Satelit Mata-mata Terbesar
Penggunaan satelit untuk keperluan intelijen, yang dimulai sejak Perang Dingin, masih terus berlangsung.
MINGGU malam lalu, 21 November, Amerika meluncurkan sebuah satelit mata-mata di Pangkalan Udara Tanjung Canaveral, Florida. Ia adalah satelit kedua dalam tiga bulan terakhir yang diluncurkan National Reconnaissance Office (NRO), sebuah badan intelijen Amerika yang bertugas mendesain, membuat, dan membangun satelit mata-mata bagi pemerintah Amerika.
NRO merahasiakan detail spesifikasinya, namun sebagaimana di laporkan oleh CNN, Direktur NRO Bruce Carlson mengumumkan September lalu bahwa badan tempat dia bekerja akan “menaruh satelit terbesar di dunia” di atas Roket Delta dan meluncurkannya musim gugur ini. Dia juga menambahkan bahwa misi satelit NRO itu “adalah peluncuran paling agresif yang pernah dilakukan oleh NRO dalam 20 tahun terakhir.”
Pejabat pemerintah Amerika menolak mengonfirmasikan tujuan peluncuran satelit tersebut. Namun dengan ukuran antena yang sedemikian besar, satelit NROL-32 itu punya kemampuan untuk menangkap komunikasi lawan. Sebagaimana dilaporkan BBC, diperkirakan satelit NROL-32 dilengkapi pesawat radio amat sensitif dan sebuah antena sepanjang 328 kaki, nyaris lima kali lebih besar dari antena komersial manapun yang pernah diluncurkan.
Penggunaan satelit untuk keperluan intelijen telah dimulai Amerika sejak Perang Dingin. Pada 16 Maret 1955 Angkatan Udara Amerika secara resmi memerintahkan pembuatan sebuah satelit pengintai untuk memantau kemampuan militer lawan-lawan Amerika. Presiden Dwight D. Eisenhower menyetujui sebuah program untuk menggantikan pesawat-pesawat U-2 yang selama ini digunakan untuk mengambil foto wilayah Soviet dari udara.
CIA dan Angkatan Udara Amerika kemudian bekerjasama membuat sebuah program luar angkasa generasi pertama yang dikerjakan dengan sangat cepat dan penuh kerahasiaan. Pada Agustus 1960, setelah duabelas kali percobaan yang gagal, satelit mata-mata Amerika pertama, Corona, mengorbit. Satelit ini beroperasi hingga Mei 1972. Tugas utama Corona adalah mengambil gambar lokasi-lokasi rahasia strategis militer Soviet. Soviet tak mau kalah, meluncurkan Zenit, satelit pengintai tandingan, pada 1961.
Dalam Spies in the Sky: Surveillance Satellites in War and Peace, Pat Norris menulis bahwa Corona dilengkapi kamera-kamera kecil yang memperlihatkan cakrawala dan gugusan bintang, yang memungkinkan para analis menentukan arah satelit, dan dengan tepat menentukan lokasi objek foto-foto yang diambilnya. Selama mengorbit, kemampuan teknis Corona terus ditingkatkan. Pada 1960 Corona sudah bisa diarahkan untuk memotret objek spesifik.
Hingga akhir masa beroperasinya, Corona berhasil merekam sekitar 800.000 gambar, merekam transaksi senjata antara Soviet dan negara-negara yang dipasoknya, juga menyediakan data akurat tentang kemampuan strategis militer Soviet. Para pemimpin Amerika mengandalkan data-data yang dikumpulkan Corona sebelum menandatangani persetujuan dengan Uni Soviet.
Status rahasia Corona, dan beberapa satelit pengintai lainnya, Argon dan Lanyard, diungkap atas perintah eksekutif Presiden Bill Clinton pada 24 Februari 1995. Gambar-gambar yang berhasil direkam kemudian digunakan para ilmuwan Amerika untuk memetakan perubahan lingkungan yang terjadi sejak 1960-an.
United Lauch Alliance, badan kerjasama yang dibentuk Boeing dan Lockheed Martin, meluncurkan satelit NROL-32 di atas roket Delta IV Heavy. Ini adalah peluncuran ke empat menggunakan roket yang sama. Peluncuran itu menggunakan tiga macam pendorong yang mampu menghasilkan tenaga dan mendorong objek seberat 13 ton ke orbit stasiun luar angkasa (geostationary). Dua satelit lain yang pernah diluncurkan menggunakan Delta IV Heavy dilansir Popular Science sebagai satelit mata-mata.
Pada minggu kedua November 2010, Boeing mengumumkan keberhasilan peluncuran SkyTerra 1, sebuah antena reflektor sepanjang 72 kaki, antena terbesar pada satelit komersial. Sebelumnya rekor antena terbesar ada pada satelit TerraStar-1 sepanjang 60 kaki.
Para pengamat satelit mengatakan kepada SpaceFlightNow bahwa mereka percaya muatan roket adalah satelit intelijen dengan sinyal elektronik; hingga saat ini empat satelit sejenis telah mengorbit. Satelit sejenis yang dikenal dengan nama Mentor atau Advanced Orion telah digunakan sejak 1995. [Popular Science/CNN]
Tambahkan komentar
Belum ada komentar