Mesin ATM Pertama di Indonesia
ATM pertama diminati pelacur dan penjudi. Gagasan menciptakan mesin ATM juga terinspirasi mesin otomatis penjual cokelat. Butuh waktu lama masyarakat Indonesia mau menggunakan ATM.
Gangguan pada satelit Telkom-1 mengakibatkan ribuan ATM (Anjungan Tunai Mandiri) bank-bank nasional tidak bisa digunakan (offline). Masyarakat yang bergantung pada ATM kesulitan melakukan transaksi perbankan, seperti penarikan, pembayaran, atau transfer. Padahal, di awal ATM diperkenalkan, masyarakat tidak langsung mau menggunakannya.
Siapa penemu ATM masih jadi perdebatan. Umumnya orang menyebut ATM pertama dibuat Luther George Simjian, ilmuwan kelahiran Turki dan besar di Amerika Serikat. Mesin bernama Bankograph ini dapat menerima uang tunai atau memeriksa setoran kapan saja. Mulanya banyak orang meragukan temuannya. Tapi, pada 1960, dia berhasil membujuk City Bank of New York –kini Citibank– untuk mencoba mesin pintarnya selama enam bulan.
“Orang yang berminat menggunakan mesin ini adalah segelintir pelacur dan penjudi yang tidak mau berurusan langsung dengan teller bank,” ujar Simjian, dikutip History.com.
Baca juga: Mengelola Dana di Dunia Maya
Gagasan membuat mesin ATM lalu datang dari John Shepherd-Barron, direktur percetakan dokumen-dokumen keuangan De La Rue di Inggris. Gagasan ini muncul karena pengalaman buruknya dengan bank tahun 1965. Seperti dikutip telegraph.co.uk, Shepherd-Barron mendapatkan ide brilian: jika mesin penjual otomatis dapat mengeluarkan cokelat, mengapa ia tak bisa mengeluarkan uang tunai?
Barclays Bank suka dengan gagasan Shepherd-Barron. Mesin ATM pertama bikinan Shepherd-Barron kemudian dipasang di Enfield, sebuah kawasan di utara London, Inggris.
Setelah itu, tahun 1968, seorang ahli dari Docutel Corp Texas, Don Wetzel, mengembangkan ATM berjaringan pertama, yang dikenal sebagai Docuteller. Karyanya dipakai Chemical Bank of New York pada 1969.
Bentuk dan cara kerja ATM yang masih sederhana itu kemudian terus dikembangkan. Yang diakui sebagai ATM modern pertama adalah IBM 2984.
ATM meraih popularitas ketika pada 1977 Citibank meluncurkan ATM pertama di Queens, New York. Slogan “Citi Never Sleep” mengiringi peluncuran itu. Menyusul kemudian cabang-cabang Citibank di sejumlah negara, termasuk Indonesia.
Baca juga: Agen CIA Merampok Bank Indonesia
Di Indonesia, bank-bank terkemuka masih berpikir seribu kali untuk memasang ATM. Investasi untuk ATM dianggap sebagai pemborosan. Menariknya, yang memperkenalkan ATM bukan bank-bank besar di ibu kota tapi justru bank kecil di Denpasar, yakni Bank Dagang Bali (BDB), pada 1984/1985. BDB menjalin kerja sama dengan Chase Manhattan Bank. Untuk bisa mendapatkan layanan ATM ini, nasabah BDB harus memiliki kartu khusus yang disebut cash point card.
I Gusti Made Oka, pendiri sekaligus direktur utama BDB, mengatakan tak sekadar ingin pamer melainkan demi meningkatkan pelayanan. Selain karyawannya belum mampu memberikan pelayanan cepat, tulis majalah Tempo, 1986, Made merasa kasihan dengan nasabahnya yang harus antre lama di depan kasir.
“Pada saat ATM pertama kali diperkenalkan oleh dunia perbankan di Indonesia terhadap para nasabahnya, diperlukan waktu sangat lama untuk mampu mengubah pikiran konsumen untuk beralih dari cara tradisional (mengantre di loket) ke cara modern (menggunakan ATM),” tulis Alois A. Nugroho dan Ati Cahayani, dosen Unika Atmajaya, dalam Multikulturalisme dalam Bisnis.
Baca juga: Kasus Bank Vanuatu di Indonesia
Menurut Soetanto Hadinoto, bankir yang berkarier di BRI selama 32 tahun, pertama kali ATM dikembangkan karena munculnya kebutuhan alternatif transaksi selain di kantor cabang bank. Namun, nasabah ragu-ragu menggunakannya. Sebab, tidak mudah membangkitkan kepercayaan nasabah pada ATM sebagai perwakilan bank dalam membantunya bertransaksi. Belum lagi soal pemakaian mesin ATM itu sendiri.
“Aman atau tidak? bisa keluar dengan jumlah persis seperti yang diminta? uang di rekening berkurangkah tanpa diminta? Banyak pihak belum melirik keandalan mesin ini. Bahkan ada pula yang mencemooh,” tulis Soetanto dalam Bank Strategy on Funding and Liability Management.
Setelah BDB, Citibank Indonesia mulai memasang ATM dan disusul Bank Niaga pada 1986. Bank Central Asia (BCA) baru memberikan layanan ATM pada 1988, disusul bank-bank lain. Meski bukan bank pertama di Indonesia yang menggunakan ATM, sejarah kemudian mencatat BCA sebagai bank paling inovatif dalam mengembangkan layanan produk perbankan melalui mesin ATM.
Baca juga: (R)evolusi ATM BCA
“Nasabah baru terbiasa menggunakan ATM sekitar 10 tahun kemudian. Diperlukan edukasi nasabah yang terus menerus,” tulis Soetanto. Pada saat itulah ATM berkembang pesat. Mesin kasir otomatis ini dengan mudah dapat ditemui di mana-mana. Jaringannya semakin luas. Nasabah semakin akrab dengan ATM.
Menurut pakar marketing Hermawan Kartajaya dalam Kompas 100 Corporate Marketing Cases, meski bukan yang pertama menawarkan layanan ATM dan internet banking di Indonesia, BCA adalah bank pertama yang melakukan proses edukasi sistematis dalam pemakaian kedua layanan electronic delivery channel tersebut. Proses edukasi tersebut diimbangi dengan penambahan keberadaan ATM dan fasilitas layanan ATM serta internet banking secara sistematis.
“Dan karena BCA dibiarkan sendirian melakukan hal tersebut, maka bukan hal yang mengherankan kalau apa yang dilakukan BCA tersebut kemudian menciptakan kebiasaan baru bagi para penabung yang susah diubah, termasuk dalam pemilihan merek bank yang digunakan,” tulis Hermawan.
Tulisan ini diperbarui pada 9 Oktober 2021.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar