Insiden Kebakaran di Gedung A Museum Nasional Indonesia
Gedung A Museum Nasional Indonesia kebakaran. Koleksi hasil repatriasi dari Belanda dipastikan aman. Pada masa kolonial, koleksi museum kebakaran dalam pameran di Paris.
KEBAKARAN melanda Gedung A Museum Nasional Indonesia (MNI) pada Sabtu, 16 September 2023 pukul 20.08 WIB. Api berhasil dipadamkan pukul 22.40 WIB oleh pemadam kebakaran yang mengerahkan 14 unit dan 56 personel. Tidak ada korban jiwa dalam kebakaran ini.
Ahmad Mahendra, Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya (BLU MCB) mengatakan ada enam ruangan di Gedung A yang terdampak sedangkan 15 ruangan lainnya di Gedung A serta ruangan pamer Gedung B dan C sama sekali tidak terdampak. Api tidak menyebar. Sebagian koleksi yang terdampak adalah replika, seperti di bagian prasejarah.
“Sisanya dipastikan dalam keadaan aman. Koleksi hasil repatriasi dari Belanda juga dipastikan tidak terdampak karena disimpan di lokasi yang jauh dari pusat kebakaran,” kata Ahmad Mahendra dalam rilisnya, 17 September 2023.
Prioritas utama MNI dan BLU MCB adalah mengidentifikasi dan memperbaiki ruangan museum yang terdampak serta memastikan keamanan benda-benda sejarah. Untuk itu BLU MCB telah membentuk tim khusus. Sebagai langkah pencegahan tambahan, untuk memastikan keselamatan dan keamanan pengunjung, MNI ditutup sementara sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Baca juga: Lebih Dekat dengan Museum Nasional
Museum Nasional Indonesia telah berusia 245 tahun. Cikal bakalnya adalah lembaga Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen yang didirikan pada 24 April 1778. Tujuan lembaga ini memajukan penelitian dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan, serta menerbitkan hasil penelitian.
Salah seorang pendirinya, J.C.M. Radermacher menyumbangkan rumah miliknya di Jalan Kali Besar, suatu kawasan perdagangan di Jakarta Kota. Ia juga menyumbangkan benda-benda budaya dan buku-buku berharga. “Sumbangan Radermacher inilah yang menjadi dasar berdirinya museum dan perpustakaan,” tulis buku Pengembangan Museum Nasional (2006).
Baca juga: Pionir Pencerahan di Negeri Jajahan
Karena rumah di Kali Besar sudah penuh dengan koleksi, Letnan Gubernur Thomas Stamford Raffles, ketua direktur perkumpulan itu, memerintahkan pembangunan gedung baru untuk museum dan ruang pertemuan Literary Society (dulu disebut gedung Societeit de Harmonie). Bangunan ini berlokasi di Jalan Majapahit No. 3 (sekarang kompleks gedung Sekretariat Negara).
Koleksi milik perkumpulan ini terus bertambah hingga museum di Jalan Majapahit pun tidak dapat lagi menampungnya. Pada 1862, pemerintah Hindia Belanda membangun gedung museum baru di Koningsplein West (sekarang Jalan Medan Merdeka Barat). Gedung museum ini baru dibuka untuk umum tahun 1868.
Pada 1871, Raja Chulalongkorn dari Thailand berkunjung ke museum dan menghadiahkan patung gajah yang dipasang di halaman museum. Sehingga museum ini pun disebut Gedung Gajah atau Museum Gajah. Kadang kala disebut juga Gedung Arca karena di dalamnya banyak tersimpan berbagai jenis dan bentuk arca.
Baca juga: Harga Mahal di Balik Patung Gajah Museum Nasional
Museum Gajah pernah mengalami musibah. Disebutkan dalam buku Pengembangan Museum Nasional, pada 1931 sebagian koleksi museum diikutsertakan dalam pameran kebudayaan dunia di Paris, Prancis. Malangnya, kebakaran di ruang pameran memusnahkan stan pameran Indonesia sehingga menghancurkan semua benda yang ada. Museum menerima uang asuransi sebagai ganti rugi. Dana ini digunakan untuk membangun ruang pameran keramik, ruang perunggu, dan ruang khasanah di lantai dua.
Selama Perang Dunia II dan perang kemerdekaan, museum terhindar dari bahaya kehancuran. Akhirnya, pada 26 Januari 1950 perkumpulan Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen diubah menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia.
Baca juga: Lempar Kebakaran Sembunyi Tangan
Pada 17 September 1962, Lembaga Kebudayaan Indonesia menyerahkan museum kepada pemerintah Indonesia, yang kemudian menjadikannya Museum Pusat. Pada 28 Mei 1979 Museum Pusat ditingkatkan statusnya menjadi Museum Nasional.
Pada 1987, koleksi Museum Nasional berupa naskah-naskah kuno dan buku-buku dipindahkan ke Perpustakaan Nasional. Arsip-arsip berharga, yang mencakup risalah rapat, daftar koleksi, dan dokumen lain diserahkan kepada Arsip Nasional. Sedangkan koleksi seni rupa ditempatkan di Galeri Nasional.
Perluasan pembangunan Museum Nasional dimulai tahun 1994 dan masih terus berlanjut. Perluasan gedung museum ini meliputi tempat untuk pertunjukan, tempat parkir, area publik, ruang simpan koleksi (storage), dan yang terpenting adalah ruang-ruang pameran untuk menampung lebih banyak koleksi.*
Tambahkan komentar
Belum ada komentar