Kemeriahan Mambo Fesyen Show
Peragaan busana paling beken pada dekade 1950-an. Dihadiri sejumlah penggede, termasuk ibu negara pertama.
Fenomena “Citayam Fesyen Week” sungguh menyita perhatian publik. Bermula dari kumpulan remaja pinggiran Jakarta yang suka nongkrong di Taman Dukuh Atas, Jl. Sudirman, Jakarta Selatan. Mereka tampil nyentrik dalam balutan aneka gaya busana. Berlenggak-lenggok di atas zebra cross macam model sungguhan. Mereka kebanyakan datang dari Citayam, Bojong Gede, dan Depok --yang kemudian melahirkan istilah plesetan “SCBD” (Sudirman, Citayam, Bojong Gede, Depok).
Bonge, Kurma, Roy dan Jeje Slebew adalah nama-nama yang mendadak tenar dari ajang tersebut. Setelah viral di media sosial, sejumlah tokoh publik terpikat mengunjungi Taman Dukuh Atas. Di antaranya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, hingga selebritis seperti Paula Verhoeven dan Mayangsari. Belakangan, kawula muda Jakarta Selatan juga ikut-ikutan menjajal Citayam Fesyen Week.
Kalau sekarang orang mengenal Citayam Fesyen Week, maka tempo dulu pernah populer pertunjukan busana “Mambo Night”. Acara ini diselenggarakan pada 5 Juni 1956, bertempat di Hotel Dharma Nirmala (kini Kompleks Bina Graha), Menteng, Jakarta Pusat. Seperti namanya, pertunjukan menampilkan galeri dan kontes busana Mambo produksi Firma H. Moh. Jasin Tambunan & Sons.
Baca juga: T.D. Pardede, Raja Tekstil dari Medan
Firma H. Moh. Jasin & Tambunan Sons adalah perusahaan tekstil ternama di Jakarta yang didirikan Haji Mohamad Jasin Tambunan. Untuk produk tekstilnya, Jasin memberi merek “Mambo Print”, pakaian berbahan katun dengan corak warna-warninya yang khas. Ketika Mambo Night digelar, Jasin sudah wafat dan perusahaan dijalankan oleh Ibrahim, putra sulungnya yang lebih dikenal dengan nama Bram Tambunan.
“Selasa malam, 5 Juni, dari jam 8 malam hingga tengah malam di lobi Hotel Dharma Nirmala, akan diadakan ‘Mambo Night’ yang pada kesempatan itu akan diadakan kontes pakaian Mambo Prints untuk wanita dan pria berupa voucher senilai Rp 1000 untuk juara pertama dan hadiah hiburan sebesar Rp 100 yang dapat ditukarkan dengan tekstil,” demikian diinformasikan Java Bode, 28 Mei 1956.
Mambo Night barangkali memang bukan peragaan busana pertama di Indonesia. Namun, publikasi suratkabar memberitakannya sebagai pertunjukan fesyen paling bergengsi saat itu. Nieuwsgier, 1 Juni 1956 mewartakan, sejumlah bintang film Asia akan turut memeriahkan malam tersebut dengan pertunjukan lagu dan tarian.
Baca juga: Gaya Busana Pemimpin Asia Tenggara
Lebih dari 500 orang hadir pada pertunjukan Mambo Night yang berlangsung meriah itu. Turut serta tamu penting seperti ibu negara Fatmawati Sukarno dan Utami Suryadarma, istri Kepala Staf Angkatan Udara Laksamana Muda Suryadi Suryadarma. Ibu Fatmawati bahkan mewarnai malam itu dengan bernyanyi lagu kesukaannya “Sway With Me”.
“Penampilannya dibalas dengan tepuk tangan meriah dari mereka yang hadir,” demikian dilansir Het Vaderland, 8 Juni 1956.
Sementara itu, suratkabar nasional Pedoman yang dibesut Rosihan Anwar memberitakannya dari sudut pandang berbeda. Penampilan Fatmawati dalam gelaran Mambo Night itu diekspose dengan nada satire. Dalam editorialnya, Pedoman menyatakan kesedihan Fatmawati atas kenyataan bahwa suaminya telah mengambil istri kedua (Hartini) atau bahwa ia telah berada di luar negeri selama berminggu-minggu tidak terlalu besar.
“Semua orang bertepuk tangan. Tapi penulis [Pedoman] tidak bertepuk tangan. Ia sedih karena menganggap peristiwa ini sebagai tragedi,” seperti dikutip harian Provinciale Drentsche en Asser Courant, 11 Juni 1956.
Malam itu diakhiri dengan tari Mambo oleh para kontestan dan hadirin. Pramoedya Ananta Toer yang kelak dikenal sebagai sastrawan Indonesia terkemuka menjadi finalis dalam lomba tari Mambo kategori pria. Juara pertama digondol oleh Hidayat sedangkan Johny Sunario juara ketiga. Semua hasil keuntungan yang diterima penyelenggara disumbangkan ke Yayasan Kesejahteraan Penderita Kusta dan Yayasan Pendidikan Sumbangsih.
Sukses Mambo Night melambungkan produk Mambo sebagai pakaian dengan desain modern. Begitupun dengan Bram Tambunan. Pada September 1956, ia menggelar lagi peragaan busana serupa dan memperkenalkan produk baru yang dinamai “Brams Product”. Sekali lagi diselenggarakan pada Juni 1957 dengan mengusung tajuk “Modeshow Sayonara Night”.
Bram sendiri kemudian dikenal sebagai pengusaha swasta yang rapat dengan Presiden Sukarno. Selain tekstil, Bram juga merambah bisnis ekspor-impor komoditi perdagangan. Ia kesohor dengan julukan mentereng: “Si Raja Ban”.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar