top of page

Sejarah Indonesia

Kebun Binatang Zaman Voc

Kebun Binatang Zaman VOC

Gubernur jenderal VOC membangun kebun binatang di kastil atau kediamannya. Berbagai hewan yang berasal dari hadiah maupun perburuan disimpan di sana.

2 September 2023

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Litografi pemandangan Kastil Batavia dari Koningsplein karya Johann Wolfgang Heydt. (Wikimedia Commons).

BANYAK orangsekarang suka memelihara binatang. Anjing, kucing, dan kelincimenjadi hewan favorit untuk dipelihara. Namun,ada pula yang memelihara hewan buas seperti buaya dan harimau.


Melihat jauh ke masa lalu, penduduk Batavia, khususnya gubernur jenderal dan para pembesar VOC, juga suka memelihara binatang. Taman-taman dibangundan difungsikan sebagai penangkaran hewan-hewan eksotis, kandang burung, kandang bebek, dan kolam ikan.


Di Kastil Batavia, menurut F. J. G. van Emden dan Willem Brandt dalam Kleurig memoriaal van de Hollanders op Oud-Java, para gubernur jenderal memiliki kebun binatang untuk hewan-hewan koleksinya. Mereka menerima hewan-hewan tersebut sebagai hadiah dari pangeran maupun pembesar Nusantara atau dibawa oleh nakhoda kapal dagang.


Pada 1627, kebun binatang di Kastil Batavia menampung seekor gajah yang dibuatkan rumah khusus gajah, serta beberapa ekor unta, badak, harimau, dan beberapa ekor kucing hutan. Untuk kesenangan sang gubernur jenderal, sebuah gazebo dibangunyang ujungnya didirikan “rumah bermain”.Melalui sebuah gerbang kecil, orang nomor satu di koloni itu dapat pergi ke area serambi tanpa terlihat, di mana ia dapat menikmati pemandangan kolam kastil yang indah dan permainan berbagai spesies burung air.



Francois Valentijn, misionaris sekaligus naturalis yang singgah di Batavia, menyebut pada masa itu sudah menjadi kebiasaan gubernur jenderal memelihara hewan liar atau hewan asing. “Bahkan pada 1830, istana di Buitenzorg (kini Bogor) memiliki kebun binatang yang dihuni oleh badak, harimau, buaya, dan masih banyak lagi. Kini di kebun binatang itu masih terdapat rusa,” sebut Valentijn dalam Oud Batavia Volume 1 yang disusun oleh arsiparis Frederik de Haan.


Kesan mengenai area kastil dan kebun binatang yang dibangun gubernur jenderal juga ditulis oleh Pastor Guy Tachard, seorang Jesuit yang mengunjungi Batavia dua kali pada dekade terakhir abad ke-17 dalam rombongan duta besar Prancis untuk raja Siam.


Tachardmemberikan gambaran yang menyenangkan tentang sebuah pondok duta besar yang terletak di seberang parit Kastil Batavia, di taman rekreasi Heemraden, milik almarhum Gubernur Jenderal Cornelis Speelman. Bangunan yang didirikan atas gagasan sang mendiang gubernur jenderal itu dibangun untuk menciptakan ilusi kesejukan selama musim panas, yang hampir selalu terjadi di Batavia. Bangunan yang terdiri dari dua galeri besar terbuka di semua sisi menjadi tempat menampung dan menjamu para perwira, duta besar, dan utusan raja-raja atau bangsa asing.


“Area ini dikeliling oleh petak-petak bunga dan taman. Di sisi kanan terdapat manegerie atau kebun binatang yang dipenuhi dengan berbagai jenis hewan seperti rusa, burung unta, bangau, bebek, dan angsa dari jenis yang istimewa,” tulis Tachard dikutip sejarawan Leonard Blussé dalam “Queen Among Kings, Diplomatic Ritual at Batavia”, yang termuat dalamJakarta Batavia: Socio-Cultural Essays.



Minat yang besar terhadap ilmu pengetahuan juga mendorong Joannes Camphuys, gubernur jenderal setelah Speelman, mengumpulkan berbagai binatang dan tanaman langka. Di rumah peristirahatannya di Pulau Edam (kini Pulau Damar), Camphuys membangun rumah bergaya Jepang yang dilengkapi kebun berisi koleksi hewan, tanaman, kerang, dan berbagai benda unik lainnya.


“Koleksi binatang dan tanaman langka dalam kebun sekitar rumah peristirahatan itu menjadi terkenal, karena merupakan ‘taman Jepang’ terbesar di luar Jepang pada zaman itu,” tulis sejarawan Adolf Heuken SJ dalam Tempat-tempat Bersejarah di Jakarta.


Tak hanya gubernur jenderal yang membangun kebun binatang, anggota Dewan Hindia juga hobi memelihara hewan.Salah satunya Jan Schreuder, anggota Dewan Extraordinair van Indie. Di halaman belakang kediamannya terdapat taman rusa atau kebun binatang dengan kolam ikan, kandang burung atau kandang burung merpati, taman bunga, serta pacuan kuda.



Taman-taman dan kebun binatang di Batavia telah memikat para pelancong. Christopher Fricke yang berkunjung tahun 1680 menyebut Batavia “memiliki keindahan dan kemuliaan yang luar biasa”.Ia membayangkan dirinya tengah berada dalam “surga duniawi yang penuh dengan berbagai macam hiburan”. Tak kalah antusias, Joan Nieuhoff, yang mengunjungi Batavia dalam waktu hampir bersamaan dengan Fricke, menilai kota ini merupakan kota terindah di dunia.


Namun, wabah malaria yang melanda Batavia pada abad ke-18 membuat kolam-kolam di kediaman para pembesar dan kaum elite ditutup, tak terkecuali di Kastil Batavia. “Pada tahun 1790, kolam di kastil tersebut ditimbun dan gazebo yang ada di area itu juga dihancurkan karena nyamuk-nyamuk terlalu sering mengganggu kenyamanan para administrator Hindia,” tulis Emden dan Brandt.


Sedangkan rumah peristirahatan mantan Gubernur Jenderal Joannes Camphuys di Pulau Edam, yang disebut sebagai salah satu tempat paling menyenangkan di dunia pada abad ke-17, diserahkan kepada pemerintah karena Gubernur Jenderal Abraham van Riebeck tidak tertarik pada pulau itu.*

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

Sebagai murid, S.K. Trimurti tak selalu sejalan dengan guru politiknya. Dia menentang Sukarno kawin lagi dan menolak tawaran menteri. Namun, Sukarno tetap memujinya dan memberinya penghargaan.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
bottom of page