Pada 3 November 1957, Uni Soviet meluncurkan roket Sputnik II. Dunia terkejut. Terlebih roket itu diawaki seekor anjing betina bernama Laika. Laika menyisihkan dua anjing lainnya, Muska dan Albina. Dipungut dari dinginnya jalanan kota Moskow, Laika memiliki kualitas seekor anjing percobaan yang baik. Dan ia mudah dilatih.
“Laika adalah anjing yang mengagumkan. Ia sangat tenang dan menyenangkan. Saya membawanya ke rumah dan membiarkannya bermain dengan anak saya. Saya ingin melakukan sesuatu yang baik untuk Laika, karena tahu hidupnya tidak akan lama lagi,” ujar Vladimir Yazdovskiy, fisikawan sekaligus pelatih Laika, dikutip David Whitehouse dalam One Small Step: Astronauts in Their Own Words.
Baca juga: Mencari UFO di Langit Indonesia
Selama masa persiapan, Laika yang berbobot 6 kg dilatih untuk membiasakan diri dengan kabin kecil dalam Sputnik. Kabin ini menyediakan makanan, oksigen, dan pendingin yang cukup untuk Laika bertahan hidup setidaknya selama seminggu di luar angkasa. Tubuhnya juga dioperasi untuk menempatkan sensor yang memantau kondisinya selama berada di dalam kabin.
Publik kurang mengetahui program Sputnik II, terutama awaknya, Laika. Sampai akhirnya pada 27 Oktober 1957, Laika menyapa publik melalui siaran radio Moskow. Menurut Colin Burgess dan Chris Dubbs dalam Animals in Space: From Research Rockets to The Space Shuttle, Radio Moskow menyatakan persiapan peluncuran misi satelit berawak Sputnik II hampir mencapai tahap akhir. Pengumuman itu dilanjutkan dengan memperkenalkan Laika kepada publik Rusia.
“Seakan mengerti antusiasme masyarakat, Laika pun membalasnya dengan cara menggonggong sepenuh hati kepada para pendengarnya,” tulis Burgess dan Dubbs.
Baca juga: Planet Baru di Luar Galaksi
Pada 31 Oktober 1957, Laika mulai ditempatkan di dalam kabin satelit, tiga hari lebih cepat dari waktu peluncuran. Peluncuran dilakukan di stasiun peluncuran roket Baikonur Cosmodrome Kazakhstan.
Laika terlihat tenang menyambut penerbangannya. Sementara para kru dan peneliti yang terlibat dalam penelitian ini cemas karena Sputnik II tak dirancang untuk membawa Laika kembali ke bumi dalam keadaan hidup.
Hitungan mundur akhirnya mencapai angka nol dan mesin roket mulai menyala. Laika panik dan terguncang. Detak jantungnya terbaca semakin cepat dalam sensor telemetri.
“Namun semuanya menjadi makin tenang ketika ia memasuki luar angkasa, 900 mil di atas bumi,” tulis Chris Dubbs dalam Space Dogs: Pioneers of Space Travel. “Jika semuanya berjalan lancar, Sputnik yang diawaki Laika akan bergerak secepat 18.000 mil/jam dan mengelilingi bumi setiap 102 menit sekali.”
Baca juga: Yuri Gagarin Pahlawan Indonesia
Keberhasilan ini menuai prestasi sekaligus kontroversi. Masalahnya, Laika disiapkan untuk mati di dalam Sputnik II karena satelit itu tidak memiliki prosedur untuk kembali ke bumi akibat pengerjaannya yang singkat. Sebagian besar yang mengecam adalah aktivis perlindungan satwa di Amerika Serikat dan sekutunya.
“Ini adalah sebuah kemenangan yang besar dan tak ada yang meragukan bahwa keberhasilan ini membuat malu Amerika. Hanya British Society for The Prevention of Cruelty to Animals yang memprotes pengorbanan Laika,” tulis Boris Chertok, ahli roket Rusia, dalam Rockets and People: Creating a Rocket Industry.
Tak ada yang tahu pasti kapan Laika mengembuskan nafas terakhir di dalam Sputnik II. Saat itu pihak Uni Soviet bungkam.
Namun, kenyataan itu terungkap dalam World Space Conference 2002 di Houston Texas. Ilmuwan Rusia, Dimitri Malashenkov, menyatakan bahwa Laika tewas tak lama setelah peluncuran. “Laika tewas 5 sampai 7 jam setelah peluncuran akibat kepanasan dan tertekan karena kenaikan suhu di dalam kabin,” ujar Malashenkov, yang juga terlibat dalam proyek Sputnik II, seperti dikutip Burgess dan Dubbs.
Baca juga: Tiket Satu Arah ke Mars
Oleg Gazenko, pelatih Laika lainnya, menyatakan penyesalannya di depan publik pada 1998. “Bekerja dengan hewan begitu menyiksa kami. Mereka seperti bayi yang tak bisa berbicara. Semakin waktu berlalu, semakin saya merasa bersalah. Kami seharusnya tidak melakukan misi tersebut. Kami tak cukup belajar dari misi ini untuk sekadar membenarkan kematian Laika,” kata Gazenko, dikutip David Whitehouse. Sejak 1997, pemerintah Rusia membangun monumen untuk mengenang Laika di pusat pelatihan kosmonot di dekat kota Moskow.
Sputnik II yang membawa jasad Laika berada di luar angkasa selama 162 hari dan membuat 2.750 orbit sebelum akhirnya jatuh ke bumi pada 14 April 1958. Laika menutup matanya di antara bintang-bintang. Perjalanan dan pengorbanan Laika telah memberikan data berharga untuk mewujudkan misi-misi perjalanan manusia tak lama kemudian.