Ulah Adam Malik Bikin "Bapak Brimob" M. Jasin Bergidik
Diajak Adam Malik ke Moskow, M. Jasin kaget "diangkat" jadi Kapolri. Dapat fasilitas mewah, malah bergidik.
Selain memiliki kepercayaan diri besar, mantan Wakil Presiden Adam Malik dikenal sebagai pejabat yang tak peduli protokoler. “Semua bisa diatur,” demikian kalimatnya yang terkenal.
Almarhum Joesoef Isak, mantan pemred Merdeka dan sekjen Persatuan Wartawan Asia-Afrika yang bersahabat dengan Adam, ingat betul sifat Adam itu. Joesoef sendiri pernah datang ke sebuah acara formal di mana Adam menjamu tamu-tamunya. Meski keduanya lama tak bertemu, Adam tak melupakannya.
“Dia sedang bincang dengan tamu-tamu. Begitu lihat saya, dia langsung panggil dan datangi saya,” kata Joesoef tangannya menirukan gerakan Adam, kepada Historia.
Ketidakpedulian Adam pada protokoler itu pernah mengakibatkan “Bapak Brimob” M. Jasin menjadi repot. Kisahnya terjadi saat Jasin menjalani pendidikan di Jerman Barat (Jerbar) sekitar 1962. Suatu hari, Jasin diajak Dubes RI untuk Jerbar Lukman Hakim SH ke Wina, Austria untuk mencari informasi keadaan tanah air kepada rombongan Presiden Sukarno yang sedang singgah di kota tersebut.
Rombongan yang di dalamnya terdapat Wakasad Jenderal Gatot Soebroto dan Kolonel Mas Isman itu akan melanjutkan perjalanan ke Moskow, Uni Soviet. Mereka dijemput Dubes RI untuk Soviet Adam Malik di Wina. Di situlah Jasin bertemu Adam.
Baca juga: Adam Malik dan Minyak Rambut
“Bung Adam mengajak saya untuk ikut rombongan Presiden ke Moskow. Kepadanya saya katakan, ‘Bung Adam harus tahu bahwa sekarang ini saya hanya bertugas belajar dan tidak memiliki jabatan. Apakah Presiden Soekarno setuju jika saya ikut rombongan?’” kata Jasin dalam memoarnya, Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang: Meluruskan Sejarah Kelahiran Polisi Indonesia.
“Semua bisa diatur. Tidak apa-apa, ikut saja,” jawab Adam santai.
Jasin pun menyelinap ke dalam rombongan dan ikut ke Moskow. Usai sambutan kemiliteran di Bandara Internasional Moskow, anggota rombongan bersalam-salaman dengan perwakilan tuan rumah. Saat itulah Adam berulah sehingga mengagetkan Jasin. Adam memperkenalkan Jasin kepada kepala Kepolisian Uni Soviet sebagai Kapolri.
“Saya berbisik kepada Bung Adam, ‘Bung, saya kan bukan Kapolri.’ Bung Adam balas berbisik, ‘Diam sajalah, supaya dilayani baik,’” kata Jasin dalam testimoninya di buku Sukarni Dalam Kenangan Teman-Temannya.
Baca juga: Sukarni Takut Kenpeitai
Ulah Adam membuat Jasin mendapat fasilitas kelas satu. Selain mendapat kamar super VIP di Hotel Sovietskaya, Jasin juga mendapat dua ajudan dari Kepolisian Soviet yang standby menjaga keamanannya sekaligus memenuhi semua permintaannya.
Karuan fasilitas itu membuat Dubes RI untuk RRC Sukarni, yang juga hadir ke Moskow, bingung karena fasilitas yang diterimanya berbeda. Dia lalu menanyakannya pada Jasin mengapa dapat kamar lebih besar dari yang dia dapat.
“Ini akibat ulah Bung Adam, saya diperkenalkan kepada mereka sebagai Kepala Polisi RI,” jawab Jasin.
Jasin ikut saat rombongan presiden mengunjungi Mausoleum Lenin. Malamnya, sepulang dari Mausoleum, wajah Lenin terus membayangi Jasin.
“Pada malam pertama di Hotel Sovietskaya saya dihinggapi rasa takut tidur di tempat tidur yang diperkirakan dapat ditiduri oleh 10 orang dalam ruangan yang sangat luas. Saya berusaha menutup mata, tetapi rasanya terbayang Lenin berdiri di muka tempat tidur saya. Maklumlah, paginya saya turut dalam acara berkunjung ke Museum Lenin. Saya bangun dan membuka jendela besar kamar, sehingga saya dengar kesibukan lalu lintas. Saya berharap, dengan berbuat demikian, akan hilang rasa takut itu. Saya kemudian kembali ke tempat tidur,” kenang Jasin.
Upaya itu tak membantu Jasin bebas dari rasa takutnya. Dia tetap tak bisa tidur. Dia bahkan kaget setengah mati ketika suara ribut memenuhi kamarnya. Suara itu ternyata datang dari seekor burung gagak yang masuk. Maka Jasin buru-buru mengusirnya.
Baca juga: Moehammad Jasin, Komandan Polisi Istimewa
Namun, tetap saja Jasin tak bisa tidur. Karena diliputi ketakutan, Jasin pun menuju kamar Sukarni yang terletak di lantai yang sama. Dia berharap Sukarni sudi menemaninya tidur di kamarnya. Jika Sukarni menolak, Jasin berencana ingin menumpang tidur di kamar Sukarni.
Pintu kamar Sukarni pun diketuk Jasin. Namun karena berulangkali ketukan pintunya tak membuat Sukarni bangun, Jasin terpaksa kembali ke kamarnya sambil gelisah. Lelahlah yang akhirnya membuatnya bisa tidur.
Di acara makan siang keesokannya, Jasin bertemu Sukarni yang mengajaknya makan siang ke rumah dinas Adam. Keduanya lalu menuju rumah dubes. Jasin merasa perlu membicarakan “jabatan Kapolri dadakan”-nya dengan Adam.
“Saya masih tetap memikirkan ‘keberanian’ Bung Adam ‘mengangkat’ saya dari tugas belajar ke kedudukan sebagai Kepala Kepolisian RI di negeri Uni Soviet yang protokol dan intelnya ketat. Bagiamana jika ketahuan? Pasti akan muncul permasalahan diplomatik dan Kepala Kepolisian Negara RI yang sebenarnya mengajukan protes. Pikiran saya menjadi kacau mengharapkan Bung Adam lekas kembali agar ia menenangkan diri saya.”
Maka sembari makan siang, Jasin mengutarakan kegelisahannya kepada Adam. Sukarni yang tak tahu apa-apa hanya mendengarkan.
“Bung Jasin jangan pikirkan hal itu lagi. Saya sendiri telah menyelesaikan hal itu dengan Pimpinan Kepolisian Uni Soviet. Saya sudah minta kepada Attache Militer kita untuk mengurus perjalanan pulang Bung kemblai ke Jerman. Tinggallah beristirahat semau Bung!” kata Adam menjawab, dikutip Jasin.
Jasin lega mendengar jawaban Adam. Dia lalu beralih ke Sukarni. “Di sana saya ceritakan apa yang saya alami tadi malam. Bung Karni tertawa terbahak-bahak. Katanya, ‘Masakan seorang jago medan perang takut kepada setan!’”
Tambahkan komentar
Belum ada komentar