Awal Mula Zebra Cross di Indonesia
Zebra cross hadir karena kendaraan makin padat. Keberadaannya semakin meluas jelang perhelatan Asian Games 1962 di Jakarta.
TAK ada lagi Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di satu sudut Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat. Pemerintah Daerah (Pemda) DKI Jakarta telah merobohkannya. JPO diganti pelican crossing, sejenis zebra cross dengan tombol dan lampu pengatur lalu-lintas. Ada empat petugas dinas perhubungan berjaga di sekitar pelican crossing untuk mengatur penyeberangan orang.
Pelican Crossing menandakan cara orang menyeberang di Jakarta telah masuk era baru. Orang menyeberang semakin perlu panduan petugas dan alat. Pada awal abad ke-20, orang bisa menyeberang dengan mudah tanpa panduan.
Jalanan masih lengang. Tak ada marka jalan dan zebra cross. Kendaraan paling banyak hilir-mudik di jalan adalah sado dan sepeda. Mobil tampak satu-dua saja. Trem melintas sesekali. Demikian tersua dalam album foto kartu pos Jakarta: Postcards of a Capital 1900-1950 karya Scott Merrillees.
Pertambahan kendaraan bermotor pada dekade 1930-an mengubah suasana jalan Batavia. Polisi mulai tampak di persimpangan jalan besar untuk mengatur lalu-lintas kendaraan. Pejalan kaki mesti lebih awas memperhatikan kanan-kiri jalan jika ingin menyeberang.
Belum ada lampu isyarat petunjuk lalu-lintas di Batavia pada dekade 1930-an. Kota Malang justru lebih dulu menggunakan lampu pengatur lalu lintas dibanding Batavia.
“Di tengah persimpangan diletakkan sebuah lentera sebesar sangkar burung dengan tiga rupa tanda satu di atas yang lain : ‘Stop’, ‘Awas’, dan ‘Djalan’ yang masing-masing menggunakan warna merah, kuning, dan hijau,” tulis Olivier Johannes dalam Kota di Jawa Tempo Doeloe.
Batavia hanya mengenal alat petunjuk lalu-lintas berupa tiang putar bertuliskan vrij (bebas atau isyarat berjalan bagi kendaraan) dan stop (berhenti). Polisi lalu-lintas memutarnya secara manual. Jika terbaca tanda stop, kendaraan harus berhenti untuk memberi pejalan kaki atau pengendara dari arah lain kesempatan menyeberang.
Masuk zaman kemerdekaan, jalan-jalan Jakarta kian penuh kendaraan. “Menurut catatan pertengahan tahun 1952 untuk seluruh Jakarta Raya terdapatlah sebanyak 26.444 kendaraan bermotor,” tulis Kementerian Penerangan dalam Kotapradja Djakarta Raja. Jumlah ini belum termasuk sepeda dan becak.
Pertambahan kendaraan menyulitkan pejalan kaki untuk menyeberang. Ada kisah dari seorang penulis bernama Buntarman tentang dua orang anak ingin menyeberang di Jakarta. Anak pertama pendatang baru di Jakarta, sedangkan anak kedua sudah beberapa lama tinggal.
“Di sini lalu-lintasnya sangat ramai. Lihatlah mobil dan kendaraan lainnya yang tak putus-putusnya bersimpang siur. Kata ayah, lalu-lintas di Jakarta kini lebih ramai daripada di waktu sebelum perang,” kata anak kedua kepada anak pertama, tulis Buntarman dalam Djakarta Kota Lambang Kemerdekaan, terbitan 1958.
Anak pertama menghitung telah ada 10 mobil melewatinya hanya dari satu arah. Belum terhitung becak dan sepeda. “Kedua anak itu harus menunggu satu-dua menit untuk dapat menyeberang jalan,” tulis Buntarman.
Kepadatan di jalan melahirkan cara baru pengaturan lalu-lintas. “Sedapat mungkin diatur sedemikian rupa, sehingga masing-masing kendaraan yang beraneka ragam macamnya, bermotor dan tidak bermotor, orang-orang jalan kaki, disesuaikan dengan kebutuhannya masing-masing,” tulis Kotapradja, 15 Maret 1953.
Pemerintah Kotapraja Jakarta menaruh alat petunjuk lalu-lintas di persimpangan ramai untuk kelancaran kendaraan dan menghindari kecelakaan. Pemerintah juga memperkenalkan zebra cross. “Tanda hitam-putih yang melintang di jalan bagi becak, sepeda dan orang jalan,” tulis Buntarman.
Pamor zebra cross sebagai rambu untuk memandu orang menyeberang meluas pada 1960-an. Saat itu Jakarta bersiap menjadi tuan rumah Asian Games pada 1962. Pemerintah melebarkan jalan utama seperti Jalan Sudirman dan Thamrin. Bersama itu pula pengecatan zebra cross berlangsung di persimpangan-persimpangan ramai sepanjang Jalan Sudirman dan Thamrin.
Baca tulisan selanjutnya: JPO Pertama di Indonesia
Tambahkan komentar
Belum ada komentar