Kebun Binatang Zaman VOC
Gubernur jenderal VOC membangun kebun binatang di kastil atau kediamannya. Berbagai hewan yang berasal dari hadiah maupun perburuan disimpan di sana.
BANYAK orang sekarang suka memelihara binatang. Anjing, kucing, dan kelinci menjadi hewan favorit untuk dipelihara. Namun, ada pula yang memelihara hewan buas seperti buaya dan harimau.
Melihat jauh ke masa lalu, penduduk Batavia, khususnya gubernur jenderal dan para pembesar VOC, juga suka memelihara binatang. Taman-taman dibangun dan difungsikan sebagai penangkaran hewan-hewan eksotis, kandang burung, kandang bebek, dan kolam ikan.
Di Kastil Batavia, menurut F. J. G. van Emden dan Willem Brandt dalam Kleurig memoriaal van de Hollanders op Oud-Java, para gubernur jenderal memiliki kebun binatang untuk hewan-hewan koleksinya. Mereka menerima hewan-hewan tersebut sebagai hadiah dari pangeran maupun pembesar Nusantara atau dibawa oleh nakhoda kapal dagang.
Pada 1627, kebun binatang di Kastil Batavia menampung seekor gajah yang dibuatkan rumah khusus gajah, serta beberapa ekor unta, badak, harimau, dan beberapa ekor kucing hutan. Untuk kesenangan sang gubernur jenderal, sebuah gazebo dibangun yang ujungnya didirikan “rumah bermain”. Melalui sebuah gerbang kecil, orang nomor satu di koloni itu dapat pergi ke area serambi tanpa terlihat, di mana ia dapat menikmati pemandangan kolam kastil yang indah dan permainan berbagai spesies burung air.
Baca juga: Flexing Masa VOC di Batavia
Francois Valentijn, misionaris sekaligus naturalis yang singgah di Batavia, menyebut pada masa itu sudah menjadi kebiasaan gubernur jenderal memelihara hewan liar atau hewan asing. “Bahkan pada 1830, istana di Buitenzorg (kini Bogor) memiliki kebun binatang yang dihuni oleh badak, harimau, buaya, dan masih banyak lagi. Kini di kebun binatang itu masih terdapat rusa,” sebut Valentijn dalam Oud Batavia Volume 1 yang disusun oleh arsiparis Frederik de Haan.
Kesan mengenai area kastil dan kebun binatang yang dibangun gubernur jenderal juga ditulis oleh Pastor Guy Tachard, seorang Jesuit yang mengunjungi Batavia dua kali pada dekade terakhir abad ke-17 dalam rombongan duta besar Prancis untuk raja Siam.
Tachard memberikan gambaran yang menyenangkan tentang sebuah pondok duta besar yang terletak di seberang parit Kastil Batavia, di taman rekreasi Heemraden, milik almarhum Gubernur Jenderal Cornelis Speelman. Bangunan yang didirikan atas gagasan sang mendiang gubernur jenderal itu dibangun untuk menciptakan ilusi kesejukan selama musim panas, yang hampir selalu terjadi di Batavia. Bangunan yang terdiri dari dua galeri besar terbuka di semua sisi menjadi tempat menampung dan menjamu para perwira, duta besar, dan utusan raja-raja atau bangsa asing.
“Area ini dikeliling oleh petak-petak bunga dan taman. Di sisi kanan terdapat manegerie atau kebun binatang yang dipenuhi dengan berbagai jenis hewan seperti rusa, burung unta, bangau, bebek, dan angsa dari jenis yang istimewa,” tulis Tachard dikutip sejarawan Leonard Blussé dalam “Queen Among Kings, Diplomatic Ritual at Batavia”, yang termuat dalam Jakarta Batavia: Socio-Cultural Essays.
Baca juga: Tiga Zaman Kebun Binatang
Minat yang besar terhadap ilmu pengetahuan juga mendorong Joannes Camphuys, gubernur jenderal setelah Speelman, mengumpulkan berbagai binatang dan tanaman langka. Di rumah peristirahatannya di Pulau Edam (kini Pulau Damar), Camphuys membangun rumah bergaya Jepang yang dilengkapi kebun berisi koleksi hewan, tanaman, kerang, dan berbagai benda unik lainnya.
“Koleksi binatang dan tanaman langka dalam kebun sekitar rumah peristirahatan itu menjadi terkenal, karena merupakan ‘taman Jepang’ terbesar di luar Jepang pada zaman itu,” tulis sejarawan Adolf Heuken SJ dalam Tempat-tempat Bersejarah di Jakarta.
Tak hanya gubernur jenderal yang membangun kebun binatang, anggota Dewan Hindia juga hobi memelihara hewan. Salah satunya Jan Schreuder, anggota Dewan Extraordinair van Indie. Di halaman belakang kediamannya terdapat taman rusa atau kebun binatang dengan kolam ikan, kandang burung atau kandang burung merpati, taman bunga, serta pacuan kuda.
Baca juga: Awal Mula Pelesiran Lebaran ke Kebun Binatang
Taman-taman dan kebun binatang di Batavia telah memikat para pelancong. Christopher Fricke yang berkunjung tahun 1680 menyebut Batavia “memiliki keindahan dan kemuliaan yang luar biasa”. Ia membayangkan dirinya tengah berada dalam “surga duniawi yang penuh dengan berbagai macam hiburan”. Tak kalah antusias, Joan Nieuhoff, yang mengunjungi Batavia dalam waktu hampir bersamaan dengan Fricke, menilai kota ini merupakan kota terindah di dunia.
Namun, wabah malaria yang melanda Batavia pada abad ke-18 membuat kolam-kolam di kediaman para pembesar dan kaum elite ditutup, tak terkecuali di Kastil Batavia. “Pada tahun 1790, kolam di kastil tersebut ditimbun dan gazebo yang ada di area itu juga dihancurkan karena nyamuk-nyamuk terlalu sering mengganggu kenyamanan para administrator Hindia,” tulis Emden dan Brandt.
Sedangkan rumah peristirahatan mantan Gubernur Jenderal Joannes Camphuys di Pulau Edam, yang disebut sebagai salah satu tempat paling menyenangkan di dunia pada abad ke-17, diserahkan kepada pemerintah karena Gubernur Jenderal Abraham van Riebeck tidak tertarik pada pulau itu.*
Tambahkan komentar
Belum ada komentar