top of page

Hasil pencarian

9589 hasil ditemukan dengan pencarian kosong

  • Kesamaan Sukarno dan Diponegoro

    KISAH mengenai Sukarno selalu menarik dibicarakan, termasuk kisah kesehariannya. Salah satunya percekcokan Sukarno dengan Sjahrir saat mereka diasingkan ke Prapat, Sumatra Utara, semasa agresi militer II. Sjahrir mengumpat Sukarno dengan kata-kata kasar. Bagi sejarawan Asvi Warman Adam, hal itu sangat melecehkan Sukarno baik sebagai kepala negara maupun tokoh bangsa. Asvi menjadi pembicara dalam bedah buku karyanya Menyingkap Tirai Sejarah: Bung Karno dan Kemeja Arrow  dan Bung Karno Dibunuh Tiga Kali di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta, 29 Mei lalu. Dia berbicara hanya fokus kepada sebagian kecil dari isi buku-bukunya yang merupakan bunga rampai itu.

  • Raden Saleh "Pulang Kampung"

    PADA pertengahan abad 19, saat masyarakat bumiputera masih mengalami diskriminasi, dia dengan mudahnya berdansa-dansi dengan para bangsawan Eropa. Saat seniman tanah air belum mengenal aklirik untuk melukis, dia dengan asyiknya menggoreskannya di atas kanvas. Bakat melukisnya membuatnya diterima di tengah pergaulan kaum elite Eropa. "Di Jerman dia pernah diundang makan malam oleh Ratu Victoria. Itu luar biasa. Kalau diibaratkan saat ini, sama halnya diundang makan oleh Obama. Luar biasa, hebat, dan orang itu berasal dari sini, pelukis Jawa," kata kurator asal Jerman, Werner Kraus.

  • Rin Tin Tin, Anjing Kandidat Oscar

    SUATU pagi, 15 September 1918, Lee Duncan, ahli mekanik senjata pada Aero Squadron 135 Amerika Serikat, memeriksa reruntuhan bangunan tempat tentara Jerman di Fluiry, barat laut Toul, Prancis. Dia melihat penangkaran anjing untuk perang. Diperkirakan 16 juta hewan seperti kuda, unta, anjing, keledai, dan merpati disebarkan dalam Perang Dunia I. Di Jerman, tempat sekolah anjing militer pertama di dunia didirikan pada 1884, menempatkan 30 ribu anjing, disusul Inggris dengan 20 ribu ekor, dan Prancis 7 ribu ekor. Setiap negara yang terlibat perang menggunakan anjing, kecuali Amerika Serikat.

  • Sukarno Tantang PBB

    AMNESTI Internasional merilis laporan berjudul "The State of the World′s Human Rights" pada 24 Mei 2012. Laporan itu menyoroti kegagalan Dewan Keamanan PBB dalam menjaga perdamaian global. Salah satu akibatnya, menurut laporan itu, pelanggaran HAM meningkat. Bukan barang baru sebetulnya bila Dewan Keamanan atau PBB secara keseluruhan mendapat kritik keras. Sejak akhir 1950-an Sukarno berulangkali mengkritisi PBB. Dalam pandangannya, PBB sudah tak netral. Kepentingan bangsa-bangsa baru selalu dikalahkan oleh negara besar. Sukarno memberi contoh, PBB tak menghukum Amerika Serikat, Inggris, atau negara besar lain yang mencampuri bahkan mengganggu urusan dalam negeri negara lain.

  • Menyibak Subak

    KABAR gembira datang dari UNESCO, badan PBB yang menangani pendidikan dan kebudayaan. UNESCO menetapkan subak (organisasi pembagian air) dari Bali sebagai warisan budaya dunia. Keputusan ini menambah panjang daftar warisan budaya Indonesia yang diakui UNESCO. Sebelumnya, UNESCO mengakui keris, Candi Prambanan, angklung, dan karinding sebagai warisan budaya dunia. Kemunculan subak tak terlepas dari sistem pertanian yang diterapkan masyarakat Bali sejak berabad-abad lampau.

  • Kawan Penasihat dan Pelawak

    SUARA gamelan berhenti. Bagong masuk ke panggung menemui Petruk. “Truk, Gareng kini punya penyakit aneh. Suka menggigit pantat orang,” kata Bagong. Petruk percaya. Setelah itu, Bagong bertemu dengan Gareng. “Petruk kini berekor,” ujar Bagong mencoba membohongi. Seperti Petruk, Gareng percaya. Keduanya kemudian bertemu. Petruk waspada. Dia menutupi pantatnya dengan tangan. Penasaran, Gareng berusaha melihat pantat petruk. Keduanya berkejaran, hampir berkelahi. Beruntung, Semar datang menengahi. Mereka akhirnya tahu bahwa Bagonglah dalang keonaran ini. Semar berkata, “Membuat isu atau sas-sus itu tidak baik. Cuma bikin celaka orang dan kisruh.” Adegan-adegan ini terdapat dalam acara Ria Jenaka di TVRI  pada 1980-an.­ Sebuah acara yang menjadi corong penguasa untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan melalui tokoh panakawan atau biasa disebut juga punakawan. Tokoh-tokoh wayang yang lekat dengan lawakan dan keanehan bentuk tubuh. Tak seperti awal kemunculannya.

  • Bubur Perjuangan dan Roti Asia

    Pada masa pendudukan Jepang, petani harus menyerahkan sejumlah besar padi yang mereka hasilkan. Padahal petani terbiasa menanam padi secukupnya untuk konsumsi sendiri, dan hanya sedikit yang mereka jual ke pasar. Mereka juga umumnya petani kecil, yang mengolah sepetak tanah sendiri atau sewaan kurang dari setengah hektar. Mereka menderita kemiskinan yang kronis dan hampir selalu terlilit utang dan terikat sistem ijon. Kelaparan pun melanda. Untuk menutupi kekurangan beras, menurut sejarawan Universitas Keio, Jepang, Aiko Kurasawa, Jepang mendorong masyarakat memakan jagung, singkong, atau kedelai. Bahkan tanaman yang sebelumnya tak pernah dimakan atau hanya jadi lalaban  seperti bonggol pisang, pepaya, dan daun singkong. Sebagai sumber protein pengganti, bekicot jadi pilihan. Penduduk juga terpaksa memakan badur (semacam keladi), yang harus dipotong-potong dan direndam air asin dulu untuk menghilangkan getahnya yang beracun.

  • Masa Gemilang Pattimang

    DESA Pattimang sedang bersolek. Gerbang utama kompleks situs pemakaman Datu Sulaiman dan Andi Patiware dicat ulang. Di kiri-kanan jalan dihiasi walasuji atau bambu yang dirajut dengan indah, hingga terlihat seperti pagar. Di depan gerbang utama itu, penduduk mendirikan bangunan dari atap daun sagu, seakan membungkus badan jalan, sebagai tempat melakukan manre sappera  atau makan bersama sepanjang 1 kilometer. Persiapan melakukan hajatan manre sappera  itu berlangsung selama seminggu. Menghidangkan sekitar 110 jenis makanan tradisional dan dihadiri puluhan raja dari se-Nusantara.

  • Fifi Young, Indo Nan Jelita

    Siapa tak tertarik padanya. Hidung bangir, kulit putih, badan tinggi semampai, paras yang cantik. Plus kepandaian olah peran dan menari membuat Fifi Young tenar hingga ke Negeri Jiran, Malaysia. Sampai-sampai saat tampil di Kuala Lumpur, Gubernur Selangor yang kerap menonton pertunjukan grup sandiwara kenamaan Miss Riboet Orion memimpin seruan: “ One, two, three, we want Fifi .” Nama aslinya Tan Kim Nio. Lahir di Sungai Liput, Aceh 12 Februari 1915, dari ayah Prancis dan ibu peranakan Tionghoa-Aceh. Sam Setyautama dan Suma Mihardja dalam Tokoh-tokoh Etnis Toinghoa di Indonesia  menulis kalau Kim Nio tak pernah mengecap pendidikan formal. Di usai 14 tahun dia menikah dengan Njoo Cheong Seng, seorang penulis serbabisa –khususnya novel dan naskah sandiwara– yang juga aktif sebagai sutradara teater. Saat menikahi Fifi, Cheong Seng aktif di grup sandiwara Miss Riboet Orion.

  • Pengikat Angkatan Darat

    "SERANGAN kita sudah saya tetapkan tanggal 1 Maret subuh," kata Marcell Siahaan yang memerankan Letkol Soeharto dalam film komedi sejarah Laskar Pemimpi . Kata-kata itu mirip pernyataan Soeharto dalam otobiografinya, Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya . Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 yang digambarkan dalam sejarah versi Orde Baru menyanjung Soeharto dan melupakan Sultan Hamengkubuwono IX sebagai konseptor dan Kolonel Bambang Sugeng sebagai pemberi perintah. Padahal Letnan Kolonel Soeharto hanyalah salah satu pelaksana operasi di lapangan .

  • Dari Pemujaan hingga Bisnis

    CALIGULA, Kaisar Romawi (37-47 M), pernah hampir menjadikan kudanya, Incitatus, sebagai konsul (salah satu pimpinan Kekaisaran Romawi). Caligula menyanjung kudanya lantaran beberapa kali menang balap chariot (kereta kuda). Balapan ini mulai diminati masyarakat Romawi dari semua kalangan sejak abad ke-6 SM. Beberapa Kaisar Romawi bahkan menggunakan ajang ini sebagai alat politik untuk mempertahankan kekuasaan. Pada 530 SM, Raja Lucius Tarquinis Superbus memerintahkan pembangunan Circus Maximus, arena khusus untuk balap chariot. Dia menginginkan kemegahan Kerajaan Romawi termanifestasi dalam salah satu amphiteater (arena) tertua dan terbesar di Roma ini. “Panjang bangunan ini 1800 kaki, lebarnya 600 kaki. Bentuknya seperti leter U panjang. Di tengah lapangan amphiteater ini terdapat semacam barikade panjang, disebut Spina,” tulis majalah Varia , 20 September 1961.

  • Makanan Jiwa dari Sang Pematung

    Bagi sebagian besar warga Jakarta, patung Selamat Datang di bundaran Hotel Indonesia, patung Dirgantara di Pancoran, atau patung Pembebasan Irian Barat di Lapangan Banteng tentu tak asing lagi. Seniman Edhi Sunarso menjadi pelaksana penggarapan ketiga patung monumental tersebut.  Lahir di Salatiga, 2 Juli 1933, perjalanan Edhi di dunia seni menyimpan kisah unik. Dalam katalog pameran “The Monumen”, digelar di Galeri Salihara, Agustus 2010, Edhi menceritakan, menjadi seniman tak pernah dia bayangkan sebelumnya.

bottom of page