Hollywood dari Masa ke Masa (Bagian I)
Sepasang suami-istri mendirikan Hollywood sebagai permukiman yang sopan dan berlandaskan pada ajaran-ajaran dalam Alkitab. Berkembangnya industri perfilman Amerika mengubah citra Hollywood.
KEBAKARAN hebat yang melanda kawasan Los Angeles, Amerika Serikat, sejak awal tahun 2025 berdampak pada industri hiburan di Hollywood. Selain menghanguskan sejumlah rumah bintang terkenal, salah satunya Paris Hilton, kobaran api juga melalap beberapa lokasi produksi film dan televisi, sehingga proses syuting tak dapat dilakukan dan menyebabkan kerugian hingga miliaran dolar Amerika.
Sudah sejak lama Hollywood menjadi kiblat perfilman maupun hiburan dunia. Bagi banyak orang yang berkecimpung dalam industri ini, kalimat “menembus Hollywood” seakan impian yang jika berhasil mewujudkannya akan menjadi pencapaian tertinggi dalam karier mereka. Hollywood juga dipandang sebagai tempat berkumpulnya para pesohor, di mana koneksi memainkan peran penting selain bakat untuk dapat menjadi bintang terkenal dalam dunia showbiz. Tak heran bila Gerardo Marti dalam Hollywood Faith menyebut kawasan yang dikenal sebagai ibu kota perfilman dunia itu menjadi tempat fisik dan tempat fantasi –tempat mimpi yang menakjubkan, drama yang bersifat pribadi dan historis, dan kemungkinan yang tak terbatas.
Selain tempat lahirnya berbagai film dan serial televisi populer, Hollywood juga memiliki cerita menarik terkait awal mula kemunculannya. Sejarah lahirnya Hollywood juga tak jauh dari mimpi yang hingga kini terus melekat pada kawasan tersebut.
Baca juga:
Menurut Paul Zollo dalam Hollywood Remembered: An Oral History of Its Golden Age, cerita awal mula Hollywood tak dapat dilepaskan dari peran pasangan suami-istri Harvey Henderson Wilcox dan Daeida Hartell Wilcox yang pindah ke kota metropolitan barat yang berkembang pesat di Los Angeles pada 1883. Terpesona dengan pemandangan Lembah Cahuenga yang indah dan kebun buah ara serta aprikot yang rimbun, yang sering mereka lalui ketika berkendara kereta kuda, pasangan itu memutuskan untuk membeli lahan perkebunan seluas 160 hektar di lembah tersebut, yang kemudian dikenal dengan nama “Hollywood”.
“Nama ‘Hollywood’ disematkan pada area perkebunan pasangan Wilcox atas permintaan Daeida. Nama itu pertama kali didengarnya dari orang asing di kereta api, seorang wanita kaya yang berbicara dengan penuh semangat tentang rumahnya di Hollywood dekat Chicago. Hollywood milik Harvey dan Daeida berada di California. Jalan utamanya pada akhirnya akan menjadi Hollywood Boulevard yang terkenal di dunia. Namun, pada masa Harvey dan Daeida, jalan ini dikenal dengan nama aslinya, Prospect Avenue,” tulis Zollo.
Selesainya pembangunan Santa Fe Railroad pada 1885 berdampak pada booming tanah yang luar biasa, dan Harvey Wilcox dengan bijak memanfaatkannya. Ia menjual sebagian besar properti yang dimiliknya di pusat kota, termasuk rumahnya di Hill Street. Ia bersama Daeida lalu pindah ke rumah pertanian kecil yang telah direnovasi di lahan perkebunan Hollywood.
Keluarga Wilcox dikenal sebagai abolisionis yang taat dan penganut Metodis yang berdedikasi pada kesederhanaan, serta menjauhkan diri dari godaan apapun yang dapat melemahkan kemurnian jiwa. Cita-cita mereka cukup ironis, yakni menciptakan lingkungan di mana orang-orang yang berpikiran sama hidup berdampingan menjalani kehidupan Kristen yang baik dan bersih, termasuk menjauhi alkohol.
“Mereka memiliki visi untuk membangun sebuah ‘permukiman yang sopan dan berlandaskan pada ajaran-ajaran dalam Alkitab’…‘Bagi mereka yang ingin melarikan diri dari gaya hidup yang keras dan dekaden di pusat kota LA.’ Sebagai sebuah komunitas yang berpandangan konservatif, Hollywood melarang penjualan dan konsumsi semua minuman beralkohol beberapa tahun sebelum pelarangan nasional terhadap minuman keras diberlakukan secara nasional pada 1920-an, yang membuat minuman alkohol menjadi ilegal di seluruh Amerika,” jelas Zollo.
Baca juga:
Harvey Wilcox membangun Hollywood menjadi kawasan yang terdiri dari beberapa blok dan jalan raya dengan Franklin Avenue di bagian utara, Sunset Boulevard di bagian selatan, Gower Street di bagian barat, dan Hudson Avenue di bagian timur. Wilcox menata kota barunya dengan deretan pohon yang ditanamnya sendiri di sepanjang jalan. Ia lalu mendaftarkan peta jalan lingkungan barunya ke LA City Recorder pada 1 Februari 1887, yang merupakan pendaftaran resmi pertama Hollywood sebagai permukiman di Los Angeles.
Pembangunan Hollywood berkembang pesat pada periode akhir abad ke-19 seiring munculnya perusahaan kereta api dan pembangunan jalur kereta di kawasan itu, yakni Los Angeles Ostrich Farm Railway Company dan Cahuenga Valley Railroad. Menurut sejarawan Marc Wanamaker dan Robert Nudelman dalam Early Hollywood, perkembangan dalam dunia transportasi darat itu mendorong dibukanya berbagai layanan publik di Hollywood, salah satunya kantor pos yang dibuka pertama kali di Sackett Hotel pada November 1897.
Kendati sempat mengalami kelangkaan air yang menyebabkan banyak petani di Hollywood gagal panen karena kekeringan di akhir tahun 1890-an, industri pariwisata di kawasan itu justru berkembang cukup baik berkat munculnya trem listrik yang beroperasi dari pusat kota Los Angeles melewati Hollywood dan terus ke kota Santa Monica hingga menuju ke laut.
Memulai perjalanan dari pusat kota Los Angeles, para turis yang melakukan perjalanan langsung ke Hollywood akan turun di depo Hollywood yang berada di Prospect & Cahuenga. Di sana, mereka ditunggu oleh C.M. Pierce, seorang pengusaha muda yang akan membawa para turis dengan kereta kuda untuk melihat tempat-tempat yang mengagumkan, salah satunya studio dan taman bunga milik Paul DeLongpre, seniman Prancis terkenal yang pindah ke Hollywood pada akhir abad ke-19. Selain itu, para turis juga akan mengunjungi Lembah Cahuenga dan kemudian ke Glen Holly Hotel untuk menikmati hidangan utama yang menggugah selera, dengan biaya hanya 75 sen.
“Bisnis pariwisata yang dijalankan Pierce cukup sukses. Bahkan, banyak wisatawan yang kebanyakan baru pertama kali mengunjungi Hollywood tertarik dengan kawasan ini dan memutuskan untuk tinggal di sana secara permanen, sehingga mendorong berdirinya banyak kawasan hunian di seluruh kota,” tulis Zollo.
Baca juga:
DeLongpre bukan satu-satunya orang Prancis yang menjadi penghuni pertama Hollywood. Pada 1889, Rene Blondeau dari Normandie, Prancis, datang ke Hollywood bersama istrinya, Marie, melalui New Orleans. Mereka membeli tanah seluas enam hektar dari Wilcox di sudut barat laut Sunset & Gower, dan membangun tempat tinggal. Blondeau kemudian merenovasi rumah tersebut dengan membangun ruang tambahan, dan membuka kedai minuman “Blondeau’s Tavern” yang menyajikan makanan dan anggur serta berbagai minuman keras.
Ketika mengunjungi kedai Blondeau dan menyantap makanan Prancis, DeLongpre begitu terkesan dan sejak itu hampir setiap hari ia bersantap di Blondeau’s Tavern. Namun, kedai ini dipaksa tutup karena larangan alkohol dari Wilcox. Pemilik kedai kemudian menyewakan propertinya kepada pengusaha yang kelak berperan besar dalam pengembangan Hollywood sebagai pusat perfilman dunia di abad ke-20.
Sementara itu, penataan kawasan Hollywood ditambah pemandangannya yang menawan membuat Hollywood semakin dilirik sejumlah penduduk baru. Pengusaha lokal yang melihat prospek menguntungkan kemudian membuka usaha di berbagai lini, mulai dari perhotelan, perbankan, hingga retail. Salah satunya adalah yoko perlengkapan serba ada pertama di Hollywood didirikan oleh Horace Sackett, yang datang ke Hollywood pada 1887. Selain membangun tempat tinggal, ia juga mendirikan salah satu hotel pertama di Hollywood, sebuah bangunan tiga lantai dengan toko serba ada di sudutnya yang menyediakan segala macam kebutuhan penduduk Hollywood, mulai dari mentega, telur, biskuit, keju, pakaian, sepatu, meteran, hingga barang-barang kaleng yang kelak menjadi populer.
Pada tahun yang sama, M.J. Warneke mendirikan Glen Holly Hotel di sudut Franklin & Ivar. Sebuah hotel yang meski ukurannya tidak terlalu besar, tetapi memiliki perabotan lengkap dan dikeliling taman-taman bunga mawar yang subur. Hotel ini menjadi bagian penting dalam perkembangan industri pariwisata Hollywood di akhir abad ke-19.
Memasuki abad ke-20, Hollywood yang semula lahan perkebunan sederhana milik suami-istri Wilcox menjelma menjadi kawasan permukiman yang potensial. Menurut Heather Addison dalam Hollywood and the Rise of Physical Culture, atas dasar ini pada 1903 Hollywood didirikan sebagai kota, dan pada 1910 –ketika pengusaha-pengusaha di industri perfilman Amerika mulai melirik Hollywood sebagai basis mereka– kota ini dianeksasi oleh Los Angeles, dengan luas wilayah sekitar dua puluh empat mil persegi.
Di samping itu, penemuan-penemuan inovatif dalam dunia fotografi tak hanya memungkinkan sebuah gambar ditampilkan secara bergerak yang kini dikenal sebagai film, tetapi juga melahirkan industri baru yang kelak akan mengubah citra Hollywood, dari lingkungan perkebunan yang sederhana berdasarkan visi keluarga Wilcox menjadi kawasan yang glamor dan penuh ingar-bingar, tempat ambisi dan pencapaian saling bersinggungan.*
Tambahkan komentar
Belum ada komentar