Pionir Sarung Tangan Kiper
Asal-usul sarung tangan kiper yang sejarahnya diberitakan PSSI. Dari pelindung kiper saat dingin hingga jadi bisnis tren.
IBARAT belahan jiwa bagi seorang kiper, sarung tangan selalu menemani dalam segala situasi kemelut di muka gawang. Sebuah perlengkapan sepele dan jarang diperhatikan orang namun bagian tak terpisahkan dari kiper dalam sepakbola dan menarik sejarahnya, sampai PSSI mengunggah pengetahuan asal-mula sarung tangan kiper lewat berbagai akun media sosialnya.
Menurut keterangan yang diunggah PSSI, kiper pertama yang menggunakan sarung tangan adalah Amadeo Carrizo, kiper River Plate dan timnas Argentina, pada tahun 1940.
“Sarung tangan berbahan wol tersebut digunakan sebagai penghangat untuk menghadapi cuaca dingin. Bahkan jari tangan para penjaga gawang dapat terasa beku hingga kesulitan saat menangkap bola. Seiring berjalannya waktu, pada 1973, perusahaan sarung tangan asal Jerman menggandeng Sepp Maier, penjaga gawang timnas Jerman Barat untuk merancang sarung tangan khusus penjaga gawang sepak bola. Sarung tangan ini dirancang agar bisa membantu dan meningkatkan performa di bawah mistar gawang,” tulis PSSI di Facebook, Twitter dan Instagram-nya, Selasa (14/7/2020).
Baca juga: Kiper Der Panzer Keblinger Blunder
Entah admin PSSI mencomot sumber dari mana, informasi yang diunggah tidak tepat. Kiper sudah menggunakan sarung tangan jauh sebelum era Carrizo. Perusahaan peralatan olahraga yang pertamakali merancang sarung tangan pun bukan dari Jerman.
Bukan Sekadar Penghangat
Sarung tangan bukan perlengkapan kiper yang diwajibkan FIFA lewat regulasinya sampai saat ini. Dalam “Equipment Regulations” FIFA, kiper diperbolehkan memakainya, boleh juga tidak. Warna sarung tangan yang diperbolehkan adalah warna apapun kecuali warna serupa dengan jersey. Banyak kiper mencopot sarung tangannya, semisal Ricardo Pereira kiper Portugal di Euro (Piala Eropa) 2004.
Untuk pemain non-kiper, sarung tangan lazimnya dikenakan sebagai penghangat ketika udara dingin. Tetapi bagi kiper, sarung tangan lebih dari sekadar penghangat. Ia merupakan pelindung terpenting selain deker di tulang kering. Oleh karenanya maka teknologi dalam sarung tangan terus dikembangkan produsen sejalan dengan sepatu bola dan jersey.
Baca juga: Kiper Brasil yang Dilaknat hingga Akhir Hayat
Dimulai dari berbahan wol, sarung tangan kiper terus disempurnakan dengan menggunakan bahan kulit, karet, hingga dilengkapi fitur pelindung tambahan di bagian jari-jarinya. Tujuannya mencegah jari membengkok atau patah ke arah belakang. Contohnya adalah sarung tangan evoDISC buatan Puma, produsen alat olahraga asal Jerman, yang kemunculannya pada 2017 bikin heboh ketika mulai dipakai Petr Cech, kiper klub Inggris Arsenal.
Keunggulan sarung tangan evoDISC yakni bagian punggung tangannya dilapisi lateks sebagai pelindung dan di pergelangan tangan dilengkapi sistem cakram evoDISC untuk menyesuaikan ukuran tangan. Jadi untuk mengencangkan sarung tangan, tak lagi pakai velcro atau strap pelekat “kreket”.
Sebagaimana sepakbola modern itu sendiri, sarung tangan kiper pertamakali dibuat dan dipatenkan desainnya di Inggris. Mengutip situs Deutsches Patent- und Markenant, adalah Wm. Sykes & Sons, pabrik peralatan olahraga asal Inggris, yang pertama mendesain dan mematenkannya pada awal 1885. Pabrik milik pebisnis Inggris William Sykes (sejak awal abad ke-20 merger menjadi Slazenger) ini mulanya memproduksi alat olahraga kriket berbahan kulit.
“William Sykes mematenkan sepasang sarung tangan kulit untuk kiper. Sarung tangannya dilapisi karet India untuk perlindungan dan bantalan (tangan kiper),” tulis situs itu.
Namun, masih jadi misteri apakah saat itu sudah ada kiper yang menggunakannya di kompetisi resmi atau belum, lantaran Sykes tak memproduksi massal.
Kiper pertama yang mengenakan sarung tangan yang pasti bukan Carrizo (1945) yang hanya menggunakannya kala suhu di lapangan amat dingin alias bukan saban pertandingan. Situs goalkeepersdifferent.com mengungkapkan, kiper pertama yang tercatat memakai sarung tangan adalah Archibald ‘Archie’ Pinnell. Kiper asal Skotlandia itu mulai mengenakan sarung tangan wol kala membela Chorley FC di Liga Lanchasire tahun 1894. Dokumentasi yang diunggah di laman klub menjadi bukti, Pinnell tampak mengenakannya ketika terduduk membelakangi gawang. Tidak hanya mengenakan sarung tangan, ia juga sudah melindungi kakinya dengan sepasang deker.
Selain Pinnell, kiper yang acap mengenakan sarung tangan adalah Leigh Richmond ‘Dick’ Roose, ketika mengawal mistar gawang Stoke City pada 1905. Kiper asal Wales itu, disebutkan dalam Dictionary of Welsh Biography, merupakan kiper nyentrik dan kerap beraksi nekat demi menyelamatkan gawangnya.
Roose biasanya membawa sepasang sarung tangan wol putih ke dalam lapangan. Seringkali Richmond juga mengenakan mantel wol ketika bermain di cuaca dingin.
Pada 1930-an, beberapa kiper mulai mengenakan sarung tangan berbahan kulit lantaran bahan wol mudah basah ketika hujan. Selain Carlo Ceresoli (Timnas Italia/Inter Milan), ada Giampiero Combi (Italia/Juventus), dan Anders Rydberg (Swedia/IFK Göteborg) di Piala Dunia 1934.
Meski begitu, sarung tangan wol masih lebih dominan dipilih kiper, utamanya kiper-kiper di Inggris pasca-Perang Dunia II. Pasalnya, sarung tangan wol dianggap lebih lengket ketimbang sarung tangan kulit ketika hujan dan bola basah.
“Memang terasa licin ketika kondisi kering tapi Anda akan mendapat manfaat yang lebih di waktu basah (karena hujan). Saya pribadi lebih sering meninju bola tapi itupun akan lebih beresiko dan berbahaya tanpa sarung tangan di waktu hujan,” tutur Gordon Banks, kiper timnas Inggris era 1961-1972, dalam Charlie Buchan’s Soccer Gift Book.
Pada 1973, sarung tangan khusus kiper muncul, dibuat oleh perusahaan Jerman Reusch. Bekerjasama dengan kiper Jerman Josef ‘Sepp’ Maier, Reusch mengembangkan sarung tangan dengan bantalan berbahan karet untuk pelindung telapak tangan. Pengembangan berawal dari eksperimen unik Maier.
“Mulanya saya mengeringkan bola dengan handuk dan ternyata handuknya menempel ke bolanya. Jadi saya punya sarung tangan dengan bahan ini,” papar Maier dikutip Paul Simpson dan Uli Hesse dalam Who Invented Stepover and Other Crucial Football Conundrums?
“Lalu Gebhard Reusch berkolaborasi dengan Maier yang hasilnya pada 1973 menghadirkan sarung tangan kiper dengan nama Maier. Di waktu yang bersamaan juga muncul eksperimen dari kiper Jerman lain, Wolfgang Fahrian. Ia bermitra dengan pebisnis alat olahraga Kurt Kränzle, di mana eksperimennya menggunakan lembaran karet yang lazimnya terdapat di raket tenis dan dilem ke sarung tangan untuk daya cengkeram bola yang lebih baik,” lanjut Simpson dan Hesse.
Sejak saat itu sarung tangan kiper pun berkembang dengan beragam fitur. Besarnya pasar dan keunikannya yang mensyaratkan fitur-fitur tertentu mendorong hampir semua produsen alat olahraga di dunia terjun ke dalam bisnis sarung tangan kiper. Dengan menggandeng kiper-kiper ternama, yang namanya acap tertera di tiap sarung tangan, para produsen berlomba-lomba menyuguhkan teknologi termutakhir dibalut dengan unsur fesyen lewat sarung tangan produk mereka sehingga sarung tangan kiper “ngetren” di tiap laga sepakbola.
Baca juga: Kiper Pahlawan Tanpa Tanda Jasa
Tambahkan komentar
Belum ada komentar