Masuk Daftar
My Getplus

Sejarah Pangkat Kopral

Kopral menjadi pangkat bagi prajurit yang sudah senior dan berpengalaman.

Oleh: Petrik Matanasi | 05 Apr 2023
Kopral Sahetapy (tengah) bersama dua anggota KNIL, Emous dan Wungouw. (KITLV).

WAKTU T.B. Simatupang masih sekolah, ia sudah melihat dunia militer. Sim, sapaan akrabnya, sering mendengar nyanyian para serdadu KNIL (Koninklijk Nederlandsch Indische Leger), sebuah lagu reveil tak resmi di tangsi.

Kopi ketan enak rasanya, mati sersan kopral gantinya.

Begitu potongan lirik yang diingat Sim dalam Membuktikan Ketidakbenaran Suatu Mitos. Sersan dan kopral memang bukan pangkat terendah dalam militer. Masih ada pangkat prajurit rendahan yang istilahnya macam-macam, baik karena senioritas maupun keahlian.

Advertising
Advertising

Di masa kini, kopral dan sersan digolongankan sebagai pangkat yang cukup rendah. Namun, di zaman Hindia Belanda, pangkat sersan dan kopral sangat sulit diraih orang Indonesia yang berdinas di KNIL. Baru setelah Indonesia merdeka, meraih dua pangkat itu tidak sulit.

Baca juga: Ajudan bukan Ajudan Pribadi

Kopral adalah istilah pangkat yang cukup tua dalam dunia militer. Kopral, menurut catatan George Crabb dalam Universal Technological Dictionary, adalah pangkat dengan bayaran lebih tinggi dari prajurit biasa. Raymond Oliver dalam makalah “Why Is Colonel Called is Kernel?” menyebut tugas mereka dalam ketentaraan di Italia abad ke-15 adalah memimpin sebuah regu.

Regu biasanya sektiar belasan orang atau kurang dari itu. Oliver mencatat, sebuah regu atau pasukan kecil di Italia abad ke-15, dipimpin oleh seorang prajurit yang berpengalaman dan andal, yang capo de squadra, artinya kira-kira kepala pasukan. Pada abad ke-15, istilahnya berubah menjadi caporale. Orang Prancis mengadopsi istilah ini sekitar abad ke-16 dan melafalkannya sebagai corporal. Dalam bahasa Latin terdapat kata corpus dan dalam bahasa Prancis ada corps, keduanya berarti tubuh. Inggris juga mengadopsinya sekitar abad ke-17 atau ke-18. Pada 1803 dalam tentara Inggris, seorang kopral diberi dua strip chevron atau strip.

Pada zaman Hindia Belanda, untuk menjadi seorang kopral, seorang serdadu harus melalui sekolah kader yang disebut Kaderschool. Menurut Soeharto dalam otobiografinya, Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya, mereka yang punya ijazah sekolah dasar tujuh tahun macam HIS (Hollandsch Inlandsche School) bisa masuk Korteverband yang membuat mereka bisa langsung sekolah kader. Sementara mereka yang tidak pernah sekolah biasanya masuk Langeverband, yang mana mereka baru bisa jadi kopral setelah sepuluh tahun berdinas.

Baca juga: Kopral Anthony Menjebol Benteng Salubanga

Setelah Indonesia merdeka, sistem kepangkatan KNIL diadopsi ke dalam tentara nasional Republik Indonesia. Ketika itu kepala staf tentara adalah Letnan Jenderal TNI Oerip Soemohardjo, mantan KNIL.

Dulu, antara 1945 hingga 1957, golongan tamtama hanya ada tiga tingkat pangkat, mulai dari yang terendah prajurit II, prajurit I, dan kopral. Jika dulu hanya ada golongan tamtama saja, kini selain tamtama biasa ada tamtama kepala. Dalam tamtama biasa ada prajurit dua, prajurit satu, dan prajurit kepala. Sementara dalam tamtama kepala terdapat kopral dua, kopral satu, dan kopral kepala.

Sejatinya, seorang perwira lulusan Akademi Militer juga pernah merasakan pangkat kopral. Di tahun pertama mereka menjadi prajurit taruna, lalu naik ke kopral taruna, sersan taruna, dan akhirnya sersan mayor taruna sebelum lulus menjadi taruna.

Seorang kopral yang sekarang masih berdinas biasanya dalam usia senior. Mereka lulusan Sekolah Calon Tamtama (Secata). Mereka setidaknya telah 12 tahun menjadi tamtama biasa dari prajurit dua ke prajurit kepala. Setelah mereka pensiun, pangkatnya hanya di sekitar kopral. Kecuali mereka diterima masuk Sekolah Bintara. Para sersan yang masih muda, saat ini biasanya lulusan Sekolah Calon Bintara (Secaba).

Baca juga: Martir Letnan Kadir dan Seloroh Kopral Panamo

Pangkat yang mandek di level tamtama kerap mempengaruhi psikolagi prajurit yang sudah tua. “Serdadu badung umumnya berhimpun pada pangkat kopral, karena mereka ini sudah mandek untuk bisa menjadi sersan,” catat Zain Ashar Maulani dalam Menjalankan Kewajiban Kepada Tuhan dan Tanah Air.

Dulu ketika Indonesia baru merdeka, bekas kopral tentara KNIL maupun Angkatan Laut Kerajaan Belanda, biasanya mendapat posisi bagus dalam ketentaraan Indonesia, karena orang Indonesia dengan pengalaman jadi kopral bahkan sersan apalagi letnan, tentu sangat terbatas. Oleh karena itulah ada kopral KNIL kemudian jadi letnan dalam tantara Indonesia.

Ketika keamanan di daerah masih penuh gangguan, di kalangan masyarakat awam dan bukan priayi, kopral termasuk pangkat idaman mertua. Tentu saja pangkat sersan lebih diidamkan lagi. Namun tak semua kopral sesejahtera pensiunan kopral bernama Haryanto yang punya banyak bus.*

TAG

knil tni ad

ARTIKEL TERKAIT

Thomas Nussy versus Anak Cik Di Tiro Hukuman Penculik Anak Gadis Dulu Para Sersan Berserikat Pengawal Raja Charles Dilumpuhkan Orang Bali Pengawal Raja Charles Masuk KNIL Setelah Gerard van Daatselaar Ditawan Kombatan Minahasa dalam Serangan Umum Persahabatan Sersan KNIL Boenjamin dan dr. Soemarno Sejumput Kisah Sersan Baidin Pensiunan KNIL Menipu di Salatiga