April 2023. Pendidikan tersebut merupakan pendidikan lanjutan bagi para prajurit marinir yang masih “hijau”.
Selain memperkaya skill, mengikuti pendidikan itu menambah jam terbang yang jelas berguna bagi –kelanjutan karier masing-masing prajurit maupun– kemampuan kolektif kesatuan. Maklum, Marinir merupakan “tukang pukul”-nya Angkatan Laut.
“Pembela tanah air yang berkorban dan pantang menyerah demi terwujudnya visi TNI AL yang profesional, modern, dan tangguh untuk mempertahankan NKRI,” ujar Dan Komando Pendidikan Marinir Brigjen TNI (Mar.) Nadir sebagaimana diberitakan indonesiadefense.com, 15 Apr 2023.
Di masa lalu, Angkatan Laut memiliki puluhan ribu tentara laut yang bertempur di daratan. Setelah reorganisasi dalam Angkatan Laut, Tentara Laut Republik Indonesia (TLRI) dibubarkan dan para personilnya masuk ke Angkatan Darat. Namun, Angkatan Laut masih punya bekas Corps Armada IV (CA-IV) yang dulunya bagian dari Pangkalan ALRI IV Tegal. Pasukan itu berdiri pada 15 November 1945 dan hingga kini dianggap sebagai cikal-bakal dari Korps Marinir TNI AL.
Baca juga: KKo Terjebak di Gunung Wian
Mulanya, komandan CA-IV adalah Agoes Soebekti (1945-1948). Setelah 1948, komandannya adalah Raden Soehadi, pria kelahiran Ponorogo, 15 Maret 1920.
Ketika Soehadi menjadi komandan Sub-Wehrkreise V, satuan ini menjadi bagian dari Resimen Samudra di masa gerilya melawan tentara Belanda. Di bawah Soehadi, pasukan tempur dari CA-IV itu dibagi menjadi empat kelompok. Sudono Jusuf dalam Sedjarah perkembangan Angkatan Laut menyebut, Group A, yang dipimpin Kapten M. Joenoes, ditugasi menjaga daerah Pemalang. Lalu, Group B bertugas di daerah Pekalongan dengan pemimpin Kapten Moekijat dan kemudian digantikan Kapten Hartono. Group C yang dipimpin Kapten Soewadji menjadi Pasukan Mobil, tugasnya di sekitar lereng Gunung Slamet sebelah utara antara Pemalang, Pekalongan, dan Batang. Sedangkan Group D, dipimpin Kapten Wiranto Soewono dan bertugas di daerah Batang. Pasukan bekas CA-IV dan Sub-Wehrkreise V ini kemudian dianggap sebagai inti dari Korps Komando (KKO).
Baca juga: Mengapa Baret Marinir Berwarna Ungu?
Setelah perang melawan tentara Belanda, pasukan KKO terlibat dalam banyak operasi militer mengatasi banyak pemberontakan di era 1950-an. Masih tetap dipimpin Soehadi, KKO ikut menghadapi PRRI-Permesta, DI/TII, dan pergolakan daerah lainnya. KKO menjadi pasukan pendarat yang membuka jalan bagi pasukan dari Angkatan Darat.
Ketika Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) membesar setelah 1960, KKO ikut membesar. Banyak perwira penting yang di tahun 1959 masih berpangkat kapten atau mayor setelah tahun 1960 berpangkat kolonel atau bahkan komodor di korps pelaut. Tidak ada pangkat Laksamana di KKO. Perwira tinggi di KKO menggunakan sistem kepangkatan mirip Angkatan Darat. Pada 1961, Soehadi sudah menjadi Brigadir Jenderal sebagai komandan KKO.
Sebelum di KKO, Soehadi, menurut catatan Majalah Armada 9 tahun 1961, adalah guru sekolah pelayaran tinggi Semarang di zaman pendudukan Jepang. Setelah Indonesia merdeka dia segera masuk ALRI di Tegal. Sekitar 1946, dia pernah menjadi ajudan dari Kepala Staf Umum Angkatan Laut Laksamana M Nazir.
Baca juga: KSAL Pertama yang Berasal dari Angkatan Laut
Tanggal 5 November 1961 menjadi hari terakhir Soehadi di KKO. Setelah 11 tahun memimpin KKO, sedari zaman bernama CA-IV Tegal, dia digantikan oleh Kolonel Hartono yang baru berusia 34 tahun. Upacara serah terima diadakan di dermaga Madura, tidak jauh dari Surabaya, dan di hadapan eskader kapal perang dan tentu pasukan KKO sendiri.
Surabaya sendiri sejak dulu menjadi kota angkatan laut. Setelah 1950, KKO dibesarkan juga di kota ini. Ketika pergantian itu terjadi, KKO sedang membesar. Korps pelaut ALRI bahkan menjalankan armada yang cukup disegani di kawasan Asia Pasifik.
Setelah tak menjadi komandan KKO, Soehadi menjadi Inspetur Jenderal Angkatan Laut. Selain itu dia juga menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA). Soehadi tutup usia pada 4 Desember 1986. Dia mengalami KKO dikebiri oleh Operasi Ikan Paus dengan dalih G30S. Pada pertengahan 1970-an, KKO berganti nama menjadi Korps Marinir.*