Masuk Daftar
My Getplus

B.M. Diah Ditangkap Jepang Sebelum Pernikahan

B.M. Diah ditangkap dan ditahan Kempeitei beberapa hari menjelang pernikahannya dengan Herawati Latip. Rumor menyebut penangkapan itu karena pemimpin radio Jepang jatuh hati kepada Herawati.

Oleh: Amanda Rachmadita | 14 Agt 2024
Foto pernikahan B.M. Diah dan Herawati Latip. (NIOD, Pandji Poestaka, 22 Agustus 1942).

HARI pernikahan B.M. Diah dan Herawati Latip tinggal menghitung hari. Rencananya mereka akan menikah pada 18 Agustus 1942. Tiga hari menjelang pernikahan, kesibukan terlihat di kediaman dr. Latip, ayah Herawati. Selain tengah mempersiapkan berbagai kebutuhan untuk pesta kecil yang akan diselenggarakan, orang-orang di rumah itu juga gempar karena calon pengantin pria “hilang”.

“Padahal segala persiapan sudah jauh. Baju pengantin sudah jadi. Tukang rias pengantin sudah siap. Makanan sudah dipesan,” cerita Herawati dalam B.M. Diah Wartawan Serba Bisa karya Toeti Kakiailatu.

Kabar penangkapan B.M. Diah tak hanya mengejutkan Herawati, tetapi juga keluarganya. Sebab, rencana pernikahan yang telah disiapkan sejak jauh-jauh hari terancam batal karena wartawan Asia Raya itu dibawa Kempeitai (polisi rahasia Jepang) beberapa hari menjelang pernikahannya.

Advertising
Advertising

Baca juga: Kisah Asmara Dua Perwarta

Beberapa hari sebelum B.M. Diah dibawa Kempeitai dari kantor radio di Tanah Abang, seorang perwira muda Jepang datang mencarinya. Dalam pertemuan tersebut, letnan pertama itu bertanya mengenai keterlibatan B.M. Diah dalam Asia Raya dan Hoso Kyoku, radio yang dikelola Jepang di Jakarta. “Asia Raya dan Hoso Kyoku. Itu tidak boleh. Mengerti?” hardik sang letnan.

Tak berhenti di situ, selang beberapa hari setelah pertemuan tersebut, dua orang Kempeitai kemudian membawa B.M. Diah ke markasnya di sebuah gedung yang ketika zaman Belanda digunakan untuk Sekolah Tinggi Hukum (Rechts Hogeschool) –kini gedung Departemen Pertahanan dan Keamanan di Medan Merdeka Barat. “Alasan penangkapan tak jelas. Mungkin karena bekerja di dua tempat itulah,” tulis Toeti.

L.F. Jansen, rekan kerja B.M. Diah di Hoso Kyoku, menulis dalam catatan hariannya yang kemudian dibukukan, In Deze Halve Gevangenis: Dagboek van mr dr L. F. Jansen, Batavia/Djakarta 1942-1945, bahwa Matsui Iwane, kepala departemen program di kantor radio Jepang, memiliki peran dalam penangkapan B.M. Diah. “Sesuatu terjadi antara Matsui dan Diah, akibatnya Diah ditahan di markas Kempeitai selama dua hari dan dibebaskan dari sana setelah ada campur tangan Sudjono,” tulis Jansen.

Menurut Ethan Mark dalam Japan’s Occupation of Java in the Second World War: A Transnational History, Iwane yang merupakan seorang ahli bahasa Inggris dan pernah bekerja sebagai agen periklanan untuk sebuah perusahaan Amerika tertarik kepada Herawati. Kala itu, Herawati yang baru saja kembali dari studi di Amerika Serikat bekerja menjadi penyiar di Hoso Kyoku.

Baca juga: Saat Pemuda Menyuarakan Kemerdekaan Indonesia di Amerika Serikat

“Terpesona oleh kecerdasan dan penampilan Herawati, seorang pegawai di bagian propaganda yang tidak disebutkan namanya menyebut Herawati sebagai ‘bunga yang sedang mekar di salah satu ruangan di biro penyiaran’,” tulis Mark.

Di kantor radio Jepang itu pula kisah cinta B.M. Diah dan Herawati bersemi. B.M. Diah fasih berbahasa Inggris dan lulusan jurnalistik dari Kesatrian Institute yang didirikan oleh tokoh nasionalis terkemuka sebelum perang, Ernest Douwes Dekker atau Danudirja Setiabudi. Sehari setelah Belanda menyerah, dia mendapatkan pekerjaan di Hoso Kyoku di bawah pengawasan Matsui sebagai komentator radio berbahasa Inggris dan Indonesia.

Hubungan B.M. Diah dan Herawati rupanya tak disukai oleh Matsui. Jansen mencatat dalam buku hariannya pada 19 Agustus 1942 muncul rumor cinta segitiga ini.

“Abe mengatakan kepada saya bahwa saya akan segera mendengar ‘rumor besar’. Rumor apa itu? Rumor terbesarnya berkaitan dengan pernikahan B.M. Diah dan Herawati. Matsui yang dikenal mudah marah dan suka memaksa tampaknya telah mengetahui rencana itu dan segera mengadukan Diah ke Kempeitai karena cemburu,” tulis Jansen. Tomoji Abe, profesor sejarah sastra Inggris sekaligus rekan kerja Jansen di radio Jepang.

Baca juga: Herawati Diah: Jurnalis bisa Pengaruhi Pembaca

B.M. Diah mengisahkan hari-hari pertama di tahanan, dia mendengar teriakan-teriakan dari salah satu sel. “Saya hanya bisa berdoa saja mudah-mudahan saya tidak disiksa. Ternyata selama ditahan, saya tidak mengalami siksaan atau tempelengan. Padahal prajurit-prajurit Kempeitai itu bolak-balik lewat di depan kamar tahanan kami. Juga saya tidak tahu alasan yang sebetulnya saya ditahan. Juga tidak ada surat perintah penahanan,” kenang B.M. Diah.

Mark menulis bahwa kabar penangkapan B.M. Diah sampai ke telinga Mr. Sudjono yang kemudian turun tangan membantu pembebasan wartawan tersebut. “Ini bukan pertama kalinya Pak Sudjono dari pemerintahan militer turun tangan untuk membebaskan seorang kolega nasionalis yang dipenjara secara tidak adil, dan ini tidak akan menjadi yang terakhir,” tulis Mark.

Baca juga: Herawati Diah Wartawati Brilian Penerus Jejak Sang Ibu

B.M. Diah juga menganggap Sudjonolah yang membuatnya mendapat perlakuan “istimewa” dan bebas dari tempelengan dan siksaan selama ditahan Kempeitai. Setelah menghirup udara bebas, B.M. Diah segera menuju ke kediaman calon mertuanya.

“Tiba-tiba saja, pada suatu pagi yang cerah, Burhanuddin muncul di rumah kami. Kasihan. Ia kelihatan kurus dan lemah. Kumis dan jenggotnya tidak dicukur. Ia tuturkan pengalamannya di Kempeitai, yang tersohor seramnya,” kenang Herawati. Rencana pernikahan B.M. Diah dengan Herawati tetap dapat terlaksana pada 18 Agustus 1942.

Sementara itu, sikap Matsui mengundang banyak kritik dari berbagai pihak. Kendati demikian, Jansen menulis bahwa kisah ini seakan tenggelam begitu. “Tak satu pun dari mereka yang terlibat dalam insiden tersebut yang menyebutkannya dalam memoar pascaperang, tetapi kita bisa membayangkan betapa besar kehebohan yang ditimbulkan oleh peristiwa itu di kalangan elite nasionalis,” tulisnya.*

TAG

pers pernikahan pendudukan jepang

ARTIKEL TERKAIT

Mengungkap Lokasi Pertempuran al-Qadisiyyah Susu Indonesia Kembali ke Zaman Penjajahan Rawamangun Bermula dari Kampung Sepi Ulah Mahasiswa Kedokteran yang Bikin Jepang Meradang Mahasiwa yang Menolak Militerisme Jadi Orang Sukses Melihat Tentara Hindia dari Keluarga Jan Halkema-Paikem Prabowo Berenang di Manggarai KNIL Jerman Ikut Kempeitai KNIL Turunan Genghis Khan Eks KNIL Tajir