top of page

Sejarah Indonesia

Awal Mula Pembangunan Ancol

Awal Mula Pembangunan Ancol

Sukarno ingin Indonesia memiliki taman hiburan. Proyek Ancol mewujudkannya dengan mengubah kawasan rawa dan semak belukar.

17 November 2010

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Diperbarui: 14 Jan

Presiden Sukarno dan Guntur Soekarnoputra naik Dumbo di Disneyland, Amerika Serikat, 4 Juni 1956. (gettyimages.com).


FOTO gettyimages.com di atas memperlihatkan Presiden Sukarno dan Guntur Sukarnoputra, yang saat itu berusia 12 tahun, mengendarai Dumbo, salah satu wahana paling menarik di Disneyland, Amerika Serikat, pada 4 Juni 1956. Selama kunjungan itu, hampir setahun setelah taman hiburan itu mulai dibuka, Sukarno menikmati dan menunjukkan antusiasme yang sama seperti putranya.


Sukarno mengunjungi Disneyland, Hollywood, dan tempat hiburan lainnya dalam lawatan selama kurang lebih tiga pekan di Amerika Serikat. Dari sinilah Sukarno ingin Indonesia memiliki taman hiburan serupa. Ketika ada usulan untuk menjadikan kawasan Ancol yang berawa-rawa dan bersemak belukar sebagai kawasan industri, Sukarno menolaknya. Dia ingin mewujudkan mimpinya, membangun kawasan itu sebagai objek wisata.


Menurut Sugianto Sastrosoemarto dan Budiono dalam Jejak Soekardjo Hardjosoewirjo di Taman Impian Jaya Ancol, sejak abad ke-17 Ancol sudah menjadi daerah wisata. Saat itu Ancol merupakan kawasan pantai yang indah dan bersih. Di sana berdiri banyak rumah peristirahatan kaum elite Belanda. Bahkan Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-25 Adrian Valckenier (1737-1741) memiliki rumah peristirahatan yang besar dengan taman luas.


Situasinya berubah ketika malaria melanda Batavia pada awal abad ke-19. Ancol tak luput dari serangan malaria. Orang-orang Belanda pun tak berani berkunjung, apalagi tinggal, di sana.


Ahli sejarah Jakarta, Alwi Shahab menulis bahwa Ancol yang ditinggalkan menjadi hutan belukar dan sarang monyet. Di malam hari, kawasan itu menjadi tempat indehoy lelaki hidung belang dan pekerja seks komersial. Playboy kaya raya Oey Tambahsia dan sejumlah warga tajir lainnya sering bersenang-senang di sana. Mereka memiliki soehian atau rumah pelesiran bernama Bintang Mas. Di salah satu vilanya, konon, Oey membunuh seorang gadis.


“Gadis itu diidentikkan sebagai Ariah yang hilang sekitar tahun 1870/1871. Dia meninggal dan jasadnya hilang, setelah menolak diperkosa. Dia kemudian dikenal sebagai “Si Manis Jembatan Ancol’…,” tulis Alwi dalam “Rekreasi di Sarang Monyet,” Republika, 30 Oktober 2005.


Selama pendudukan Jepang, Ancol digunakan sebagai tempat eksekusi dan kuburan massal bagi mereka yang menentang tentara Jepang. Pada 14 September 1946, para korban dimakamkan-ulang secara layak di Pemakaman Ancol. Pemakaman itu berisi lebih dari 2.000 korban, banyak dari mereka tak diketahui namanya.


Setelah Indonesia merdeka, Jakarta mulai berbenah. Ancol, yang tadinya sering disebut tempat “jin buang anak”, disulap menjadi kawasan wisata lewat Keputusan Presiden mengenai Panitia Pembangunan Proyek Ancol dan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 1960. Sukarno menunjuk Gubernur DKI Jakarta Soemarno Sosroatmodjo sebagai pelaksana pembangunan Proyek Ancol.


“Marno, sebagai pemimpin, kamu harus mampu berpikir tentang apa yang bisa kamu perbuat untuk rakyatmu lima puluh tahun yang akan datang. Kamu harus mampu membayangkan apa yang dibutuhkan oleh rakyatmu, rakyat Jakarta. Bukan untuk satu atau dua tahun ke depan, tapi lima puluh, atau seratus tahun ke depan. Bagaimana kamu bisa memberikan tempat yang bisa membahagiakan rakyat Jakarta agar penduduknya menikmati hawa segar laut, bisa melihat cerianya anak-anak bermain di pantai, ditingkahi debur ombak, dan tiupan angin yang semilir.”


Begitulah pesan Sukarno kepada Soemarno yang terekam dalam ingatan Soekardjo. 

Soekardjo Hardjosoewirjo merupakan orang yang berperan penting pada tahap awal realisasi Proyek Ancol. Dia membuat konsep surat-surat presiden terkait kepanitiaan pembangunan Proyek Ancol; mengurus kelengkapan surat-surat berkaitan dengan hukum, anggaran biaya, serta mempelajari dan melengkapi berkas keorganisasian pelaksanaan Proyek Ancol. Setelah sebulan bekerja di belakang meja di kantor Pemda DKI Jakarta, dia kemudian ditugasi sebagai pelaksana lapangan untuk mempersiapkan pembangunan Proyek Ancol. 


Meski diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta, tapi proyek itu menjadi program nasional karena merupakan bagian dari modernisasi Jakarta sebagai ibukota negara. Tapi Proyek Ancol merupakan proyek mandataris, yang pendanaannya tak membebani anggaran negara atau daerah. Ia adalah self propelling project atau dalam istilah orang Jawa disebut “proyek opor bebek”.


Untuk memenuhi kebutuhan dana, proyek itu bersandar pada pinjaman dana dari swasta. Karena kontraktor dalam negeri tak memenuhi kriteria dari segi teknis apalagi pembiayaan, pengerjaan Proyek Ancol ditawarkan kepada kontraktor asing. Proposal ditawarkan ke Amerika Serikat, Jepang, dan Perancis. Pilihan akhirnya jatuh pada kontraktor dari Prancis, Compagnic Industriale de Travaux (Citra).


Citra hanya mengerjakan pembangunan tahap pertama: penimbunan rawa-rawa, empang, dan hutan belukar dengan sekira 12,5 juta meter kubik material, serta pembebasan tanah seluas 552 hektar. Pembangunan tahap pertama ini selesai pada Februari 1966.


“Sangat beruntung saat tragedi G30S (Gerakan 30 Sepetember 1965) meletus, tahap pertama kegiatan penimbunan hampir selesai. Seandainya saat G30S meletus tahap pertama proyek ini belum selesai, tentu sulit dibayangkan apa yang akan terjadi,” tulis Sugianto dan Budiono.


Ketika situasi politik dan ekonomi berangsur membaik, Proyek Ancol dilanjutkan di bawah pimpinan Gubernur DKI Ali Sadikin, pengganti Soemarno. Pembangunan Ancol dilaksanakan oleh PD Pembangunan Jaya. Ciputra sebagai CEO PT Pembangunan Jaya mengajukan konsep pembangunan dan pengembangan kawasan Ancol kepada Ali Sadikin.


“Jadikan Ancol setaraf dengan Disneyland-nya Amerika,” kata Ali Sadikin kepada Ciputra dalam Ciputra Quantum Leap.


Menurut Hermawan Kertajaya, Disneyland pernah didekati agar mau membangun salah satu theme park-nya di Jakarta. Tapi usaha itu tak berhasil.


“Bahkan namanya juga tak boleh digunakan, sekalipun misalnya mereka tidak keluar uang sama sekali atas theme park yang dibangun di Jakarta,” tulis Hermawan dalam 100 Corporate Marketing Cases.


Meski menolak, Disneyland membuka diri bagi Indonesia untuk belajar. Ketika akan membangun Dunia Fantasi (Dufan), seluruh tim arsitek dan teknisi Ancol dikirim ke Amerika untuk melihat dan mempelajari seluk-beluk Disneyland. “Hanya saja, Ancol tak meniru Disneyland, tapi mengembangkan fantasi dan kreasinya sendiri ala Indonesia,” kata Soekardjo seperti dikutip Sugianto dan Budiono.


Ancol tetap mengembangkan berbagai wahana rekreasi bercitarasa Indonesia. Inilah yang menarik dan membedakan Ancol dengan arus utama wisata dunia yang cenderung beraroma Barat. Meski demikian, Ancol tak kalah dari taman hiburan serupa di dunia.


“Saat ini Ancol menjadi kawasan wisata yang masuk dalam lima besar kawasan wisata hiburan terbesar di dunia… Ancol hanya kalah oleh Disneyland dan Disney World,” kata Ciputra dalam Ciputra Quantum Leap.


Keinginan Sukarno akan objek wisata yang menjadi kebanggaan bangsa terwujud.*

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Sopir Pernah Jadi Pekerjaan Mentereng

Sopir Pernah Jadi Pekerjaan Mentereng

Waktu jumlah mobil masih sedikit, sopir pekerjaan langka. Gajinya tergolong tinggi dan berprestise.
Cerita di Balik Pembangunan World Trade Center

Cerita di Balik Pembangunan World Trade Center

Rencana pembangunan World Trade Center muncul sebelum Perang Dunia II, tetapi baru terlaksana pada 1960-an. Menara kembar di kompleks ini dua kali mendapat serangan.
Gedung Grahadi Dulu dan Kini

Gedung Grahadi Dulu dan Kini

Bermula dari “tuinhuis” yang dibikin pejabat VOC di tepi sungai. Gedung Grahadi bertahan lebih dari dua abad hingga jadi sasaran pembakaran.
Minuman Keras Champarade dari Tjampoer Adoek

Minuman Keras Champarade dari Tjampoer Adoek

Champarade adalah minuman keras yang disajikan di kedai minuman atau penginapan di Batavia. Mirip nama champagne, nama minuman ini berasal dari bahasa Melayu, Tjampoer adoek.
Pekerjaan Pembawa Obor

Pekerjaan Pembawa Obor

Minimnya penerangan jalan melahirkan pekerjaan unik yaitu pembawa obor. Pekerjaan ini dilakukan oleh anak-anak laki-laki dan disebut link-boy.
bottom of page