Paus Yohanes Paulus II Terpukau Pancasila
Ketika pemimpin Takhta Suci Vatikan menjunjung tinggi falsafah bangsa Indonesia. Pancasila, kata Paus Yohanes Paulus II, merangkai harmoni dan kerukunan antarumat beragama.
PAUS Fransiskus dalam lawatannya ke Indonesia menyatakan kekagumannya pada semboyan negara “Bhineka Tunggal Ika”. Hal itu dinyatakannya dalam sambutan kenegaraan di hadapan Presiden Joko Widodo dan para menteri di Istana Negara kemarin (4/9). Semboyan itu, menurut Paus Fransiskus, mencerminkan harmoni bangsa Indonesia di tengah masyarakat yang majemuk.
“Semboyan negara Anda, Bhineka Tunggal Ika, mengungkapkan realitas beraneka sisi dari berbagai orang yang disatukan dengan teguh dalam satu bangsa. Semboyan ini juga memperlihatkan bahwa sebagaimana keanekaragaman hayati yang ada dalam negara kepulauan ini adalah sumber kekayaan dan keindahan, demikian pula perbedaan-perbedaan Anda secara khusus berkontribusi bagi pembentukan mosaik yang sangat besar, yang mana masing-masing keramiknya adalah unsur tak tergantikan dalam menciptakan karya besar yang otentik dan berharga,” kata Paus Fransiskus dalam pidatonya.
Dalam pertemuan antarumat beragama di Masjid Istiqlal pagi tadi, Paus Fransiskus kembali mengungkapkan pujiannya terhadap keberagaman di Indonesia. Paus Fransiskus menyoroti lorong yang menghubungkan Masjid Istiqlal dengan Gereja Katedral sebagai perwujudan Bhineka Tunggal Ika. “Maju terus Bhineka Tunggal Ika,” pungkas Paus dalam pidatonya di Masjid Istiqlal.
Baca juga: Doa Silaban Ketika Merancang Masjid Istiqlal
Paus Fransiskus seperti Paus Yohanes Paulus II, pendahulunya yang pernah berkunjung ke Indonesia, juga terpukau dengan falsafah bangsa Indonesia. Pada 1989, Paus Yohanes Paulus II berkunjung ke Indonesia. Namun, Paus Yohanes Paulus II telah menyatakan kekagumannya pada dasar negara Indonesia, yaitu Pancasila, bahkan sebelum berkunjung ke Indonesia.
“Saya memahami azas dasar yang menjadi landasan negara Anda sekalian, yakni Pancasila, yang merupakan khazanah kebudayaan (peradaban dan nilai-nilai luhur) bangsa Anda dan mencanangkan kebebasan beragama di antara berbagai hak azasi lainnya,” demikian imbuh Paus Yohanes Paulus II dalam suratnya bertanggal 28 April 1984.
Surat dari Paus Yohanes Paulus II tersebut dirilis dalam rangka memperingati “450 Tahun Kehadiran Gereja Katolik di Indonesia”. Isi suratnya ditujukan kepada seluruh umat Katolik di Indonesia. Dokumentasi Biro Nasional Karya Kepausan Indonesia merekam pemikiran Paus tentang Pancasila yang membuka ruang bagi umat Katolik eksis di Indonesia.
“Hal ini (Pancasila) menjamin bahwa umat Katolik Indonesia dapat menghayati imannya dengan bebas, dan dengan demikian bersama semua golongan sesama warga negara, bekerja untuk membangun bangsanya,” kata Paus dalam suratnya sebagaimana diberitakan Bali Post, 9 Oktober 1989.
Baca juga: Atas Nama Ideologi Negara
Dalam suratnya, Paus Yohanes Paulus II menyatakan gembira mengikuti perkembangan karya gereja Katolik di Indonesia. Karya itu, lanjutnya, menjangkau semua kaum awam, pria maupun wanita dalam kegiatan sosial dan pembangunan nasional. Berdirinya sekolah-sekolah, lembaga perguruan tinggi, rumahsakit, baik di kota maupun pelosok, menurut Paus menjadi kesaksian hidup yang telah memperkaya kehidupan bangsa dan meningkatkan kesejahteraan sesama warga negara.
Kekaguman Paus Yohanes Paulus II terhadap Pancasila ditegaskan Duta Besar Vatikan untuk Indonesia Mgr. Francesco Canalini. Dan karena itu, seperti diulas dalam tajuk rencana Bali Post, 6 Oktober 1989, kunjungan Paus ke Indonesia tidak lain adalah untuk melihat dari dekat bagaimana toleransi beragama dapat dijalankan dengan sangat baik Indonesia. Berita perihal kunjungannya sudah tersiar sejak September 1989.
Rencana kedatangan Paus Yohanes Paulus II amat ditunggu-tunggu umat Katolik di Indonesia. Selain Jakarta, Paus direncanakan mengunjungi wilayah-wilayah yang sudah lama terbukukan dalam berbagai dokumentasi Vatikan di Roma. Tempat-tempat itu antara lain: Yogyakarta, Medan, Maumere, dan Dili.
Menteri Sekretaris Negara Moerdiono kepada pers menjelaskan kunjungan Paus Yohanes Paulus II bersifat kunjungan pastoral. Kunjungan pastoral merupakan kunjungan pemimpin umat Katolik kepada umatnya dan berkaitan dengan penggembalaan. Sebagai pemimpin tertinggi, Paus memberikan petunjuk, bimbingan, pengarahan, hiburan, nasihat, penghiburan yang menumbuhkan harapan-harapan rohani bagi umatnya. Hanya di Jakarta kunjungan Paus yang bersifat kenegaraan.
“Kedatangan Sri Paus kala itu fenomenal dan amat menggetarkan khususnya bagi mereka yang beruntung bisa melihat dengan mata kepala sendiri tidak akan bisa melupakan! Berbagai Pernik kunjungan telah diabadikan melalui kliping koran, foto, kartu pos, dan bermacam-macam souvenir cetakan keramik yang jumlahnya sulit dihitung,” kenang Mayjen (Purn.) Tono Suratman, perwira Kopassus yang ditunjuk menjadi komandan pengawal Tim Lima untuk pengamanan Sri Paus, dalam Santo Yohanes Paulus II Mencium Bumi Indonesia.
Pada 9 Oktober 1989, Paus Yohanes Paulus II tiba di Jakarta. Hujan gerimis tidak membatalkan Sri Paus Yohanes Paulus II untuk mencium bumi Indonesia begitu pesawat DC-10 Korea Airlinea yang membawa rombongannya mendarat di Bandara Halim Perdanakusumah. Adegan Paus mencium tanah yang menandai kedatangannya ke Indonesia menjadi potret ikonik yang bersejarah dan dikenang sepanjang masa.
Dari Bandara Halim, Paus meneruskan perjalanan ke Istana Merdeka. Presiden Soeharto menyambut rombongan Paus dalam suatu upacara kenegaraan. Dentuman meriam terdengar menggelegar sebanyak 21 kali mengiringi lagu kenegaraan Vatikan dan lagu kebangsaan "Indonesia Raya". Dalam pembicaraan dengan Presiden Soeharto, Paus Yohanes Paulus II, seperti diungkapkan Mensesneg Moerdiono, kembali menyatakan kekagumannya terhadap Pancasila yang berhasil menciptakan kerukunan umat beragama di Indonesia.
Pada sore hari yang sama, Paus berkhotbah dalam upacara misa suci di Stadion Utama Senayan (kini Gelora Bung Karno). Lebih dari 100.000 umat Katolik dari Jakarta dan berbagai kota lainnya menghadiri perayaan Ekaristi tersebut. Paus dalam khotbahnya mengatakan bahwa Indonesia telah mewujudkan prinsip kebebasan beragama dan menjamin perdamaian dalam etos nasional, yaitu Pancasila. Paus juga menyampaikan hormat yang tulus kepada semua anggota berbagai jemaat Kristen dan umat Islam di Indonesia.
“Kepada semua saudara dan saudari kita yang beragama Islam, yang amat besar jumlahnya di negeri ini, saya mengulurkan tangan persahabatan tulus dan sepenuh hati dalam kepercayaan kita Bersama akan Allah Yang Esa,” demikian sabda Paus Yohanes Paulus II seperti diberitakan dalam Bali Post, 10 Oktober 1989.
Baca juga: Secuplik Jejak Paus Paulus VI di Jakarta
Tambahkan komentar
Belum ada komentar