Alcázar, Istana yang Menginspirasi Kisah Snow White
Layaknya istana negeri dongeng, Alcázar berdiri megah di atas tebing berbatu dengan kastil besar dan menara-menara beratap kerucut.
KOTA tua Segovia yang sudah jadi situs warisan dunia UNESCO dan jadi destinasi wisata tetap, lokasinya terpencil. Tepatnya di kota Segovia, wilayah otonomi Castile y León, Spanyol yang berjarak hampir 100 kilometer dari ibukota Madrid. Di kota tua itulah terdapat sebuah istana yang wujudnya sangat mirip Istana Alcázar de Segoviada dalam dongeng anak-anak.
Di Istana Alcázar pula film remake tentang dongeng Putri Salju, Snow White, menggelar premier-nya pada Rabu (12/2/2025) malam. Menukil Daily Mail, Kamis (13/2/2025), pihak Disney mengubah rencana premier-nya yang sebelumnya direncanakan di London ke Istana Alcázar tanpa mengundang media massa demi menghindar dari sorotan-sorotan negatif. Maklum, filmnya sarat kontroversi.
Satu dari sekian kontroversinya mengenai Gal Gadot, aktris fanatik pada paham zionisme dan juga pernah berseragam tentara Israel. Ia memerankan karakter antagonis Evil Queen. Tak ayal, Disney mengihadapi boikot filmnya dari para penggemar Disney yang pro-Palestina sebagai imbas genosida Israel di Gaza, Palestina.
Kontroversi lain yang tak kalah bikin gaduh adalah ocehan aktris utama yang memerankan sang Snow White, Rachel Zegler. Bagi aktris blasteran Kolombia-Polandia itu film Snow White takkan punya jalan cerita yang serupa dengan film aslinya, Show White and the Seven Dwarfs (1937). Jalan cerita dan gagasan dalam film versi orisinil itu dianggap sudah usang.
Dalam premier-nya beberapa waktu lalu, Zegler turut hadir sekaligus sumbang suara. Zegler mementaskan salah satu lagu theme song dari filmnya, “Waiting On a Wish”, di halaman muka Istana Alcázar. Istana yang jadi inspirasi bagi kisah Putri Salju itu turut tergambar jelas dalam film versi orisinil tahun 1937.
Baca juga: Sengkarut Dongeng Putri Salju
Dari Castrum Romawi hingga Istana "Negeri Dongeng"
Lokasi sebuah kastil atau istana di atas bukit atau di atas tebing seperti Istana Alcázar memang konsep lazim di masa lalu di Eropa, namun terbilang jarang. Lazimnya, istana yang dibuat di kondisi geografis sulit dijadikan istana kediaman yang diperkuat perbentengan demi membuat nyaman dan aman sang penguasa.
“Seperti (kastil Prancis) Château de Beynac dan Alcázar de Segovia jadi contoh tipologi arsitektur kastil/istana taji atau kastil tebing. Alcázar berdiri di atas sebuah tebing berbatu dekat Pegunungan Guadarrama di atas pertemuan Sungai Erasma dan Sungai Clamores. Bentuknya yang mirip kapal di atas ketinggian (1.005 meter di atas permukaan laut, red.) membuat istananya secara simbolis dan visual mendominasi seantero kawasan di bawahnya,” ungkap sejarawan arsitektural Arleen Pabón-Charneco dalam Architecture History, Theory and Preservation: Prehistory to the Middle Ages.
Di balik keunikan itu, lanjut Arleen, lokasi berdirinya Alcázar pada awalnya adalah sebuah castrum atau benteng dan barak militer Romawi. Masih samar sejak kapan benteng itu berdiri, namun banyak pihak meyakini benteng/barak militer Romawi itu sudah ada di abad ke-1 Masehi seperti halnya bangunan saluran air Acuedocto de Segovia yang juga sama-sama ada di kota tua Segovia.
Baca juga: Misteri Terowongan Da Vinci di Kastil Sforza
Catatan berikutnya terdapat di masa Segovia dikuasai kekuatan Islam suku Berber di bawah Dinasti Al-Murabitun, yang merupakan salah satu vasal dari Kekhalifahan Abbasiyah, 1071-1106 Masehi. Dari reruntuhan dan sisa-sisa fondasi castrum diketahui, kaum Berber membangun “al-qasr” –dalam bahasa Arab– atau “alcázar” –dalam bahasa Spanyol– yang berarti benteng meski bentengnya hanya bermaterial kayu.
Namun karena keterbasan sumber, tak pernah tergambarkan seperti apa bentuk castrum di era Romawi maupun benteng di masa Dinasti Al-Murabitun. Pun seperti apa benteng baru yang dibuat pasca-Reconquista (718-1492). Catatan lebih baru muncul di tahun 1258 ketika sisa bentengnya mengalami kebakaran hebat sebagai dampak badai petir hingga membuat Raja Alfonso X dari Castile merekonstruksi bangunan Alcázar.
Dari sekian tahap rekonstruksinya, tahap terbesar terjadi di masa kekuasaan Raja Alfonso VIII (1155-1214). Di sana, Alcázar disulap jadi istana yang diperkuat benteng karena dijadikan kediaman utama Raja Alfonso VIII dan istrinya, Ratu Eleanor, salah satu putri dari Raja Inggris Henry II. Dari sekian bagian istana, Raja Alfonso VIII mewariskan pembangunan aula istana lama. Ciri khas Arab masih terlihat di beberapa dekorasi alas jendela yang memang dikerjakan sejumlah mudéjar (sebutan para seniman Arab-Islam yang masih bertahan di Segovia pasca-keruntuhan Dinasti Al-Murabitun).
“Dari masa Alfonso VIII hingga Alfonso X, diperluas dan perbentengannya dimodifikasi untuk mengawasi satu sisi kota yang luasnya hingga terdapat pertemuan Sungai Adaja dan Sungai Eresma. Pada abad ke-13, Alfonso X juga menjadikan kastil ini sebagai kediaman favorit keluarga kerajaan. Meski kemudian (raja) Juan II yang pada paruh pertama abad ke-15 membangun karakter eksternal Alcázar yang masih bertahan sampai saat ini,” tulis Alberto A. Weissmüller dalam Castles from the Heart of Spain.
Baca juga: Alkisah Berghof dan Sarang Elang Hitler
Raja Juan II, lanjut Weissmüller, memisahkan bangunan menara penjaga kastil lama dan melanjutkan pembangunan menara baru yang proporsional dan sempurna dengan keanggunannya. Menara baru yang kemudian dinamai “Menara Juan II” dengan gaya arsitektur Gothic berpadu gaya khas seni Arab-Islam itu turut berhias 12 pilar dekorasi setengah lingkaran. Tak lupa Ratu Catalina, ibunda Raja Juan II juga berperan membangun Sala de la Galera atau aula galeri seninya.
Adapun Raja Enrique IV di paruh kedua abad ke-15 berperan merampungkan Sala de los Reyes atau aula para raja yang ikonografinya terinspirasi Istana Alhambra di Granada. Dari waktu ke waktu, Istana Alcázar pun kian sempurna dengan rampungnya Salon del Solio atau ruang takhta di masa Ratu Isabel II (1833-1868).
Akan tetapi per 1896, Istana Alcázar tak lagi berfungsi sebagai benteng atau kediaman keluarga kerajaan seiring Raja Alfonso XIII mengalihfungsikannya sebagai sekolah militer di bawah Kementerian Perang. Pada 1931, bangunannya didaftarkan Bien de Interés Cultural sebagai bangunan cagar budaya. Dua puluh tahun kemudian, situs tersebut berpindah tangan ke pemerintah Castile y León melalui sebuah dewan pembina cagar budaya, lalu Istana Alcázar dijadikan destinasi wisata sejarah.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar