Kekayaan Vatikan dan Perompakan
Seorang uskup menumpuk kekayaan dengan berbisnis, bahkan dengan cara yang dianggap perbuatan dosa. Di perjalanan, kekayaan itu dibajak perompak.
VATIKAN pernah terlibat dalam perebutan harta warisan salah satu uskupnya. Hal ini disebutkan dokumen yang baru-baru ini dikeluarkan untuk publik. Dokumen tersebut juga menyebutkan soal bajak laut yang mencoba merampas harta tersebut ketika dikirim dari Portugal ke Prancis.
“Sebagian besar dari dokumen ini berkaitan dengan aktivitas rekening dan inventarisasi Camera Apostolica (lembaga keuangan kepausan). Dari dokumen ini kita bisa melacak aktivitas para pengumpul dana kepausan dan mengetahui berbagai ‘peninggalan’ yang mereka wariskan setelah wafat,” tulis Charles Donahue Jr. dalam The Spoils of the Pope and the Pirates, 1357: The Complete Legal Dossier from the Vatican Archives. Buku ini berisi dokumen-dokumen Vatikan yang baru saja diterbitkan.
Seperti dilansir livescience.com (3/10), kisah tersebut bermula ketika kapal Sao Vicente berangkat dari Lisboa, Portugal, pada awal 1357 menuju Avignon, Prancis, tempat Paus Avignon VI menetap. Kala itu, pusat pemerintahan kepausan dipindahkan ke Prancis karena ketidakstabilan politik di Italia.
Baca juga: Orang Katolik di Masa Jepang
Kapal itu memuat kargo termasuk emas, perak, permata, dan perhiasan mahal lainnya yang sebelumnya dimiliki Thibaud de Castillon, uskup utusan Vatikan yang baru meninggal. Selama masa tugasnya di Portugal, Castillon menumpuk kekayaan dengan cara berbisnis dengan pedagang-pedagang di Prancis. Beberapa bahkan dilakukan dengan cara-cara tidak lazim dan dianggap perbuatan dosa oleh gereja, seperti mengambil untung besar (riba) dari bisnis lintah darat.
Untuk mengelak tuduhan gereja, Castillon mengatakan bahwa kekayaannya adalah milik mitra bisnisnya di Montpellier Prancis, yakni Peire Laugautru dan Guilhem Parayre.
Gereja menutup mata terhadap bisnis Castillon. Tapi ketika dia meninggal, Camera Apostolica bergerak cepat menyita harta peninggalannya. Untuk itu, kapal Sao Vicente dikirim. Ketika berlayar di dekat Cartagena, Spanyol, kapal diserang dua kapal bajak laut pimpinan Antonio “Botafoc” (Si Kentut Api) dan Martin Yanes.
Menurut Daniel Williman dan Karen Ann Corsano, editor buku tersebut, kapal Botafoc bersenjata lengkap sehingga awak kapal Sao Vicente terpaksa menyerahkan muatannya. Tetapi Botafoc dan krunya tidak beruntung karena kapalnya karam di dekat kota Aigues-Mortes, Prancis. Tentara setempat menangkap mereka.
“Para awak kapal Botafoc dihukum gantung. Sebab, dalam tradisi saat itu, mereka para bajak laut adalah hostes humani generis, musuh masyarakat yang tidak memiliki perlindungan hukum,” tutur Williman dan Corsano.
Baca juga: Masuknya Kristen di Indonesia
Botafoc sendiri dan perwiranya dipenjara di Montpellier. Mereka lolos dari maut setelah menyogok seorang uskup dari kota Turin yang kebetulan sedang berada di Montpellier.
Harta De Castillon yang berhasil direbut kembali didaftarkan sebagai harta kekayaan Vatikan. Sebagian besar kemudian digunakan untuk membayar gaji staf Vatikan dan hadiah untuk kaum bangsawan Eropa.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar