Di masa kini, para pasangan yang akan menikah atau pasangan yang baru menikah mungkin tak perlu “setakut” zaman dulu. Kemajuan zaman membuat informasi tentang tips-tips membina rumah tangga yang baik berseliweran di laman media-media mainstream atau media sosial. Tips-tips tersebut biasanya disampaikan psikolog, motivator, atau publik figur yang “sukses” ber-rumah tangga.
Dahulu, orang-orang yang akan menikah atau baru membina rumah tangga tidak memiliki informasi sekaya sekarang. Membina rumah tangga yang baik dipelajari secara turun-temurun melalui nasihat-nasihat orang tua. Para raja, kaum bangsawan, dalang, atau pujangga seringkali menulis nasihat tersebut dalam sebuah naskah. Salah satunya di Kadipaten Pakualaman, di mana Pangeran Adipati Pakualam menuliskan nasihat-nasihatnya dalam bentuk karya sastra yang diberi judul Serat Piwulang Putra Putri Bab Palakrama.
Baca juga: Tips Memilih Jodoh Ala Raja Jawa
“Serat Piwulang Putra Putri Bab Palakrama ditujukan untuk anak-cucu Pakualam. Urutannya dari Pakualam I memberikan piwulang ke Pakualam II, kemudian Pakualam II memberikan piwulang ke anak-cucunya. Tetapi yang menarik, kebanyakan untuk perempuan. Mungkin ini ada kaitannya pula dengan Raden Ayu Rangga,” ucap Krisna, pegiat Komunitas Jagongan Naskah Nusantara, dalam diskusi Jagongan Naskah seri 46, secara daring.
Raden Ayu Rangga adalah anak dari Adipati Pakualam II dengan istrinya, Ratu Ayu/G.K.R.A.A Pakualam II. Belum ditemukan atas dasar apa penulisan serat tersebut dilakukan. Ada kemungkinan ditunjukkan ketika Raden Ayu Rangga akan menikah sehingga serat ini menjadi nasihat untuk anak serta menantu Adipati Pakualam II.
“Piwulang-piwulang ini disampaikan saat anak-putu dikumpulkan dan ketika midodaren,” kata Dosen Sastra Jawa UGM Dr. Sri Ratna Saktimulya. Midodaren merupakan salah satu ritual dalam pernikahan adat Jawa yang dilakukan satu malam sebelum akad.
Baca juga: Dukungan Paku Alam pada Republik Indonesia
Adipati Pakualam mengatakan bahwa rumah tangga dapat berjalan baik dan diberkahi jika didasari oleh iman. Nasihat ini berlaku secara umum baik untuk laki-laki maupun perempuan.
“Beratnya orang yang berumah tangga, jika tidak beriman dalam hatinya (akan menjadikan) tidak kebagian manfaat dari Tuhan Yang Maha Suci, hanya akan menjadi debunya api neraka,” kata Serat Piwulang Putra Putri Bab Palakrama.
Nasihat selanjutnya, untuk perempuan, berkaitan dengan tindakan yang dilakukan. Perempuan yang baik harus dapat bertutur kata yang pantas. Selain itu, berpendirian teguh alias tidak mudah goyah. Perempuan dapat menjadi makhluk unggul dan dapat membangun rumah tangga jika memiliki bekal ilmu dan agama. Hal ini hanya bisa didapatkan dengan cara belajar tanpa mengenal lelah.
Baca juga: Kala Sang Raja Ditolak Cintanya
Kerukunan dengan keluarga merupakan hal yang harus diperhatikan oleh perempuan. Jika tidak rukun, Serat Piwulang Putra Putri Bab Palakrama mengibaratkan, akan ditinggalkan oleh Sri-Sadana (kesuburan dan ketenteraman). Kententeraman ini juga dapat terwujud ketika kita merasa cukup, tidak mudah terayu oleh nafsu duniawi.
“Jangan terbuai akan gemerlap dunia, sebab di dunia ini hanyalah fana, begitu pula yang terlihat baik atau buruk, perhatikan dahulu dengan seksama lalu pertimbangkan dengan benar,” ungkap Serat Piwulang Putra Putri Bab Palakrama pupuh III.
Keberhasilan dalam membina rumah tangga tidak hanya ditanggung oleh perempuan. Laki-laki juga bertanggung jawab akan hal tersebut. Serat Piwulang Putra Putri Bab Palakrama menyajikan pula nasihat-nasihat untuk laki-laki. Apabila laki-laki tidak dapat berbuat baik, bahkan memperlakukan perempuan dengan kasar, kata serat tersebut, ia diibaratkan seperti kerbau, sapi, dan kambing.
“Pada akhirnya nasihatku ini, Nak, bahwa segenap tingkah laku dan ucapan, jangan meninggalkan pertimbangan, gunakan pikir dan rasa sebelum melakukan sesuatu, jika menerapkan lebut hati, itu menjadikan selamat dan sejahtera,” kata Serat Piwulang Putra Putri Bab “Palakrama”.