Miss Riboet Memadukan Seni dan Olahraga
Ide memadukan seni dan olahraga bermula dari grup sandiwara Miss Riboet Orion.
Deretan toko menghiasi sisi jalan kawasan pertokoan Blok M, Jakarta Selatan. Toko-toko itu menjual berbagai kebutuhan masyarakat, mulai dari kopi, makanan, hingga obat-obatan. Ada pula toko yang menjual alat musik dan olahraga. Keberadaan toko ini bukan hal baru di Jakarta dan berbagai daerah. Bagaimanakah awal mulanya?
Tokoh yang berperan dalam munculnya toko alat musik dan olahraga adalah Miss Riboet, penyanyi dan aktris layar lebar yang populer tahun 1920-an. Lagu-lagu yang dinyanyikannya menjadi tren di kalangan masyarakat. Beberapa lagunya yang terkenal di antaranya “Koki Naik Taxi”, “Rudjak Uleg”, dan “Mina Mana Kondemu”. Suara Miss Riboet juga kerap terdengar di radio Nirom (Nederlandsch-Indische Radio Omroep Maatschappij).
Miss Riboet menjelma menjadi primadona. Tak sedikit label rekaman yang mengajaknya bekerja sama, salah satunya Beka. Denny Sakrie dalam 100 Tahun Musik Indonesia menulis Miss Riboet merekam sekitar 188 lagu pada label asal Jerman tersebut. Ketenaran dan kesuksesan lagu-lagu yang dinyanyikan Miss Riboet bahkan membuatnya disebut sebagai artis rekaman tersukses di Indonesia pada masanya.
“Siapa yang mempunyai mesin bicara (gramofon) tentu tidak senang kalau tiada mempunyai pelat Miss Riboet, sebab pertama suaranya merdu serta terang, dan amat menyenangkan kepada yang mendengarnya pendek saja hati yang sakit bisa dihiburkannya,” tulis surat kabar Bintang Hindia, 21 Juli 1928, sebagaimana dikutip Fandy Hutari dalam Para Penghibur.
Baca juga: Siong Vo, Legenda Sepatu Bola
Menurut Fandy, sebelum terkenal, Miss Riboet sudah enam tahun bermain opera. Ia pun terus mengasah kemampuannya dalam bernyanyi dan akting.
Pertemuan Miss Riboet dengan Tio Tek Djien, yang kemudian menjadi suaminya, mendorong lahirnya Miss Riboet Orion.
Misbach Yusa Biran dalam Sejarah Film 1900–1950 Bikin Film di Jawa menyebut Tio Tek Djien yang berpendidikan tinggi jatuh cinta pada primadona bernama Miss Riboet, kongsinya bermain di Taman Hiburan Orion, Pekalongan, milik orang tua Tio. Tio kemudian menikah dengan Miss Riboet dan mendirikan kongsi sendiri yang dinamai seperti nama sang primadona di tahun 1925.
Bersama suaminya, Miss Riboet memimpin rombongan sandiwaranya hingga berkembang menjadi besar setelah Nyoo Cheong Seng bergabung dalam rombongan tersebut. Menurut Misbach, Nyoo yang pernah berprofesi sebagai wartawan tahu betul pentingnya publisitas. Ia menggunakan pers untuk mempropagandakan Toneel Melajoe.
Sementara itu, Miss Riboet yang populer di kalangan masyarakat ambil bagian dalam pementasan sandiwara yang ditampilkan grupnya. Kelihaiannya dalam memainkan anggar membuatnya kian tersohor. “Ia sangat menonjol ketika berperan menjadi perampok perempuan, dalam ‘Juannita de Vega’ karya Antoinette de Zema,” tulis Fandy.
Kepiawaian Miss Riboet bermain anggar berkaitan erat dengan visi grup operanya yang tak hanya menjadi perkumpulan seni tetapi juga olahraga, sesuatu yang jarang pada masa itu. Remy Sylado dalam Ensiklopedi Musik Jilid II menulis Miss Riboet membuat tradisi baru dalam dunia kesenian, yakni setiap seniman musik dan teater yang ingin bergabung dalam grup seninya tak hanya harus menguasai seni tetapi juga sepakbola.
“Untuk diterima dalam Miss Ribut rupanya harus bisa segala; sandiwara, musik, dan sepakbola. Malahan yang tidak bisa sepakbola jangan melamar!” tulis Amir Pasaribu dalam Analisis Musik Indonesia.
Baca juga: Sepakbola Seniman Panggung
Para pemain sandiwara grup Miss Riboet Orion harus bisa bermain sepakbola bukan tanpa alasan. Selain menampilkan pertunjukan sandiwara, para pemain juga kerap mengikuti pertandingan sepakbola di berbagai kota yang disinggahinya.
Keikutsertaan grup Miss Riboet Orion dalam kompetisi sepakbola menjadi cara untuk menarik minat penonton agar menyaksikan pertunjukan mereka. Tak jarang surat kabar mengumumkan jadwal maupun hasil pertandingan sepakbola yang diikuti tim sepakbola Miss Riboet Orion. Misalnya, dalam surat kabar Bataviaasch Nieuwsblad, 6 Mei 1931, diumumkan tim sepakbola Miss Riboet Orion akan bertanding melawan Voetbalbond Batavia en Omstreken (VBO) atau Persatuan Sepakbola Batavia dan Sekitarnya di lapangan UMS.
Lambat laun tak hanya Miss Riboet Orion yang menggabungkan pertunjukan seni dan olahraga. Kelompok tonil Dardanella yang didirikan A. Piedro juga turut menjajal dunia sepakbola. Perpaduan antara seni dan olahraga yang dipelopori Miss Riboet Orion mendorong lahirnya ide menjual alat musik bersamaan dengan peralatan olahraga. Sehingga, pengunjung yang datang ke toko hendak membeli pianika atau suling, di lain waktu datang untuk membeli raket bulutangkis atau bola tenis.*
Tambahkan komentar
Belum ada komentar