Hasil pencarian
9590 hasil ditemukan dengan pencarian kosong
- Sjafruddin Prawiranegara: Sebenarnya Saya Seorang Presiden
PADA 22 Desember 1948 Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dibentuk di Halaban, Sumatra Barat, yang dipimpin oleh Mr. Sjafruddin Prawiranegara. Banyak orang yang menyesalkan mengapa Sjafruddin dan Mr. Assaat tidak dihitung presiden. Mereka pun kerap disebut sebagai presiden yang dilupakan. Ketika Sukarno, Mohammad Hatta, dan pimpinan negara lain ditangkap Belanda pada Agresi Militer kedua, Sjafruddin dan tokoh-tokoh Sumatra membentuk PDRI. PDRI berdiri dari 19 Desember 1948 hingga 13 Juli 1949. Sedangkan Assaat ditunjuk sebagai penjabat ( acting ) presiden Republik Indonesia (27 Desember 1949-15 Agustus 1950) ketika Sukarno menjadi presiden Republik Indonesia Serikat pada 16 Desember 1949. Jika Assaat disebut sebagai acting (penjabat), mengapa Sjafruddin menyebut dirinya "ketua" PDRI? Menurut Ajip Rosidi dalam biografi Sjafruddin Prawiranegara, Lebih Takut Kepada Allah Swt. , istilah yang dipakai adalah “ketua”, padahal tanggung jawabnya adalah sebagai presiden merangkap perdana menteri. Dia tidak mau memakai istilah yang secara hukum harus disandangnya itu, walaupun dia tahu bahwa kedudukan “ketua” tidak dikenal dalam UUD Republik Indonesia. Rupanya, alasan Sjafruddin memakai istilah "ketua" karena telegram yang dikirim oleh Sukarno-Hatta tidak sampai kepadanya. Telegram tertanggal 19 Desember 1948 itu menugaskan "Mr. Sjafruddin Prawiranegara, Menteri Kemakmuran Republik Indonesia, untuk membentuk Pemerintahan Republik Indonesia Darurat di Sumatera." Menurut Ajip, telegram tersebut tidak sampai ke Sjafruddin karena Belanda yang menyerbu Yogyakarta, memusnahkan stasiun radio dan kantor telekomunikasi. Oleh karena itu, Sjafruddin kepada harian Pelita , 6 Desember 1978, mengatakan: "Mengapa saya tidak menamakan diri Presiden Republik Indonesia tetapi Ketua Pemerintahan Darurat Republik Indonesia? Yang demikian itu disebabkan karena saya belum mengetahui adanya mandat Presiden Sukarno, dan karena didorong rasa keprihatinan dan kerendahan hati… Tetapi andai kata saya tahu tentang adanya mandat tadi, niscaya saya akan menggunakan istilah ‘Presiden Republik Indonesia’ untuk menunjukkan pangkat dan jabatan saya… Dengan istilah Ketua PDRI sebenarnya saya seorang Presiden Republik Indonesia dengan segala kekuasaan yang diberikan kepadanya oleh UUD 1945 dan diperkuat oleh mandat Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Hatta, yang pada waktu itu tidak dapat bertindak sebagai Presiden dan Wakil Presiden."*
- Dua Buku S.K. Trimurti Menguak Buruh
SELAMA menjadi menteri perburuhan, juga pengurus Partai Buruh Indonesia, S.K. Trimurti kerap mengunjungi kaum buruh. Melihat kurangnya pemahaman teori perjuangan buruh, dia menulis sebuah buku kecil berjudul A.B.C. Perdjuangan Buruh . Pada 11 Mei 1975, dia berceramah tentang sejarah buruh dalam acara yang dihelat Yayasan Idayu bekerja sama dengan Yayasan Gedung-gedung Bersejarah Jakarta dan Museum Kebangkitan Nasional.
- Babad Diponegoro Jadi Warisan Ingatan Dunia
PADA 21 Juni 2013, Organisasi PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Budaya (UNESCO) menetapkan Babad Diponegoro sebagai Warisan Ingatan Dunia (Memory of the World). Babad Diponegoro merupakan naskah klasik yang dibuat ketika Pangeran Diponegoro diasingkan di Manado, Sulawesi Utara, pada 1832-1833. Babad ini bercerita mengenai kisah hidup Pangeran Diponegoro yang memiliki nama asli Raden Mas Ontowiryo.
- Malam Muda-Mudi Jakarta
“SELAMAT ulang tahun, Jakarta! Malam ini kita bergoyang!” kata seorang biduanita di atas panggung di depan Hotel Mandarin Oriental, Jalan MH Thamrin, Jakarta. Panggung itu satu dari belasan panggung yang berdiri di sepanjang Jalan MH Thamrin. Malam itu (22/6) Jalan MH Thamrin jadi ajang pesta rakyat. Orang menyebutnya malam muda-mudi, sebuah perayaan untuk memeriahkan hari jadi kota Jakarta. Perayaan itu sempat mentradisi saban tiba hari jadi kota Jakarta. Ini bermula dari tahun 1968, tahun yang sama saat Jakarta Fair kali pertama digelar. Bang Ali, sapaan akrab Ali Sadikin, Gubernur Jakarta kala itu sedih melihat kondisi sebagian besar warga Jakarta.
- Enam Penghargaan Lagi untuk Jagal
Jagal/The Act of Killing, film karya sutradara Joshua Oppenheimer, tentang perjalanan kejiwaan pelaku kekerasan massal 1965, memenangi enam penghargaan baru-baru ini. Dua penghargaan yaitu Audience Award dan The Special Jury Prize didapatkan di Sheffield Documentary Festival, Inggris, 16 Juni lalu. Selain Sheffield Documentary Festival, Jagal juga mendapat penghargaan Grand Prize pada Biografilm Festival 2013 di Bologna, Italia; penghargaan Golden Chair dari Grimstad Short and Documentary Film Festival 2013 di Norwegia; dan Basil Wright Prize dari Royal Anthropological Institute Film Festival 2013 di Edinburgh, Skotlandia.
- Pesona Wisata Pulau Dewata
KRISIS ekonomi di Eropa saat ini berdampak pada perekonomian Indonesia. Sektor pariwisata ikut terpukul, “karena kunjungan didominasi turis dari kawasan itu,” tulis Kompas (19/6). Pariwisata menyumbang devisa dalam negeri di atas lima persen per tahun terhadap pendapatan negara. Tahun ini, meski belum bisa menetapkan target kunjungan, pendapatan dari pariwisata tidak kurang dari 8,6 miliar dollar AS. Destinasi wisata ke Bali hingga kini masih tetap yang tertinggi. Sejak dulu Bali memikat banyak orang Eropa. Keindahan alam, keunikan budaya, dan agamanya jadi magnet yang menarik pengunjung. Bali kerap disebut sebagai “surga terakhir” di bumi. Karenanya penguasa kolonial berusaha menjadikan Bali sebagai museum hidup.
- Propaganda Armada Perang Onze Vloot
Sebagian orang Belanda khawatir kecamuk Perang Dunia I menjalar ke Hindia Belanda. Jika benar terjadi, tanah jajahan yang berharga itu bisa lepas dari genggaman. Maka, perkumpulan Onze Vloot menebar propaganda supaya Kerajaan Belanda membuat kebijakan memperkuat armada perang guna membentengi Hindia Belanda. Sebagian pejabat Belanda merisaukan perkembangan militer Jepang yang agresif setelah menang perang melawan Rusia. Di sisi lain, armada perang Belanda, utamanya di Hindia Belanda, dalam kondisi lemah. Bahkan, pada 1913, Gubernur Jenderal Hindia Belanda Alexander Willem Frederik Idenburg dengan jujur mengatakan armada Belanda di tanah jajahan “tidak lebih dari tumpukan barang karatan.”
- Sukarno dan Donor Darah Haram
DUNIA memperingati Hari Donor Darah setiap 14 Juni. Tahun ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengusung tema “New Blood for The World”, dengan sasaran pendonor berusia muda. Siapa nyana, dalam sejarah Indonesia donor darah sempat diharamkan. Sukarno pun tak tinggal diam. Di koran Pemandangan , 18 Juli 1941, Sukarno menulis bahwa “soal bloedtrasfusie telah menjadi soal haibat di kalangan orang-orang Islam di negara kita ini. Sama haibatnya dengan soal multpunctie beberapa tahun yang lalu, waktu tanah Priangan diamuk oleh penyakit pes.”
- Duka Italia di SantAnna
ENRICO Pieri takkan menyerah memperjuangkan keadilan. Meski keberhasilan belum kunjung tiba, bersama beberapa kawannya yang masih hidup, dia berusaha membuka kasus pembantaian massal di desa Sant’Anna di Stazzema, Tuscany, Italia, yang dilakukan pasukan SS Nazi-Jerman. “Saya tahu itu takkan mudah dilalui,” ujar Pieri, sebagaimana dilansir Inter Press Service , 10 Juni lalu. Pembantaian ini terjaid pada Perang Dunia II. Menyusul pembebasan Florence, ibukota Tuscany, dari Jerman pada 10 Agustus 1944, Sekutu terus mendesak rivalnya. Jerman merespons dengan membentuk garis perlawanan, yang salah satu titiknya berada di desa Sant’Anna.
- Jalan dan Ruang Hilang di Jakarta
OKTOBER 1904, Ratu Wilhelmina melantik Johannes Benedictus van Heutsz sebagai gubernur jenderal Hindia Belanda. Dia dianggap berjasa dalam Perang Aceh (1873-1904) sewaktu menjabat gubernur militer Aceh. Van Heutsz menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda hingga 1909. Bertahun kemudian, namanya diabadikan menjadi sebuah nama jalan di Batavia: van Heutsz Boulevaard . Pascakemerdekaan, namanya berubah menjadi Jalan Teuku Umar, kawasan Menteng sekarang.
- Berebut Jadi Tuan Bek
TERSIAR kabar ribuan orang ikut Seleksi Terbuka Lurah dan Camat –kerap disebut lelang jabatan– di Jakarta baru-baru ini. Gebrakan baru Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo ini jadi wujud nyata upaya menghindarkan pemilihan pejabat dari praktik kolusi dan politik uang. Namun, praktik semacam ini bukan hal baru. Jauh sebelumnya, Kongsi Dagang Hindia Timur (VOC) dan pemerintah Hindia Belanda sudah melakukan seleksi langsung untuk memilih seorang wijkmeester , jabatan yang kurang lebih setara kepala kelurahan pada zamannya.
- Dari Pertahanan Menjadi Rumah Tahanan
KETIKA menghuni penjara Willem I Ambarawa, Sugiman punya cara untuk berkomunikasi dengan istrinya. “Dari jendela sel, saya memberikan tanda dengan lambaian sapu tangan kepada istri saya di seberang benteng,” ujar Sugiman, mantan tahanan politik (tapol) dari desa Bejalen, Ambarawa, kepada Historia. Dia ditahan karena menjadi anggota Barisan Tani Indonesia yang berafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia. Jika ingin tembakau, Sugiman melambaikan saputangan membentuk huruf m-b-a-k-o (tembakau). “Jika istri saya tidak paham, dia berteriak atau melambaikan tangan, saya mengulanginya,” kata Sugiman.





















