Ketika Hujan Es Melanda Jakarta
Cuaca panas karena polusi dan hujan es sama-sama berbahaya. Keduanya pernah terjadi di Jakarta
Beberapa pekan belakangan ini, tingkat polusi di Jakarta dan sekitarnya meninggi. Kabut pekat hasil polutan tampak memenuhi langit Jakarta. Bertambahnya limbah industri, asap pabrik, dan emisi karbon kendaraan bermotor sebagaimana di kota besar, berkontribusi dalam kenaikan tingkat polusi. Imbasnya cukup berbahaya. Mulai dari perubahan cuaca yang menjadi lebih panas hingga menyebabkan gangguan pernapasan saluran atas (ISPA) kepada masyarakat.
Berbagai cara dilakukan untuk mengurangi polusi. Seperti penyiraman jalan sampai penyemprotan air dari helikopter. Namun, sampai saat ini indeks kualitas udara Jakarta masih dalam kategori tidak sehat untuk masyarakat rentan (AQI interval 101—150).
Anomali perubahan cuaca yang sebaliknya juga terjadi di masa silam. Fenomena hujan es beberapa kali pernah mengguyur Jakarta. Sepanjang dekade 1950-an, setidaknya tercatat dua kali hujan es turun di beberapa kawasan Jakarta.
Baca juga: Batavia Kota Polusi
Pada 17 Januari 1950, masyarakat Jakarta dikejutkan turunnya butiran-butiran es dari langit. Fenomena hujan es ini diawali saat angin bertiup kencang, kemudian bongkahan es kecil bergemerincing di atap rumah, pepohonan, dan jalanan selama kurang lebih 10 menit. Tontonan yang tidak biasa ini disaksikan dengan takjub dan cemas.
“Di berbagai tempat di Batavia, pepohonan tumbang akibat beban tak terduga, sehingga menghambat lalu lintas kesana kemari serta merusak kabel telepon dan saluran listrik,” demikian diwartakan suratkabar De Locomotief, 18 Januari 1950.
Beberapa pedagang buah di pinggir jalan merasakan terpaan bongkahan hujan es pada bahu dan punggung mereka. Orang-orang itu dikabarkan kaget sekali waktu hujan es melalap tubuh mereka. Di bilangan Kwitang, Pasar Senen, dua anak kecil bahkan sampai tertimpa pohon tumbang. Syukurlah bocah-bocah malang itu tidak mengalami luka serius.
Baca juga: Ciputra dan Proyek Senen
Akibat hujan es itu, beberapa bagian kota jadi gelap gulita lantaran terputusnya saluran listrik. PLN tetap berupaya semaksimal mungkin memperbaiki kerusakan tersebut. Badan Meteorologi dan Geofisika mengidentifikasi badai es ini bersifat sangat lokal.
Kabar hujan es di Jakarta ini terdengar sampai negeri Belanda. Suratkabar Drachtster Courant, 3 Februari 1950, menyebutnya sebagai peristiwa istimewa dan tidak lumrah. Hujan es lazimnya terjadi di daerah pegunungan. Berbeda halnya dengan Jakarta yang berupa daerah dataran. Hujan es terbentuk ketika awan hujan tiba-tiba naik dan mencapai daerah yang suhunya di bawah titik beku.
“Namun, bahkan di wilayah yang lebih hangat, cuaca terkadang berubah secara aneh. Misalnya, laporan suratkabar dari Jakarta (Batavia) sampai kepada kita bahwa pada bulan Januari, salah satu bulan musim panas di kota yang terletak di belahan bumi selatan ini, hujan es yang tebal tiba-tiba bergemuruh di atas atap, menghantam jendela, serta mengenai punggung dan bahu orang-orang,” tulis Drachtster Courant.
Baca juga: Sedia Jas Sebelum Hujan
Suhu nol derajat di atas Jakarta berada di ketinggian sekitar 4500 meter. Akan tetapi, curah hujan harus naik lebih tinggi lagi jika tetesan airnya membeku secara menyeluruh sehingga jatuh sebagai hujan es. Hujan es yang jatuh di Jakarta pada Januari 1950 itu diperkirakan berasal dari ketinggian 7000 meter.
Sembilan tahun kemudian, hujan es kembali melanda Jakarta. Pada hari Sabtu, 21 September 1959, hujan es dan angin puyuh mengguyur kampung Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Hujan es itu dikabarkan menyebabkan satu gedung Sekolah Rakyat dan beberapa rumah penduduk ambruk. Sembilan murid sekolah yang sedang ada dalam kelas masing-masing mendapat luka-luka akibat runtuhnya gedung tersebut.
“Hujan es yang disertai angin puyuh itu terjadi lebih kurang satu jam dan selain mengakibatkan kerusakan pada bangunan-bangunan rumah juga menumbangkan pohon-pohon yang menimbulkan kerugian di kalangan penduduk dalam jumlah ribuan rupiah,” lansir Harian Umum, 22 September 1959.
Baca juga: Sedia Payung Walau Tak Hujan
Tambahkan komentar
Belum ada komentar