DEMI memastikan kelancaran arus mudik dan arus balik Lebaran tahun 2023, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo melakukan peninjauan langsung ke lapangan. Salah satunya ke Tol Cikampek.
“Kapolri terjun langsung menemui beberapa masyarakat di Rest Area KM 62 Tol Cikampek. Ia menyapa serta menanyakan soal pelayanan dan pengaturan arus mudik serta balik Lebaran tahun ini,” demikian diberitakan antaranews.com, 26 April 2023.
Peninjauan langsung tentu memberi nilai tambah pada kepemimpinan Listyo Sigit. Itu menjadi salah satu indikator tanggung jawab yang bersangkutan. Toh, Sigit bukan kapolri pertama yang melakukannya. Kapolri pertama Raden Said Soekanto pun telah melakukannya, bahkan di masa perang.
Masa perang atau revolusi kemerdekaan Indonesia merupakan masa sulit yang harus dihadapi Kepolisian Negara Repubik Indonesia. Selain menjaga ketertiban hukum, mereka juga harus angkat senjata menghadapi tentara Belanda. Lantaran itulah Kepolisian Indonesia memiliki pasukan paramiliter semacam Brigade Mobil (Brimob) yang di masa lalu disebut Mobil Brigade (Mobrig).
Baca juga: Cerita Para Bhayangkara
Di Jawa, dua kali tentara Belanda menyerang, lewat Agresi Militer Belanda pertama (21 Juli 1947) dan Agresi Militer Belanda kedua (19 Desember 1948). Kesulitan yang ditimbulkan pun membuat polisi harus dapat tugas tambahan.
Pada pertengahan 1947, serangan tentara Belanda sedang gencar di Jawa Timur (Jatim). Namun Kepala Kepolisian Negara Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo (1908-1993) justru mengunjungi Jatim. Kehadirannya tentu seperti sedang menantang bahaya.
Baca juga: Soekanto Dikudeta di Tengah Prahara
Rombongan Soekanto mengunjungi Mojokerto dan sekitarnya. Sambutan yang didapatkannya tentu hanya kesederhaan ala zaman perang. Tak ada makanan mewah. Namun dia justru terkesan dengan suguhan air kelapa muda yang disuguhkan padanya di sebuah desa.
Sebuah pabrik yang rusak menjadi tempat kunjungan Soekanto di Jawa Timur. Kebetulan Mobil Brigade (Mobrig) dari kepolisian di Surabaya dan Kandangan, Kediri membutuhkan peralatan pabrik yang tersisa. Soekanto sendiri ingin melihat langsung kerusakannya. Komisaris Moh. Jasin, komandan Mobrig, ikut mengantar Sukanto selama peninjauan itu. Namun, ada halangan yang mengganggu rombongan dalam perjalanan.
Baca juga: Ulah Adam Malik Bikin "Bapak Brimob" M. Jasin Bergidik
“Sebelum tiba di lokasi bekas pabrik itu, mobil kami mogok. Segera diusahakan perbaikan yang memakan waktu kurang lebih satu jam,” aku Soekanto dalam Bunga Rampai Perjuangan dan Pengorbanan.
Setelah satu jam, mobil mogok itu akhirnya selesai diperbaiki. Seorang staf dari Mobrig memberi saran agar peninjauan dibatalkan saja. Rupanya, pada waktu akan tiba di tempat yang hendak dikunjungi, tempat itu telah dihujani peluru dari mortir dan meriam tentara Belanda.
“Mobil mogok selama satu jam telah menyelamatkan rombongan dari serangan itu,” aku Soekanto.
Kejadian itu membuat Soekanto menganggap kunjungannya diketahui tentara Belanda dan sebaliknya, adanya kelemahan dalam intelijen pemerintah RI.
“Bagaimana intelijen Belanda memahami rencana peninjauan ke pabrik tersebut?” Soekanto membatin.*