Semerbak Aroma Sejarah Pencegah Bau Ketiak
Konsep deodorant sudah eksis sejak ribuan tahun lampau karena bau ketiak tak pandang bulu menyerang. Dari Cleopatra hingga menantu presiden.
NAMA Erina Gundono, menantu Presiden Joko Widodo, belakangan viral. Bukan semata soal gaya hidup mewahnya berpelesir ke Amerika Serikat menggunakan pesawat jet pribadi yang jadi sorotan, sisi pribadi istri Kaesang Pangarep itu pun jadi pembicaraan. Menurut kesaksian runner up Puteri Indonesia DIY tahun 2022 Shania Hamdun, Erina kerap bau badan atau bau ketiak.
Sudah jadi rahasia umum bahwa bau badan, utamanya bau ketiak, bukanlah disebabkan oleh keringat yang keluar dari pori-pori kulit. Secara ilmiah, bakteri yang berdiam di badan atau bulu pada tubuhlah yang kemudian mengaktifkan bau badan itu.
Umumnya ketika manusia beraktivitas yang mengeluarkan keringat, bakteri akan menyasar dan memecah keringat itu untuk menghasilkan senyawa thioalcohols. Senyawa inilah yang menimbulkan macam-macam aroma dari tubuh kita alias bau badan.
Baca juga: Kolam dan Tradisi Mandi
Dalam Serba-Serbi Kesehatan Perempuan: Apa yang Perlu Kamu Ketahui tentang Tubuhmu, Sallika NS menulis bahwa menjaga kebersihan dengan tertib dan mandi pada waktunya jadi solusi mendasar untuk menghilangkan bau badan. Mandi yang bersih akan meluruhkan setiap kotoran, bekas keringat, dan campuran bakteri di setiap lipatan tubuh, termasuk ketiak yang acap jadi sumber bau badan.
“Mengurangi kelembapan ketiak menggunakan bedak yang dapat menyerap keringat, atau bisa juga dengan menggunakan antiperspiran dan deodoran,” tulis Sallika.
Penggunaan deodorant atau antiperspirant acap jadi “jalan ninja” untuk mencegah bau ketiak karena bau ketiak tak pandang bulu dalam menyerang: dari tukang martabak, peserta kontes kecantikan, hingga putri raja atau menantu presiden sekalipun. Kedua zat itu juga punya fungsi yang berbeda.
Deodorant atau pengawabau, lanjut Sallika, adalah zat yang memerangi bau ketiak dengan melawan bakteri dan lazimnya diklasifikasikan sebagai kosmetika. Sedangkan antiperspirant atau antikeringat adalah zat yang menyumbat pori untuk mencegah keluarnya keringat dan umumnya diklasifikasikan sebagai golongan obat.
Baca juga: Menyibak Aktris Berbulu Ketiak
Mencegah Bau Badan di Zaman Kuno
Dalam peradaban Nusantara, tradisi mandi dengan terapi spa untuk menjaga kesehatan dan menghilangkan bau badan sekaligus menimbulkan harum aroma tubuh sudah dipraktikkan. Yang mempraktikkannya terutama kaum perempuan Jawa di era Medang/Mataram Kuno (abad ke-8) dan era Majapahit (abad ke-13) hingga sekarang.
Perawatan tubuh sudah jadi hal yang vital, baik lewat jamu, lulur, hingga spa menggunakan rempah-rempah. Dr. Martha Tilaar dalam The Power of Jamu: Kekayaan dan Kearifan Lokal Indonesia mencatat, ramuan jamu untuk lulur yang dipijatkan ke sekujur kulit tubuh dari dahulu hingga sekarang menggunakan beras, daun pandan wangi, kemuning, hingga jeruk purut yang saat ini sudah banyak bertransormasi dalam bentuk modern berupa krim.
Adapun menurut Dr. Dewi Ratna Nurhayati dan Dr. Siti Fairuz binti Yusof dalam Herbal dan Rempah, beraneka-ragam ramuan rempah dan herbal juga digunakan dalam terapi spa dan mandi air panas. Itulah mengapa kemudian rempah-rempah jadi komoditas penting yang tak hanya digunakan untuk kuliner tapi juga untuk kesehatan dan perawatan tubuh.
“Relief dari Candi Borobudur mengisahkan adanya terapi kesehatan di mana kolam air, pijat, dan pemanfaatan aneka herba jadi bagian budaya masyarakat. Serat Centhini juga menjelaskan kegiatan spa pada zaman Majapahit dan Mataram, di mana kaum wanita mengkombinasikan spa dengan berbagai bahan herbal yang memberikan efek positif bagi tubuh,” tulis Dewi dan Siti.
Baca juga: Catatan Ma Huan tentang Masyarakat Majapahit
Selain mandi dan spa, solusi untuk menghilangkan bau badan adalah dengan deodorant atau zat pengawabau. Deodoran pun sudah digunakan manusia sejak Peradaban Mesopotamia di masa (2000 SM) dengan menggunakan minyak wangi dan getah.
Dalam Peradaban Mesopotamia, pengawabau tentu belum digunakan. Pemakaian minyak wangi dan getahnya lebih dulu dicampurkan untuk dibuat semacam dupa aromatik. Wewangian dari pembakaran dupa itulah yang akan menutupi aroma keringat dan bau badan.
Cara itu kemudian menyebar sampai ke Peradaban Mesir dan Yunani Kuno. Bedanya, kombinasi wewangiannya lebih variatif untuk menyebarkan semerbak wangi di sekitar si pengguna.
“Masyarakat Mesir Kuno menggunakan berbagai aromatik untuk dupa, pembalseman, dan parfum. Di antaranya kemenyan, damar wangi, kayu manis, buah jintan, daun mint, hingga getah pinus. (Kitab herbal) Ebers Papyrus dari masa 1.500 SM menjelaskan banyak resep untuk kesehatan yang menggarisbawahi sebagai resep awal untuk membuat deodorant tubuh,” ungkap Valerine Ann Worwood dalam The Complete Book of Essential Oils and Aromatherapy, Revised and Expanded.
Baca juga: Mengintip Isi Dapur Firaun
Meski begitu untuk mencegah bau badan dan bau ketiak, masyarakat Peradaban Mesir seiring zaman juga sudah menggunakan parfum. Arch Stanton dalam The Perfumed Pages of History: A Textbook on Fragrance Creation, penguasa Kerajaan Mesir periode 51-30 SM, Ratu Cleopatra VII nan sohor itu selain menggunakan dupa aromatik, ia juga menyukai parfum untuk membuat tubuhnya wangi.
“Konon disebutkan ia sosok yang terampil meramu obat parfum, bahkan ada yang menyebutkan ia yang menciptakan. Tetapi yang jelas belum ada kepastian sejati apakah Cleopatra menyiapkan parfumnya sendiri. Yang pasti diketahui adalah ia memakai komposisi yang pas dalam kombinasi bahan akasia dan theca untuk dupanya,” ungkap Stanton.
Saat zaman terus bergulir, masyarakat Mesir yang kian bersinggungan dengan Peradaban Romawi di masa abad ke-1 Masehi juga mulai menggunakan konsep deodoran. Konsepnya mirip dengan era modern, yakni mengoleskan sesuatu ke bagian tubuh yang dianggap bisa mengeluarkan bau badan.
“Kebersihan dan penampilan pribadi sangat diperhatian masyarakat Mesir. Untuk mengusir bau badan, mereka biasanya sudah meletakkan minyak getah atau dupa balsem ke setiap lepitan badan,” tulis Elizabeth Anne Jones dalam Awaken to Healing Fragrance: The Power of Essential Oil Therapy.
Baca juga: Sekuat Dupa, Sewangi Cleopatra
Tambahkan komentar
Belum ada komentar