Bangkai-Bangkai Kapal Hitler Muncul di Danube
Ratusan kapal AL Jerman yang muncul akibat kekeringan di Sungai Danube, sengaja ditenggelamkan untuk menghambat Uni Soviet.
UNTUK kesekian kalinya warga kota pelabuhan Prahovo, Serbia, diresahkan oleh bangkai-bangkai kapal era Perang Dunia II (PD II) yang tetiba muncul di Sungai Danube. Kekerinan parah yang terjadi di Eropa membuat sekira 20 bangkai kapal terekspos dengan sendirinya dan membahayakan warga Prahovo dan sekitarnya.
Eropa tengah mengalami musim kering paling ekstrem sejak lima abad terakhir. Sungai Danube yang jadi sungai terpanjang kedua di Eropa turut terimbas. Di Prahovo, penurunan ketinggian airnya mencapai 150 meter.
Bangkai kapal-kapal itu menjadi ancaman bagi warga sekitar sekaligus lingkungan. Terlebih di kapal-kapal itu masih terkandung beragam senjata peledak dan amunisi yang membahayakan.
“Flotilla (armada) Jerman telah meninggalkan bencana ekologi yang besar dan itu mengancam kami, penduduk Prahovo,” kata salah satu warga cum sejarawan lokal, Velimir Trajilovic (74), kepada Reuters, Sabtu (20/8/2022).
Baca juga: Kapal Perang Jerman Karam di Sukabumi?
Beberapa pihak meyakini kapal-kapal itu merupakan bagian dari kekuatan Armada Laut Hitam diktator Jerman Nazi, Adolf Hitler. Kapal-kapal itu ditinggalkan di dasar Sungai Danube ketika pasukan Poros (Jerman-Rumania-Bulgaria-Hungaria-Italia-Kroasia) mundur seiring manuver Uni Soviet, medio 1944.
Sekira dua dekade lalu hal ini juga jadi perkara yang meresahkan warga Prahovo. Peter Coates dalam A Story of Six Rivers: History, Culture and Ecology mencatat, volume dan arus Sungai Danube paling tidak konsisten di antara sungai-sungai lain di Eropa ketika terjadi pergantian musim.
“Aliran sungainya rendah di musim gugur dan musim dingin, serta meninggi di musim semi dan awal musim panas. Pada musim gugur 2003 terjadi penurunan ketinggian air terparah sejak 1888 yang bahkan berimbas pada transportasi air di Vienna (Austria) dan Budapest (Hungaria), dan bangkai-bangkai Armada Danube Hitler terungkap dekat Prahovo. Padahal setahun sebelumnya sungainya meluap dan menyebabkan banjir,” tulis Coates.
Pemerintah Kota Prahovo dan pemerintah pusat Serbia tidak tutup mata, namun solusinya tidaklah sederhana. Selain harus cermat karena beraneka peledak dan amunisi masih eksis di perut-perut kapal, biaya pengangkatan bangkai-bangkai kapal itu mahal. Diperlukan bantuan swasta untuk proyek yang bisa merogoh kocek sampai 29 juta euro (Rp427 miliar) tersebut. Oleh karenanya, pemerintah setempat pada Maret lalu membuka tender untuk proyek itu.
Armada Gabungan di Danube
Sungai Danube yang mengalir dari kawasan Eropa Barat hingga bermuara di Laut Hitam menjadi urat nadi penting yang dikuasai Adolf Hitler. Khusus di front Laut Hitam, Hitler tak serta-merta bisa memegang peranan vital mengingat ia juga mesti membagi kekuatan Kriegsmarine (Angkatan Laut Jerman).
“Pembangunan kekuatan maritimnya juga dikejar waktu. Grossadmiral (Laksamana Besar Erich Raeder (panglima Kriegsmarine, red.) bahkan sampai mengubah banyak kapal dagang menjadi verpostenboote (kapal patroli), hingga minensucher (penyapu ranjau). Beberapa kapal nelayan pun dijadikan u-boot jaeger (pemburu kapal selam). Lebih dari 120 flotilla beroperasi dalam berbagai kondisi, dari Arktik sampai Mediterania,” ungkap sejarawan Lawrence Paterson dalam Hitler’s Forgotten Flotillas: Kriegsmarine Security Forces.
Di Danube, Kriegsmarine baru membentuk Donauflotille (Flotilla Danube) pada November 1938 di Linz, Austria, atau delapan bulan pasca-Anschluß (aneksasi Austria) pada 13 Maret 1938. Dengan komandan pertamanya, Kapitän zur See Hans Butöw, Donauflotille beroperasi di bawah naungan Oberkommando der Marine (OKM) atau Komando Tinggi AL dan Marinestationskommando Ostsee.
Setelah perang dimulai dan tiada ancaman berarti di Austria, Donauflotille dipindahkan ke (kampanye) Belanda selama musim semi 1940 untuk kebutuhan patroli sungai. Baru pada April 1941 unitnya dikembalikan ke Danube dan ditempatkan di bawah komando Admiral Südost/Chef der Marinemission in Rumänien (Kepala Misi AL untuk Rumania).
“Komposisi kekuatan Donauflotille juga berubah-ubah sepanjang perang. Kapal patroli sungai Bechelaren dan Birago, kapal penyebar ranjau eks-Ceko FM1 dan FM2, kapal penyebar ranjau eks-Yugoslavia Alexandra, Sisak, dan Alzey, kapal motor Sperrbrecher 191, kapal penyapu ranjau Drossel, kapal patroli eks-Belanda Zeeland, hingga 12 kapal penyapu ranjau anyar bernomor FR1-Fr12,” imbuh Paterson.
Armada itu baru terlibat aksi seiring dimulainya Operasi Barbarossa pada Juni 1941. Operasi-operasi maritim di Danube juga melibatkan banyak sekutu Jerman di Aliansi Poros: Kroasia, Rumania, Bulgaria, Hungaria, dan Italia. Armada-armada gabungan itu akan jadi tulang punggung Operasi Barbarossa di Laut Hitam dan Danube pimpinan petinggi AL Rumania, Laksamana Pertama Horia Macellariu.
Dalam Kampanye Laut Hitam, AL Rumania punya kekuatan yang paling besar: 24 kapal. Empat di antaranya kapal perusak yang dibeli dari Italia: Mărăşti, Mărăşeşti, Regele Ferdinand, dan Regina Maria. Adapun Jerman menyumbang 16 kapal torpedo, enam kapal selam, 49 kapal anti-kapal selam, dan 100 kapal pendarat.
“Hitler tak bisa mengirim lebih dari Armada Laut Utara ke Laut Hitam. Turki menolak memberi akses ke Laut Hitam dan Danube melalui Selat Bosphorus. Akan tetapi beberapa kapal kecil bisa diangkut dari Laut Utara via jalur darat dengan keretaapi dan truk-truk pengangkut ke Danube,” tulis A. L. MacFie dalam “The Turkish Strait in the Second World War, 1939-45” yang tertuang dalam Middle Eastern Studies, Volume 25.
Baca juga: Bencana di Danau Ladoga
Di antara kapal-kapal yang diangkut dengan jalur darat itu adalah enam kapal selam Type IIB, 10 schnellboote (kapal cepat), dan 23 räumboote (penyapu ranjau). Bersama kapal-kapal sekutunya di Blok Poros, Donauflotille berpatroli di sepanjang sungai dan melakukan pengawalan kapal-kapal kargo hingga kapal pengangkut personil di garis belakang.
“Flotilla itu kehilangan kapal pertamanya pada 3 Juni (1942) ketika kapal F145 yang dinakhodai StrmMt (Steuermannmaat) Maiss yang tenggelam akibat ranjau Soviet dalam perjalanan kembali usai mengantarkan bahan bakar dan peralatan untuk S-Boat ke Ochakov. Sembilan pelautnya tewas dan delapan lainnya terluka,” sambung Paterson.
Seiring bergulirnya peperangan di front timur, mulai 1944 pihak Poros terus-menerus mulai terdesak. Kondisi itu diperparah dengan buyarnya komando gabungan pasca-Raja Rumania Mihai I, yang pro-Sekutu, mengkudeta pemerintahan Perdana Menteri Ion Antonescu. Dua kapal perusak kebanggaan Rumania, Mărăşti dan Mărăşeşti, direbut AL Soviet di Pelabuhan Constanţa pada 5 September.
Donauflotille yang juga sempat dipisahkan menjadi dua unit sejak Juli 1943 untuk dibagi antara di Laut Hitam dan Danube, mengalami penurunan kekuatan pesat. Hanya Battlegroup Zieb pimpinan Laksma Paul-Willy Zieb yang tersisa di sektor Sungai Danube.
Baca juga: Melindungi Kenangan Kapal Perang
Mulanya Zieb dengan kekuatan 200 kapalnya ditugaskan untuk mengangkut pasukan dan pejabat-pejabat Jerman yang melarikan dari front timur. Namun kapal-kapal Zieb gagal menembus blokade Soviet di bagian hulu Danube.
Alhasil, Zieb hanya bisa melancarkan upaya “putus asa” untuk menenggelamkan ratusan kapalnya menggunakan sejumlah bahan peledak di Danube-Prahovo pada 6 dan 7 September 1944. Harapannya, bisa menghambat gerak laju Soviet. Kapal-kapal itulah yang membangkai hingga kembali muncul sekarang akibat kekeringan.
“Separuh (warga) desa menyaksikan aksi (penenggelaman kapal) itu dari pesisir. Setidaknya 200 kapal mereka tenggelamkan,” kenang warga setempat, Vojislav Jankovic (79), dikutip Handelsblatt, 10 Agustus 2009.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar