Masuk Daftar
My Getplus

Pembunuhan yang Menggemparkan Hindia Belanda

Setelah istrinya meninggal, Darma menikahi Mien Knust. Anak tirinya itu bersama kekasihnya kemudian menghabisi Darma.

Oleh: Amanda Rachmadita | 08 Mei 2023
Darma dan Mien Knust. (Repro Seks dan Kekerasan pada Zaman Kolonial).

KASUS pembunuhan menghebohkan masyarakat Hindia Belanda. Besarnya perhatian publik membuat persidangan kasus tersebut ramai didatangi masyarakat. Pembunuhan yang terjadi pada 3 April 1904 di Bandung, Jawa Barat itu menimpa Tuan Darma, pengajar di Sekolah Pendidikan Guru Bumiputra (Kweekschool voor Inlandse Onderwijzers).

Wartawan Rosihan Anwar menulis dalam Sejarah Kecil “Petite Histoire” Indonesia Jilid 1 bahwa kematian Tuan Darma berkaitan dengan Mien Knust, anak tirinya yang kemudian dinikahinya setelah istri pertamanya meninggal dunia. “Latar belakang pembunuhan itu rumit dan sensasional,” tulis Rosihan. Pasalnya, selain menikahi anak tirinya, kematian istrinya juga digunjingkan tidak wajar.

R.P. Suyono dalam Seks dan Kekerasan Pada Zaman Kolonial menyebut Mien Knust yang berusia 16 tahun, lebih muda dari Darma, mulanya tidak ingin menikah dengan ayah tirinya yang berasal dari Bali itu. Namun, setelah dibujuk oleh keluarganya, Mien menurut untuk menikah dengan Darma.

Advertising
Advertising

Baca juga: Ada Oknum Polisi dalam Pembunuhan Berencana Marhaenis

Rumah tangga Darma dan Mien tak luput dari persoalan. Perkawinan tersebut tak membahagiakan Mien, yang kemudian mencari penghiburan dari Johannes, pemuda Armenia berusia 24 tahun yang lebih muda dari Darma.

Keadaan rumah tangga Darma dan Mien disinggung oleh Nyonya Hoogbruyn, anak angkat Darma, saat menjadi saksi dalam persidangan. Mengutip surat kabar De Locomotief, 19 Desember 1908, Nyonya Hoogbruyn mengatakan pernah mendengar adanya perselisihan antara Darma dan Mien beberapa tahun lalu. “Nyonya Darma mengeluh padanya bahwa Darma ‘bertingkah sangat aneh’, kemudian dia juga menjadi cemburu,” kata Nyonya Hoogbruyn.

Kisah cinta terlarang antara Mien dan Johannes mendorong niat jahat untuk menyingkirkan Darma. Rosihan mengungkapkan, Mien berjanji akan memberikan hadiah seribu gulden bila Johannes mau membunuh Darma. Rencana pembunuhan Darma kemudian dipersiapkan. Dalam kesaksian di persidangan, Nyonya Hoogbruyn menyebut Mien dan Johannes beberapa kali bertemu untuk membahas rencana tersebut.

Baca juga: Hukuman Kasus Pembunuhan Masa Sultan Hamengkubuwono VI

Guna melancarkan aksinya, Johannes meminta bantuan rekannya bernama Baloedi. Sejumlah rencana dipersiapkan, mulai dari menggunakan racun hingga mencoba menyelinap ke dalam rumah. “Johannes menyarankan agar Nyonya Darma membiarkan jendela terbuka agar ia dan sobatnya Baloedi bisa masuk pada malam hari. Namun Nyonya Darma menentangnya karena Darma kerap memeriksa pintu dan jendela di area rumahnya setiap malam,” kata Nyonya Hoogbruyn.

Tak habis akal, Johannes kemudian mengusulkan agar Baloedi dipekerjakan sebagai pembantu di rumah Darma. Mien setuju dengan rencana ini. Namun, kekhawatiran Mien terbukti, meski salah satu pembantu telah diberhentikan, Darma tak setuju memiliki pembantu baru. Rencana ini pun gagal.

Kegagalan tersebut tak memadamkan ambisi Johannes untuk membunuh Darma, hingga pada suatu malam pembunuhan itu benar-benar terlaksana. “Pada saat terjadi kejahatan, kabarnya Nyonya Mien Darma berada di tempat tidur di sebelah suaminya. Rupanya dia ikut membantu dalam pembunuhan Darma,” tulis Rosihan.

Baca juga: Skandal Putri Gubernur Jenderal VOC

Kasus pembunuhan Darma ditangani kepolisian. Johannes dan Baloedi ditangkap. Mengutip surat kabar De Locomotief, 15 Desember 1908, Nyonya Hoogbruyn yang hadir sebagai saksi dalam persidangan mengatakan tak terkejut mengetahui penangkapan Johannes dan Baloedi. Meski begitu ia tak melapor ke polisi karena tak tahu persis siapa yang melakukan pembunuhan.

Sementara itu, tak ada keterangan pasti apakah Mien Knust dihukum atau tidak terkait pembunuhan suaminya. Menurut Rosihan yang ada hanya sebuah foto yang memperlihatkan Darma dan Mien pada hari-hari mereka masih bersama. Dalam foto itu terlihat Mien mengenakan busana panjang berwarna putih yang menutupi tubuhnya hingga tumit. Ia memegang kipas dengan raut muka yang memperlihatkan wajah Indo, sementara di sampingnya Darma mengenakan jas hitam di atas kemeja tutup putih menurut mode Eropa fin-de-siecle (akhir abad ke-19). Darma yang berkumis tebal dengan rambut belah tengah dan mata sedikit sipit, tampak membawa kaos tangan putih di tangan kirinya yang bertumpu pada tongkat.*

TAG

pembunuhan

ARTIKEL TERKAIT

Membidik Nyawa Presiden Sukarno Hukuman Kasus Pembunuhan di Masa Sultan Hamengkubuwono VI Ada Oknum Polisi dalam Pembunuhan Berencana Marhaenis Horor Chucky dalam Kehidupan Nyata 16 Titik Kuburan Massal Genosida 1965-1966 di Kabupaten Grobogan Maqluba Tak Sekadar Hidangan Khas Palestina Eric Carmen dan "All By Myself" Warrior, Prahara di Pecinan Rasa Bruce Lee Yusman Sang Maestro Patung dari Pasaman Menengok Tradisi Sadran di Dua Desa