Salah satu Firaun hadir dalam Al-Qur’an. Firaun ini digambarkan sebagai sosok tiran dan mendapat hukuman di Laut Merah ketika mengejar Nabi Musa AS dan pengikutnya.
“Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Firaun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan.” Begitu cerita Firaun disebut dalam QS. Al-Baqarah ayat 50.
Firaun yang dimaksud dalam Al-Qur’an itu adalah Ramses II. Firaun atau Pharaoh dalam sejarah Mesir kuno tak hanya menjadi sebutan bagi Ramses II, tapi raja-raja Mesir lain selama ribuan tahun.
Baca juga: Riwayat Para Firaun di Lembah Sungai Nil
“Orang Mesir sendiri mengidentifikasi raja pertama sebagai Narmer. (Istilah Firaun, bahasa Mesir untuk ‘rumah besar’, par-aa, mulai digunakan selama milenium kedua Sebelum Masehi),” catat Brian M. Fagan dalam Ancient Lives: An Introduction to Archaeology and Prehistory. Narmer dikenal juga sebagai Menes. Diduga Narmer adalah raja yang menyatukan wilayah Mesir.
Kawasan Mesir pernah dikuasai oleh penguasa Yunani dan Romawi. Cleopatra VII, yang pernah kawin dengan Markus Antonius kawan Julius Caesar, juga salah satu penguasa Mesir, seperti Ramses II tapi dalam generasi yang berbeda. Cleopatra VII bagian dari wangsa Ptolemaios, wangsa yang dianggap keturunan pengikut Alexander Agung dari Yunani Makedonia yang menguasai Mesir.
Baca juga: Di Balik Kematian Cleopatra
Seperti banyak daerah di Afrika Utara dan Asia Barat, setelah munculnya agama Islam, Mesir juga pernah dikuasai raja-raja Islam. Namun, mereka tak digolongkan sebagai Firaun. Mesir pernah menjadi bagian dari kekhalifahan Islam lalu Kesultanan Turki, di mana seorang gubernur lalu khedive (raja muda) ditempatkan di Mesir. Salah seorang khedive terkenal tentu saja Muhammad Ali.
Setelah Perang Dunia I berakhir, pada 1919 daerah Mesir terlepas dari Kesultanan Turki Utsmani. Ahmed Fuad Paşa (1868–1936) alias Sultan Fuad I berkuasa sebagai sultan di Mesir yang berada dalam pengaruh Inggris.
Dari perkawainan Fuad I dengan Nazli Sabri (yang berdarah Mesir) lahir Farouk bin Fuad (1920–1965), yang namanya cukup dekat dengan Pharaoh. Farouk merasa dirinya orang Mesir bukan orang Arab.
Baca juga: Para Firaun Perempuan Mesir Kuno
Ketika Fuad I tutup usia, pada 1936 Farouk yang masih berusia 16 tahun naik takhta. Meski sangat nasionalis dan ingin Mesir menjadi negara terpandang, Farouk adalah raja yang buruk dan mengecewakan rakyatnya karena gaya hidup dan kebijakan politik dalam negerinya. Farouk digulingkan dari takhtanya oleh Gerakan Perwira Bebas yang dipimpin Jenderal Muhammad Naguib dan Kolonel Gamal Abdel Nasser dalam Revolusi Mesir 1952.
Farouk terusir dari negaranya, namun anaknya yang masih bayi, Ahmed Fuad dijadikan Sultan Fuad II. Anaknya tak pernah benar-benar jadi raja, karena pada 1953 monarki dihancurkan oleh penguasa dari Gerakan Perwira Bebas. Beberapa anggota Gerakan Perwira Bebas bergiliran jadi penguasa Mesir, mulai dari Jenderal Muhammad Naguib, Kolonel Gamal Abdel Nasser, dan Anwar Sadat. Sebelum akhirnya Hosni Mobarak berkuasa hingga 2011.*