Matsalim Memburu Pang Amat
Operasi pasukan KNIL di Aceh. Dua puluh enam dan dua pemimpin gerilyawan Aceh gugur.
Pasukan KNIL (Koninklijk Nederlandsche Indische Leger) di bawah Letnan Watrin memutuskan untuk memburu pemimpin gerilyawan Aceh bernama Teungku Manja Keumala dan Pang Amat di sekitar pegunungan Pulo Ara, Peudada, Bireuen, Aceh. Pasukan KNIL itu berada di Pulo Ara pada 26 Maret 1903 pagi.
Orang-orang Aceh sudah bersiaga di sana. Gerak maju serdadu KNIL sempat terganggu sehingga gerilyawan Aceh punya waktu bersembunyi. Pasukan brigade KNIL lalu menyebar untuk mencari tempat bersembunyi orang-orang Aceh itu.
Empat orang Aceh terlihat bergerak dari selatan mengarah ke pasukan yang dipimpin Sersan Matsalim. Bintara kelahiran Karangpoh, Bagelen, Jawa Tengah tahun 1873 itu menyiapkan pasukannya untuk menghadapi lawan yang datang.
Baca juga: Simon Melawan Pejuang Aceh
“Oleh sikapnya yang teratur, maka empat orang musuh itu ditembak mati: dari mait-mait itu ada terdapat mayat dari Pang Aron dari Keumala, satu Beaumont, satu donderbus dan beberapa senjata lain jatuh di dalam brigadenya Matsalim,” tulis majalah Trompet Nomor 65, Juni 1939. Pekerjaan Matsalim dan pasukannya belum selesai.
Pada malam ketika pasukan Matsalim berkemah di Keumala Raja datang perintah untuk mencari keberadaan Pang Amat. Menurut pemandu pasukan, posisi Pang Amat berada di sekitar Alu Inten, suatu daerah yang belum pernah diinjak pasukan Belanda. Pada 27 Maret 1903 pagi, Matsalim menggerakkan pasukannya menuju pedalaman Aceh.
Sementara itu, Letnan Watrin masih memimpin patroli perburuan. Ketika sampai di sebuah dusun dengan 14 rumah, satu persatu kelompok pasukan bergerak. Setelah mereka melepaskan tembakan, sekitar 30 orang Aceh mencoba melarikan diri. Pasukan berusaha mengejar mereka.
Baca juga: Narkim Menerkam Pejuang Aceh
Matsalim yang memimpin enam Marsose menuju sebuah kali dan menembaki orang Aceh yang terlihat di alang-alang. Mereka merobohkan sepuluh orang Aceh. Salah satunya Keutjhi Poetih. Sementara itu, pasukan Kopral Patty dan Marsose De Fretes merobohkan dua belas orang.
“Di antara mereka yang ditembak, terdapat Teungku Manja Keumala yang melawan Kompeni dengan (pistol) revolver dan pedang dan ditolong oleh tiga temannya, ditembak mati oleh De Fretes,” tulis majalah Trompet.
Koran Belanda Haagsche Courant, 27 April 1903, menyebut pasukan Letnan Watrin dianggap sukses menggerebek 26 orang Aceh serta menewaskan Pang Amat dan Teungku Manja Keumala. Selain itu, mereka juga menyita beberapa bedil orang Aceh.
Matsalim kemudian mendapat bintang ksatria Militaire Willemsorde 4e klasse. Serdadu bernomor stamboek 42308 itu setelah pensiun tinggal di Kuwarasan, Gombong, Jawa Tengah.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar