Masuk Daftar
My Getplus

Padamnya Rokok Kretek Bal Tiga Nitisemito

Perusahaan rokok merek Bal Tiga milik raja kretek Nitisemito yang pernah popular akhirnya bangkrut. Disebabkan oleh konflik internal dan perang.

Oleh: Amanda Rachmadita | 01 Feb 2023
Salah satu agen rokok kretek Bal Tiga milik raja kretek Nitisemito. (Repro Alex Soemadji Nitisemito, Raja Kretek Nitisemito).

Pabrik rokok Bal Tiga milik Nitisemito di Kudus, Jawa Tengah, telah sibuk sejak matahari belum lama terbit. Para buruh berdatangan untuk memproduksi rokok kretek yang digemari masyarakat sebelum Perang Dunia II.

Kisah Nitisemito dalam membangun bisnis rokoknya tak dapat dipandang sebelah mata. Tak penah mendapat pendidikan formal, namun Nitisemito sukses mendirikan perusahaan rokok tersohor berkat sistem pemasaran modern dan tak biasa pada masanya. Sehingga, ia dijuluki raja kretek

Promosi yang dilakukan perusahaan rokok Nitisemito begitu masif dan agresif. Kepada para pelanggan kreteknya, menurut Amen Budiman dan Onghokham dalam Hikayat Kretek, Nitisemito menyediakan berbagai macam hadiah menarik, ikut serta meramaikan pasar malam dengan mendirikan stan rokok, menyelenggarakan pertunjukan sandiwara keliling, hingga yang paling hebat menyewa pesawat terbang hanya untuk menyebarkan pamflet kretek.

Advertising
Advertising

Baca juga: Kisah Nitisemito Anak Lurah Jadi Raja Kretek

Namun, bisnis rokok Nitisemito tak selalu berjalan mulus. Popularitas merek rokok Bal Tiga di masyarakat menjadi sasaran pemalsuan. Perusahaan melakukan sejumlah upaya untuk mengatasinya, seperti mengganti bungkus rokok dengan bungkus yang dicetakkan di Jepang dan menawarkan hadiah untuk setiap paket produk penipu yang diserahkan ke perusahaan.

Pemalsuan bukan satu-satunya tantangan yang dihadapi perusahaan Nitisemito. Menurut Mark Hanusz dalam Kretek: The Culture and Heritage of Indonesia’s Clove Cigarettes, konflik internal yang terjadi di dalam keluarga Nitisemito turut memicu terjadinya krisis dalam keberlangsungan perusahaan tersebut.

“Pada tahun 1930 perebutan kekuasaan di dalam perusahaan mulai berkembang ketika Akuan Markum, cucu Nitisemito, berusaha mengambil kendali manajemen Bal Tiga,” ungkap Hanusz.

Baca juga: Cara Raja Kretek Mempromosikan Rokoknya

Upaya Markum terhambat oleh kehadiran Karmain, karyawan andalan Nitisemito yang dipromosikan menjadi kepala pemasaran pada 1918. Ia juga menantu Nitisemito. “Hambatan utama kesuksesannya adalah Karmain. Jadi, Akuan membuat skema di mana ia entah bagaimana akan mencemarkan nama baik Karmain, memaksa pengunduran dirinya dan kemudian mengambil kendali manajemen sendiri,” tulis Hanusz.

Peluang Akuan datang pada 1932 ketika pemerintah Hindia Belanda mewajibkan perusahaan membeli stiker pajak banderol untuk dipasang pada setiap bungkus rokok. Memanfaatkan kondisi tersebut, Hanusz menyebut Akuan kemudian melaporkan Karmain ke pihak berwenang Belanda karena mencoba memanipulasi peraturan cukai baru itu. Tak diketahui pasti apakah Karmain benar-benar bersalah atau tidak, namun ia ditangkap dan dipenjara. Setelah dibebaskan tanpa tuntutan, ia memutuskan keluar dari perusahaan pada 1935 karena kasus itu berdampak pada reputasinya.

Menurut Amen Budiman dan Onghokham, imbas perselisihan internal keluarga tersebut membuat pemerintah Hindia Belanda mengetahui bahwa perusahaan Nitisemito memiliki pembukuan dobel, suatu hal yang sebenarnya telah lazim, baik di kalangan perusahaan bumiputra maupun nonbumiputra. Pemerintah Hindia Belanda menuduh perusahaan Nitisemito tidak membayar pajak yang seharusnya disetorkan kepada pemerintah.

Baca juga: Upaya Raja Kretek Nitisemito Mengatasi Pemalsuan Rokoknya

“Akibatnya, rumah dan mobilnya disita karena utang pajak yang berjumlah f.160.000,” tulis Amen Budiman dan Onghokham. Pemerintah Hindia Belanda kemudian berbaik hati mengingat jasa Nitisemito yang telah banyak membayar pajak. Pabrik Nitisemito diizinkan beroperasi kembali meski belum dengan kapasitas penuh.

Perusahaan Nitisemito masih menghadapi sejumlah masalah. “Sebagai akibat cuti besar perusahaannya selama beberapa bulan, ia melihat tidak sedikit agennya telah menyeberang ke perusahaan-perusahaan lain. Karena itu, kebangkitan kembali perusahaannya bisa dibayangkan tidak akan berlangsung mulus,” tulis Amen Budiman dan Onghokham.

Upaya membangkitkan kembali usaha rokok kretek Bal Tiga juga mengalami kendala ketika bala tentara Jepang menduduki Indonesia. Hampir seluruh kekayaan dan aset milik Nitisemito dirampas.

Baca juga: Rokok Kretek Rumahan Eksis di Tengah Krisis

Alex Soemadji Nitisemito dalam Raja Kretek Nitisemito menyebut armada angkutan milik perusahaan rokok Bal Tiga Nitisemito yang diperkirakan tidak kurang dari 100 unit dirampas dan dijadikan armada angkutan tentara Jepang. Kondisi itu menyebabkan aktivitas produksi terhenti.

Pada 1944–1945, menurut Amen Budiman dan Onghokham, pemerintah Jepang memerintahkan Nitisemito untuk membuka kembali pabriknya. Namun, upaya ini tidak berlangsung lama. Demikian pula saat Nitisemito mencoba kembali memulai produksi rokoknya tahun 1947. Usahanya kembali mengalami kegagalan.

Walaupun selamat dari perang, perusahaan Nitisemito sulit bersaing dengan perusahaan-perusahaan rokok lain. Kejayaan rokok kretek Bal Tiga tergerus oleh merek-merek rokok lain yang beredar di pasaran. Akhirnya, Nitisemito yang dikenal sebagai bapak industri kretek meninggal dunia pada 1953 di usia 78 tahun. Dua tahun kemudian, perusahaan Nitisemito bangkrut dan rokok kretek Bal Tiga yang sempat populer pun menghilang dari pasaran.*

TAG

rokok nitisemito

ARTIKEL TERKAIT

Upaya Raja Kretek Mengatasi Pemalsuan Rokoknya Cara Raja Kretek Mempromosikan Rokoknya Kisah Anak Lurah Jadi Raja Kretek Rokok Kretek Rumahan Eksis di Tengah Krisis Rokok Kretek Agus Salim Apakah Aidit Seorang Perokok? Tepung Seharga Nyawa Yang Tersisa dari Saksi Bisu Romusha di Bayah Cikal Bakal Bursa Saham Orang Pertama yang Menjual Saham VOC