UNESCO Tetapkan Naskah dan Arsip Sejarah Indonesia Sebagai Memori Dunia
UNESCO menetapkan naskah Tambo Tuanku Imam Bonjol, arsip Indarung I Semen Padang, dan arsip Indonesian Sugar Research Institute 1887–1986 sebagai Memory of the World.
UNESCO (Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB) menetapkan tiga warisan dokumen sejarah asal Indonesia sebagai Memory of the World (MOW) atau Memori Dunia kawasan Asia-Pasifik dalam sidang komite MOW Asia-Pasifik di Ulan Bator, Mongolia, Rabu, 8 Mei 2024.
Tiga warisan dokumen sejarah tersebut adalah naskah Tambo Tuanku Imam Bonjol yang diusulkan Perpustakaan Nasional RI dan Pemerintah Provinsi Sumatra Barat; arsip Indarung I yang diajukan oleh PT Semen Padang; dan arsip Indonesian Sugar Research Institut tahun 1887–1986 yang diusulkan Kantor Perpustakaan dan Arsip Jawa Timur dan Balai Penelitian Gula Indonesia.
Tambo Tuanku Imam Bonjol yang ditulis oleh Imam Bonjol menceritakan dinamika masyarakat dan pergerakan Islam lokal di Sumatra Barat pada masa kolonial Belanda. Naskah sepanjang 342 halaman itu diperkirakan berasal dari pertengahan abad ke-19 atau sekitar tahun 1850-an. Hal ini diperkuat dengan jenis dan merek kertas yang digunakan.
Pustakawan Ahli Pertama Pusat Jasa Informasi Perpustakaan dan Pengelolaan Naskah Nusantara (Pujasintara) Perpusnas RI, Aditia Gunawan menyebut naskah Tambo Tuanku Imam Bonjol dapat dianggap sebagai karya perintis, baik dari segi pengaruh maupun genre tulisan, terlebih naskah ini juga mempunyai relevansi sejarah yang signifikan terhadap masa prakemerdekaan Indonesia dan menjadi bukti sejarah Minangkabau pada abad ke-19.
“Lahir pada tahun 1772 di Sumatra Barat, Tuanku Imam Bonjol adalah pemimpin perang Paderi, salah satu perang terlama suku Minangkabau melawan kolonialisme Belanda dari tahun 1803–1837. Ia ditahan dan diasingkan di beberapa tempat di Indonesia, dan dalam masa pengasingannya, ia masih mengatur pergerakan perlawanan melawan penjajah. Tuanku Imam Bonjol telah meninggal, namun cerita kehidupannya tercetak nyata dalam manuskrip tersebut,” kata Aditia Gunawan, dikutip dari perpusnas.go.id.
Sebelumnya, naskah Tambo Tuanku Imam Bonjol dianggap memiliki peluang besar untuk ditetapkan sebagai Memory of the World karena memiliki kemiripan dengan Babad Diponegoro yang telah lebih dulu diajukan oleh Perpusnas RI bersama Lembaga Bahasa Kerajaan Belanda dan ditetapkan sebagai Memory of the World pada 2013.
Sementara itu, arsip pabrik Indarung I PT Semen Padang yang berjumlah sekitar 10 hingga 20 lembar berkas berisi tentang perencanaan pembangunan pabrik dari 1907 hingga dibangun pada 1910. Selain itu, arsip ini juga memuat berkas tahun 1973. Berkas arsip ini menjadi penting karena Indarung I disebut sebagai pabrik semen pertama di Asia Tenggara, dan pada 23 Mei 2023, arsip Indarung I telah ditetapkan oleh Arsip Nasional RI sebagai Memori Kolektif Bangsa (MKB).
Baca juga:
UNESCO dalam siaran pers menyatakan bahwa penetapan arsip Indarung I PT Semen Padang dan Indonesian Sugar Research Institute 1887–1986, yang menunjukkan peran kegiatan penelitian ISRI terhadap industri gula dunia, menjadi bukti sejarah perkembangan teknologi industri yang terus mencatat inovasi signifikan dari masa ke masa. Dengan demikian, penetapan arsip dan naskah sebagai Memory of the Word kawasan Asia-Pasifik tahun ini tak hanya merayakan pencapaian Asia-Pasifik dalam bidang literatur, tetapi juga di bidang geneologi dan ilmu pengetahuan.
Terkait dengan pelestarian warisan budaya, Aditia Gunawan mengatakan Perpusnas mengajak semua pihak untuk bersama-sama ambil bagian dalam upaya tersebut. Pelestarian warisan budaya ini menjadi penting karena telah teregistrasi dan diakui secara internasional. Ia berharap ke depannya, baik pemerintah maupun pemangku kepentingan lainnya, dapat memastikan dan menjamin pelestarian ketiga dokumen sejarah itu. Penelitian yang berkelanjutan dan diseminasi ketiga dokumen sejarah itu diharapkan dapat terus dilakukan sehingga dua arsip dan satu naskah yang telah ditetapkan sebagai Memory of the World tersebut dapat semakin dikenal luas masyarakat.
Sebelumnya, tahun 2023 UNESCO telah menetapkan arsip pidato Presiden Sukarno di Sidang Umum PBB tahun 1960 dan naskah Hikayat Aceh sebagai Memory of the World. Bersama dengan arsip Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955 dan arsip Gerakan Non-Blok I di Beograd tahun 1961, arsip pidato Presiden Sukarno di Sidang Umum PBB tahun 1960 disebut sebagai “Tiga Tinta Emas Abad 20”.*
Tambahkan komentar
Belum ada komentar