Mussolini di Arena Tenis
Pemuda harus dilatih disiplin melalui olahraga agar negara hebat, dihormati, dan ditakuti, kata Mussolini.
SETELAH “melikuidasi” lembaga-lembaga demokratis di Italia pada 1925, Il Duce Benito Mussolini mengungkit ambisi masyarakat Italia yang perkasa sebagaimana di era Romawi lewat olahraga. Sang diktator fasis itupun turut memberi contoh dengan gaya hidupnya lewat diet sehat dan olahraga.
Terkait diet sehat, Mussolini memberi teladan dengan menghindari alkohol, rokok, dan terutama makanan tinggi karbohidrat: pasta. Gaya hidup sehat juga dicontohkan Mussolini dengan aktivitas-aktivitas olahraganya.
Sebagaimana di negara-negara Eropa lain, Il Duce juga menggemari sepakbola. Pun kepada para pemuda Italia, ia menyerukan kedisiplinan hidup melalui olahraga, tidak hanya sepakbola. Ia mendirikan departemen pendidikan olahraga di bawah Kementerian Pendidikan, medio 1928.
Baca juga: Mussolini vs Pasta
“Tujuan saya sederhana. Saya ingin membuat Italia yang hebat, dihormati, dan ditakuti. Para pemuda Italia mesti dilatih melalui kedisplinan yang tepat dalam latihan-latihan olahraga secara khusus dan olahraga menjadi kehidupan nasional secara umum,” ujar Mussolini, dikutip William Joseph Baker dalam Sports in the Western World.
Meski sepakbola jadi olahraga permainan paling populer, dalam aktivitas fisiknya ia tak pernah memainkannya. Olahraga yang lebih intim bagi Mussolini adalah ski, berkuda, renang, dan tenis.
Olahraga terakhir di atas bahkan jadi salah satu yang paling ia gemari. Karena minim kontak fisik, aktivitas tenis baginya lebih ringan untuk menjaga kesehatannya, mengingat ia punya penyakit maag dan darah rendah.
Baca juga: Hari-Hari Terakhir Mussolini
Il Duce dan Gelanggang Tenis
Villa Torlonia merupakan sebuah kompleks “istana” yang dikelilingi taman-taman nan indah dengan bangunan-bangunan bergaya neo-klasik di utara kota Roma. Villa ini sejatinya milik keluarga bangsawan Torlonia yang mulai November 1929 disewa jadi kediaman pribadi Mussolini beserta keluarganya dengan uang sewa satu lira per tahunnya.
Di Villa Torlonia inilah Mussolini makin giat dengan olahraga tenisnya bersama keluarganya. Untuk mengasah skill-nya, Mussolini bahkan meminta atlet favoritnya, petenis Mario Delardinelli, untuk melatihnya. Sedangkan untuk anak-anaknya, Mussolini meminta Eraldo Monzeglio untuk jadi pelatihnya.
Baca juga: Nasib Nahas Kapten Mussolini
Monzeglio sebetulnya bukan murni petenis. Ia pesepakbola yang berkarier di klub Bologna FC dan anggota timnas Italia. Monzeglio menjadi teman dekat Mussolini berkat prestasinya di skuad timnas yang memenangi Piala Dunia 1934.
“Monzeglio menjadi teman dekat Benito Mussolini yang kemudian berkat sang diktator, pindah ke (AS) Roma. Saat ia sedang tak bermain, ia melatih tenis anak-anak Il Duce,” ungkap Jonathan Wilson dalam The Blizzard: The Football Quarterly.
Suatu waktu, Mussolini mengadakan pertandingan eksebisi yang jadi tontonan banyak orang, termasuk jurnalis-jurnalis asing. Dalam laga ganda, Mussolini biasanya berpasangan dengan Lucio Savorgnan, sementara lawannya Delardinelli berduet dengan Monzeglio.
Baca juga: Darah Daging Fasisme Italia Menggebrak Eropa
“Suatu hari sang diktator, mengenakan kaus polo beige dan celana pendek, bermain ganda. Di hadapannya ia melawan atlet tenis top Roma, Mario Delardinelli dan Erlado Monzogoio (Monzeglio, red.), anggota timnas sepakbola Italia terlihat kesulitan mengembalikan serve-nya (Mussolini). Tapi saat bolanya dikembalikan, bolanya dipukul pelan saja agar Mussolini bisa memukulnya lagi. Il Duce memukul bola lob, smes, dan tersenyum dengan puas atas kemenangannya (7-5),” ungkap Richard Bosworth dalam biografi Mussolini.
Gairah olahraga Mussolini juga membangkitkan inisiatifnya untuk membangun kompleks olahraga Foro Mussolini (kini Foro Italico) pada 1928. Kompleks olahraga ini dibangun juga dalam rangka untuk mempromosikan Italia seiring mengajukan diri jadi tuan rumah Olimpiade 1940.
Ia tidak hanya membangun “kuil sepakbola” Stadio dei Marmi, tetapi juga sejumlah arena olahraga lain, termasuk tenis, Stadio Centrale. Setelah arena tenis itu rampung, Mussolini memindahkan ajang tenis Internazionali d’Italia alias Italian Open dari kota Milan ke ibukota Roma mulai 1935.*
Baca juga: Kuil Sepakbola "Kota Abadi" Roma
Tambahkan komentar
Belum ada komentar