Romansa dalam Relief Candi
Relief-relief candi menggambarkan adegan sepasang kekasih yang tengah memadu cinta.
Seorang gadis berambut panjang tergerai berbaring di dipan. Para inang menemaninya. Perempuan muda itu terlihat sedang sakit. Sakit rindu akibat terlalu lama berpisah dengan kekasihnya.
Adegan berlanjut memperlihatkan seorang lelaki bertopi tekes, yang sering dikenali sebagai Panji, tengah duduk di bawah pohon memegang gulungan surat. Di depannya menanti seekor burung berjambul dan berparuh bengkok. Bentuknya mirip burung kakak tua berjambul.
Burung itu kemudian terbang jauh melewati perairan yang luas. Paruhnya menggigit surat milik Panji hingga akhirnya berhasil tiba di hadapan perempuan yang tengah sakit rindu itu.
Melihat si burung, perempuan itu bangkit dengan gembira. Dia terima surat dari sang kekasih yang berada jauh darinya dengan penuh suka cita.
Baca juga: Katakan cinta dengan kelopak bunga
Kira-kira begitulah kisah cinta Panji dan kekasihnya yang bisa dibayangkan ketika membaca relief di dinding Candi Panataran, Blitar. Mereka akhirnya kembali dipertemukan dan saling menumpahkan kerinduan. Dalam puncak asmara, keduanya saling bermesraan. Panji memangku kekasihnya, meremas payudaranya.
Kerinduan dalam kisah-kisah cinta Jawa Kuno sering digambarkan dengan ekspresi sakit rindu. “Dalam bahasa Jawa Baru, sakit yang demikian dinamai loro wuyung atau loro bronto, yang artinya sakit rindu sebagai wujud dari psikosomatis lantaran cinta yang terhalang,” kata Dwi Cahyono, arkeolog dan pengajar sejarah di Universitas Negeri Malang.
Hal itu juga yang digambarkan dalam relief Sri Tanjung. Kisah ini ditemukan di kaki Candi Jabung yang terletak di Probolinggo. Di sana terpahat seorang perempuan, bisa jadi Sri Tanjung, tangan kirinya membawa sesuatu.
Menurut Dwi perempuan itu mungkin memegang imbalan untuk seekor burung yang ditugaskan mengantar surat. Surat itu baru diterimanya dari sang suami, Patih Sidapaksa, yang jauh darinya.
Relief Angling Dharma di Candi Jago. (Risa Herdahita Putri/Historia).
Adegan percintaan lainnya dikisahkan dalam relief Angling Dharma yang ada di dinding Candi Jago, Malang. Angling Dharma bertemu kembali dengan penjelmaan istrinya dalam wujud Ambarawati, yang kemudian menjadi istri keduanya. Mereka bertemu ketika Angling Dharma dihukum buang ke hutan.
Baca juga: Angling Dharma, tokoh nyata atau rekaan?
Setelah melalui beragam cobaan dalam pembuangannya, keduanya pun bersatu. Adegan asmara kedua tokoh ini digambarkan lewat tokoh Angling Dharma yang seakan merengkuh mesra kekasihnya, Ambarawati.
Perantara pesan cinta
Relief Panji dan Sri Tanjung menggambarkan sejak masa Hindu-Buddha komunikasi antarkekasih yang terpisah menggunakan surat. Bedanya, burung dalam relief Sri Tanjung seperti merpati terlihat dari paruhnya yang lurus dan lancip.
Menurut Dwi, terkait merpati sebagai burung pos tergambar pada arca Dewi Ratih, istri Dewa Kama, sang dewa asmara. Merpati merupakan kendaraan Dewi Ratih. “Kama dan Ratih sebagai dewa dewi asmara dalam kaitan dengan burung dara (merpati) yang bisa mengemban tugas sebagai burung pos, karenanya terkait dengan surat cinta,” kata Dwi.
Baca juga: Tiga kisah surat cinta para pendiri bangsa
Perantara sepasang kekasih juga ditunjukkan dalam kisah Ramayana berupa cincin bukan burung. Dalam relief Ramayana yang dipahat pada dinding candi induk Panataran terlihat kera putih Hanoman diutus Rama untuk menemui kekasihnya, Dewi Sinta. Dengan susah payah Hanoman masuk ke penyekapan Sinta di negeri Alengka yang dijaga tentara raksasa. Sebagai bukti utusan Rama, Hanoman menyerahkan cincin milik Sinta yang dibuang di hutan ketika diculik Rahwana. Cincin itu ditemukan oleh Rama.
Baca juga: Saputangan tanda cinta
Hanoman membujuk Sinta agar meninggalkan Alengka. Namun, dia menolak karena berharap kekasihnya sendiri yang menjemputnya. Dia pun meminta sang kera putih kembali untuk menyampaikan keinginannya itu. Sayangnya, berbeda dengan kisah-kisah lain, kisah Rama dan Sinta tak berakhir bahagia. Sinta memilih ditelan bumi demi membuktikan kesuciannya pada Rama.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar