Bikini dari Paris
Busana renang yang terinspirasi aktivis HAM menuai kontroversi. Sebagaimana sejarah bikini yang mulanya juga kontroversial.
LABEL fesyen DivinoSeas me-launching bikini yang terinspirasi aktivis HAM Rosa Parks. Kendati mengklaim bahwa set pakaian renang two-piece itu untuk sold out, perusahaan asal Florida, Amerika Serikat itu juga dibanjiri hujatan di jagat media sosial.
Sebagaimana dilansir New York Post, 26 Juni 2024, set bikini berbahan polyester (75 persen) dan spandex (25 persen) yang dinamai “ROSA” itu punya dua varian: “sea salt” berwarna biru dan “light pink” berwarna merah muda dan dijual terpisah. Masing-masing bagian atasan penutup buah dada dibanderol 90 dolar (sekira Rp1,8 juta) sedangkan bawahannya 72 dolar (1,2 juta).
“Terinspirasi dari perempuan yang berjuang melawan segregasi bergaya apartheid di Amerika Serikat yang memantik pergerakan HAM pada 1960-an. Dalam rangka menghormati Rosa Parks, DivinoSeas menyematkan inspirasi ini ke dalam haute couture dalam domain busana renang mewah,” bunyi pernyataan label tersebut.
Rosa Parks merupakan salah satu tokoh HAM perempuan kulit hitam yang namanya dikenal luas pasca-aksinya memprotes segregasi rasial pada sistem transportasi era 1950-an dan 1960-an. Kampanyenya bermula dari penolakannya memberikan kursi di area kulit putih kepada penumpang kulit putih di dalam bus di Montgomery, Alabama, hingga dirinya ditangkap aparat kepolisian pada 20 Desember 1956.
Baca juga: Minggu Berdarah di Kota Selma
Namun pesan yang terkandung dalam bikini itu memicu kontroversi. Banyak warganet di jagat X (sebelumnya Twitter) yang menghujat karena menganggap mengaitkan Rosa Parks dengan busana seksi itu merupakan penghinaan bagi perjuangan sang aktivis.
“Saya menuntut perusahaan ini memberikan bunga kepada Rosa Parks di makamnya karena menghinanya seburuk ini,” tulis seorang warganet dikutip Fox News, 26 Juni 2024.
“’Dalam rangka menghormati Rosa Parks?’ Ini terlalu menghina,” kicau warganet lainn.
“Perusahaan ini menjual bikini string yang terinspirasi Rosa Parks. Tidak ada teriakan ‘perjuangan terhadap segregasi bergaya apartheid yang memantik pergerakan HAM Amerika’ seperti bisnis non-kulit hitam yang membanderol 167 dolar untuk (bikini) pink yang aneh ini,” cuit warganet berakun @LauraAnnaSTL.
Tak hanya kali ini bikini memicu pro-kontra. Pada awal eksisnya setahun pasca-Perang Dunia II pun, bikini bikin pro dan kontra kendati seiring waktu jadi tren di kalangan perempuan.
Baca juga: Awas, Ada Busana Seksi!
Gebrakan dalam Persaingan Busana Seksi
Hari ini, 5 Juli, 78 tahun lampau di Paris, Prancis, Micheline Bernardini menjadi orang pertama yang berpose mengenakan bikini. Bikini merujuk pada busana renang modern berupa two-piece atau satu set terpisah: atasan untuk menutupi payudara dan bawahan untuk menutupi bagian kelamin perempuan sehingga mengumbar pusar di bagian perut, paha, dan sebagian bokong.
Sejatinya, sebelum eksisnya bikini yang dipakai Micheline itu, desainer fesyen Jacques Heim sudah merancang dan meluncurkan busana renang satu set terpisah yang dinamai Atome pada medio Mei 1946. Heim mengumbar branding-nya sebagai swimsuit atau busana renang terkecil di dunia.
“Setahun setelah Perang Dunia II, dua desainer Prancis mulai dikenal sebagai pencipta busana renang bikini: Jacques Heim dan Louis Réard. Heim mengklaim menciptakan ‘busana renang/mandi terkecil’ yang ia labeli ‘Atome’ merujuk partikel terkecil dari suatu zat yang ia perkenalkan sebagai alternatif yang lebih seksi dari busana renang yang digemari bintang Hollywood seperti Dorothy Lamour,” tulis Kelly Killoren Bensimon dalam The Bikini Book.
Dalam waktu hampir bersamaan, Réard –yang dikenal sebagai desainer otomotif– juga merancang produk serupa tapi tak sama. Namun ia mengklaim tak berusaha mencontek Heim, melainkan mengaku terinspirasi dari para perempuan yang ia lihat sedang bersantai di Pantai Saint Tropez dengan mengenakan busana pantai model lama, menggulungnya agar bisa tanning atau menggelapkan kulit di bawah sinar matahari.
Baca juga: Kronik Rok Mini
Réard memang kalah start karena Heim lebih dulu merilis dan mengiklankan produknya dengan menyewa pesawat yang menerbangkan banner Atome di atas resor-resor pesisir Mediterania. Oleh karenanya, Réard menganggap perlu ide lain untuk mengafirmasi produknya sendiri.
Gebrakan Réard adalah dengan me-launching produknya dengan menyertakan Micheline sebagai model yang mengenakan hasil karyanya di hadapan media massa di kolam renang hotel Piscine Molitor di Paris, 5 Juli 1946. Réard menamai produknya “Bikini”, terinspirasi dari pulau karang atau atol di Kepulauan Marshall, Samudera Pasifik: Bikini. Kebetulan, empat hari sebelumnya (1 Juli 1946) Atol Bikini jadi situs uji coba nuklir Amerika Serikat.
“Mulanya tidak ada model terkenal yang bersedia mengenakan bikini itu. Réard lalu menyewa jasa Micheline Bernardini, seorang gadis pertunjukan (tari telanjang) di Casino de Paris. Walaupun bikini itu bukan busana two-piece pertama namun bikini yang dipakai (Micheline) itu jadi yang pertama mengekspos perut, pusar, dan bokong karya Réard,” ungkap Kimberly Chrisman-Campbell dalam Worn on This Day: The Clothes That Made History.
Mimpi Réard yang ingin merilis bikini segempar uji nuklir di Atol Bikini pun jadi kenyataan. Sejumlah media massa ramai meliputnya. International Herald Tribune bahkan sampai meng-cover peluncuran bikini itu dalam sembilan artikel.
Tak hanya bikininya, Micheline pun mendadak kondang. Gadis yang sebelumnya hanya dikenal di circle kasino dan panggung pertunjukan itu jadi selebriti instan yang menerima lebih dari 50 ribu surat penggemar pria.
Réard juga terus menggenjot advertising dan pemasaran bikininya dengan ikut menerbangkan banner bikini dengan klaim “lebih kecil dari busana renang terkecil di dunia” di atas resor French Riviera. Tak lupa, Réard pun menetapkan hak paten desain bikini dua pekan pasca-peluncurannya.
Baca juga: Kisah Baju Seksi "You Can See"
Eksploitasi Réard terhadap atensi media berdampak pada pop culture hingga menimbulkan kontroversi. Saking kontroversialnya, bikini baru jadi populer di Eropa dan Amerika awal 1960-an.
“Dalam konteks kaum konservatif mainstream di era 1950-an tak hanya menganggap busana renang minim itu buruk tapi juga dianggap tak bermoral. Pada kontes kecantikan Miss World 1951, misalnya, di mana mulai digelar promosi Festival Bikini Contest yang secara terang-terangan dikecam Paus Pius XII,” tulis Martin Kich dan Aaron Barlow dalam Pop Goes the Decade: The Sixties.
Sejak saat itu, bikini “diboikot” di setiap kontes kecantikan. Begitupun di majalah-majalah khusus pria.
“Akan tetapi saat para bintang filmlah yang kemudian ‘menyelamatkan’ bikini. (Aktris) Brigitte Bardot, Anna (Anita) Ekberg, dan Sophia Loren tampil di film-film mengenakan bikini dan publik meresponnya dengan mengenakan kacamata 3D di bioskop-bioskop,” tandas Nancy Gardner dkk. dalam Bikini Is a State of Mind.
Baca juga: Revolusi Celana Seksi
Tambahkan komentar
Belum ada komentar