Elon Musk, X.com, dan PayPal
Setelah menjual start-up pertamanya, Elon Musk membuat start-up keuangan yang namanya terdengar porno. Ia merger dengan PayPal yang digunakan di seluruh dunia.
Jagad maya tengah ramai menyorot kebijakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) yang memblokir sejumlah platform digital besar karena belum daftar sebagai Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) Lingkup Privat. Salah satunya PayPal.
Kebijakan ini menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat. Tagar blokir Kominfo pun ramai digaungkan di media sosial. Kritik yang terus berdatangan membuat Kominfo mencabut sementara blokir terhadap PayPal sejak Minggu (31/7/2022) hingga Jumat (5/8/2022) untuk memberi kesempatan bagi para pengguna melakukan migrasi sistem pembayaran yang digunakan.
PayPal merupakan wujud dari perkembangan teknologi dan digitalisasi kebutuhan hidup manusia. Pertumbuhan pesat bisnis digital membuat PayPal kian diminati masyarakat.
Alfa Hartoko dalam Kupas Tuntas PayPal menyebut PayPal didirikan untuk memudahkan setiap orang dalam membayar dan dibayar secara online. Layanan yang berpusat di San Jose, California, Amerika Serikat ini mendukung e-commerce global dengan pembayaran melintasi berbagai lokasi, mata uang, dan bahasa. PayPal memberikan peluang bagi siapapun dengan alamat e-mail untuk mengirim dan menerima pembayaran online dan membayar dengan cara sesuai kehendak mereka, termasuk melalui kartu kredit, rekening bank, kredit pembeli atau saldo rekening.
Baca juga: Dari BBS hingga Facebook
Setelah diakuisisi eBay pada 2002, PayPal telah mendukung lebih dari 230 juta rekening di seluruh dunia dan tersedia di 190 pasar dan 24 mata uang. Syarat menggunakan PayPal terbilang sederhana dan tidak memiliki persyaratan khusus. Layanan ini hanya mensyaratkan pengguna berusia minimal 18 tahun dan berada dalam salah satu daftar 190 negara yang ada di PayPal. Selain itu, untuk bisa menggunakan PayPal pengguna wajib memiliki e-mail yang valid dan kartu kredit atau rekening bank.
Proses pembuatan akun yang tidak rumit, karena tak memerlukan teknologi khusus dan tak perlu izin usaha untuk melakukan transaksi, membuat PayPal menjadi pilihan banyak orang dari berbagai negara. “Berkat kemudahan dan pelayanannya, PayPal berhasil meraup lebih dari 99 juta pengguna dan mendapatkan penghargaan sebagai situs layanan keuangan terbaik pada 2006,” tulis Alfa.
Meski proses pembuatan akun PayPal terbilang mudah dan sederhana, bukan berarti platform digital ini mengabaikan privasi dan keamanan penggunanya. PayPal memegang kerahasiaan penuh atas data keuangan nasabahnya. Layanan ini bertindak sebagai perantara pemegang uang, sehingga tak bisa sembarang orang dapat melihat data kartu kredit maupun rekening bank pengguna. Selain itu, PayPal juga telah merancang banyak pemeriksaan sistem operasinya untuk meminimalkan kesalahan dan penipuan.
Berbicara mengenai PayPal tak bisa lepas dari sosok Elon Musk, seorang jenius paling cemerlang di abad 21 hingga dijuluki The Real Iron Man. Dia dikenal sebagai pebisnis dan inovator teknologi yang berada di balik Tesla Inc., SpaceX, The Boring Company, Neuralink and OpenAI, dan Solar City. Dengan kekayaan bersih sekitar US$242 miliar per 25 Juli 2022, Musk adalah orang terkaya di dunia menurut Bloomberg Billionaires Index dan daftar miliarder real time Forbes.
Baca juga: Mesin ATM Pertama di Indonesia
Elon Reeve Musk lahir pada 28 Juni 1971 di Pretoria, Transvaal, Afrika Selatan. Pada usia 17 tahun dia pindah ke Kanada. Dia meraih bachelor degree dalam bidang ekonomi dan fisika dari University of Pennsylvania.
Musk kemudian pindah ke California untuk kuliah di Stanford University tapi keluar untuk membangun bisnis. Pada 1995, dia dan saudaranya, Kimbal Reeve Musk, mendirikan perusahaan perangkat lunak Zip2. Perusahaan rintisan pertamanya ini diakuisisi oleh Compaq sebesar US$307 juta pada 1999.
Musk kian percaya diri mengembangkan bisnisnya di bidang teknologi usai Zip2 terjual dan membuatnya menjadi jutawan. Menurut Ashlee Vance dalam Elon Musk: Pria di Balik PayPal, Tesla, SpaceX, dan Masa Depan yang Fantastis, sebelum Zip2 terjual, Musk telah merencanakan untuk membangun sebuah institusi keuangan online dengan layanan penuh: sebuah perusahaan yang memiliki rekening tabungan dan akun cek juga layanan perdagangan dan asuransi. Inspirasinya muncul ketika dia menjadi pegawai magang di Bank of Nova Scotia pada awal 1990-an.
Musk mendiskusikan gagasan mengenai bank internet sewaktu magang di Pinnacle Research pada 1995. Dia menceramahi para ilmuwan tentang transisi tak terelakkan dalam dunia finansial ke arah sistem online, namun mereka merendahkannya dengan alasan butuh waktu bertahun-tahun agar keamanan web cukup bagus untuk menarik minat konsumen.
Baca juga: Alam Semesta Menjemput Stephen Hawking
Pada Januari 1999, ketika dewan Zip2 mencari pembeli, Musk mulai mewujudkan rencana bank digitalnya. Kesepakatan dengan Compaq diumumkan di bulan selanjutnya. Pada Maret 1999, Musk mendirikan X.com. “Start-up keuangan dengan nama yang terdengar porno,” tulis Vance.
Tak butuh waktu lama bagi Musk untuk meraup keuntungan. Vance mencatat, kurang dari satu dekade, dia telah menjadi miliarder di usia 27 tahun. Dengan uang US$22 juta, Musk yang dulu tinggal di apartemen bersama tiga temannya, kemudian membeli apartemen baru dengan ukuran 167 meter persegi lalu merenovasinya. Dia juga membeli sebuah moil balap F1 McLaren seharga US$1 juta dan membeli pesawat kecil untuk belajar terbang. Selain bergelimang kemewahan, dia juga mulai menjadi selebritas yang diburu awak media.
Musk menginvestasikan sekitar US$12 juta untuk X.com. Ini mengejutkan untuk sesuatu yang dianggap tidak pasti seperti bank online. “Dia bersedia mengambil risiko pribadi yang sangat besar dan gila. Ketika kau melakukan hal semacam itu, pilihannya adalah dua: kau akan mendapatkan bayaran yang setimpal atau kau akan berakhir di sebuah halte bus di suatu tempat,” kata Ed Ho, mantan eksekutif Zip2.
Baca juga: Mengelola Dana di Dunia Maya
Untuk memulai X.com, Musk membentuk sebuah tim yang terdiri dari orang-orang hebat, seperti Ed Ho, seorang insinyur yang memiliki kemampuan pemrograman dan manajemen tim, serta Harris Fricker dan Christopher Payne, dua orang Kanada yang berpengalaman dalam bidang perbankan.
Namun, dalam perjalanannya terjadi perseteruan antara Musk dengan Fricker. Sehingga Fricker bersama Ho dan sejumlah insinyur penting meninggalkan X.com. Musk melanjutkan perusahaan dengan mengumpulkan dana dan merekrut orang-orang baru. Di bawah arahannya, X.com mencoba berbagai konsep bank yang radikal. X.com membangun sistem pembayaran yang memungkinkan seseorang mengirim uang hanya dengan memasukan alamat e-mail pada halaman web.
Sistem pembayaran itu disebut revolusioner karena berbeda dengan sistem bank yang membutuhkan waktu cukup lama untuk memproses pembayaran dan membuat akun rekening. Sistem pembayaran yang diusung X.com memberikan kepraktisan bagi pengguna karena cukup beberapa klik tetikus dan alamat e-mail maka mereka bisa melakukan transaksi keuangan.
Baca juga: Kematian Steve Jobs Penemu Apple
Tak berselang lama, X.com menghadapi pesaing besar, yaitu Confinity yang didirikan oleh Max Levchin dan Peter Thiel. Sama seperti X.com, Confinity juga memfokuskan perhatian pada pembayaran berbasis web dan e-mail dengan layanan yang disebut PayPal. Kedua perusahaan ini bersaing sengit hingga akhirnya bergabung pada Maret 2000.
Kendati telah meger, menurut Vance, Musk sebagai pemegang saham terbesar, terus mengunggulkan X.com. Sementara hampir semua orang menyukai PayPal. Perkelahian lebih banyak terjadi akibat perdebatan rancangan infrastruktur teknologi. Musk mengunggulkan perangkat lunak Microsoft, sementara tim Confinity yang dipimpin Levchin ingin bergeser ke perangkat lunak dengan sistem terbuka seperti Linux. Akibatnya Thiel mengundurkan diri dan Levchin juga mengancam pergi.
“Yang terjadi setelahnya adalah salah satu kudeta terparah di sepanjang sejarah kudeta Silicon Valley yang buruk dan panjang,” tulis Vance.
Sekelompok kecil karyawan X.com mengkudeta Musk ketika dia tengah bulan madu di Sydney. Mereka meminta dewan pengawas perusahaan untuk mengembalikan Thiel sebagai CEO. Pada Juni 2001, pengaruh Musk di perusahaan memudar. Thiel mengubah merek X.com menjadi PayPal. Akhirnya, Musk mendukung Thiel dan menerima peran sebagai penasihat perusahaan.
Baca juga: Einstein: Genius Pengubah Dunia
Menurut Vance, berawal dari sebuah mimpi yang dianggap sulit untuk direalisasikan, PayPal membuktikan mampu bertahan dari ledakan perusahaan-perusahaan dot-com, dan menjadi IPO (Initial Public Offering) di pasar modal yang meledak pertama kali setelah serangan 11 September 2001. Pada Juli 2002, eBay menawarkan US$1,5 miliar kepada PayPal yang disetujui Musk dan dewan pengurus perusahaan. Dari penjualan PayPal ke eBay, Musk menghasilkan sekitar US$250 juta atau US$180 juta setelah dipotong pajak.
Vance menyebut PayPal merupakan representasi salah satu kumpulan terbesar yang terdiri dari orang-orang berbakat di bidang bisnis dan terknologi dalam sejarah Silicon Valley. Musk dan Thiel memiliki mata yang tajam untuk menemukan insinyur-insinyur muda dan brilian. Para pendiri start-up seperti YouTube, Palantir Technologies, dan Yelp, semuanya pernah bekerja di PayPal. Beberapa yang lain, termasuk Reid Hoffman, Thiel, dan Botha, menjadi investor teratas di industri teknologi. Staf PayPal juga memelopori teknik-teknik yang digunakan dalam melawan kecurangan secara online dan menjadi dasar dari perangkat lunak yang digunakan oleh CIA dan FBI untuk melacak teroris dan dari perangkat lunak yang digunakan oleh bank-bank terbesar dunia untuk melawan kriminalitas.
“Sekumpulan karyawan-karyawan pandai tersebut dikenal sebagai Mafia PayPal –yang saat ini berkuasa di Silicon Valley– dan Musk adalah anggotanya yang paling terkenal dan berhasil,” tulis Vance.*
Tambahkan komentar
Belum ada komentar