Penyebaran Pandemi Ribuan Tahun Lalu
Arkeolog menemukan bagaimana pandemi kuno menyebar dan bahayanya kalau tak ada intervensi untuk menghentikannya.
Para arkeolog mengungkap bagaimana caranya penyakit menular pada masa prasejarah dapat menyebar dan menjadi pandemi. Mereka mengemukakan pula konsekuensinya jika pandemi dibiarkan terus meluas.
Penelitian bioarkeologi terbaru dari Universitas Otago, Selandia Baru, menunjukkan kemungkinan penyakit menular telah menyebar sejak 4.000 tahun yang lalu. Para peneliti mempelajari sisa-sisa kerangka dari situs arkeologi Man Bac di Provinsi Ninh Binh, Vietnam. Mereka menemukan tanda-tanda infeksi bakteri treponema.
Treponema adalah nama genus bakteri. Subspesiesnya yang terkenal adalah penyebab penyakit sifilis dan frambusia atau patek.
Baca juga: Akar Historis Penyakit Sifilis
Disebutkan dalam laman phys.org (21/09/2020), situs arkeologi Man Bac digali pada 2005 dan 2007. Hasilnya menunjukkan peran Man Bac selama peralihan dari masa berburu-mengumpulkan makanan ke masa bercocok tanam di Asia Tenggara daratan.
“(Hasil penggalian, red.) Sekarang disimpan di Institut Arkeologi Hanoi, sisa-sisa itu telah dipelajari dengan baik tetapi belum dianalisis untuk mencari bukti adanya frambusia,” kata Melandri Vlok, salah satu peneliti dari Departemen Anatomi, Universitas Otago, sebagaimana dikutip phys.org.
Supervisornya, ahli biologi terkenal, Prof. Hallie Buckley, melihat kemungkinan gejala frambusia pada foto sisa-sisa rangka di situs itu. Buckley kemudian bergabung dengan tim peneliti yang terdiri dari Vlok dan ahli asal Vietnam. Penelitian di situs Man Bac dimulai pada 2018.
Para peneliti pun mengonfirmasi kecurigaan Buckley. Belakangan, Vlok menemukan contoh kedua dari penyakit itu.
Jejak Lesi Pada Rangka
Vlok dkk. menerbitkan hasil penelitiannya, "Two Probable Cases of Infection With Treponema pallidum during the Neolothic Period in Northern Vietnam (ca. 2000-1500 BC)", dalam jurnal Bioarchaeology International Volume 4.
Mereka tidak mendiagnosis jenis treponema pada rangka yang ditemukan karena sulit diketahui hanya dari kondisi tulangnya. Namun, berdasarkan konteks epidemiologi, sosial, dan lingkungan, mereka menduga manusia di situs itu telah mengenal penyakit frambusia.
“Secara iklim, Vietnam berada pada batas garis lintang di mana penyakit frambusia telah terdokumentasi secara historis,” tulis Vlok.
Baca juga: Flu dan Penyakit Menular Zaman Kuno
Frambusia adalah endemik di Vietnam. WHO melakukan pemberantasan frambusia pada 1950-an. Penyakit ini masih menunjukkan riwayatnya hingga 1990-an.
Berdasarkan usia, penyebaran penyakit bukan lewat hubungan seksual. Sebab, lesi (kerusakan jaringan atau tubuh) pada tulang sebagian besar ditemukan pada rangka anak-anak.
Infeksi frambusia paling sering terjadi antara usia dua dan 15 tahun. Penyakit ini pada anak-anak menyebabkan lesi kulit yang menular serta memengaruhi tulang dan tulang rawan. Penyebarannya melalui kontak fisik. Kendati penyakit ini mudah disembuhkan pada tahap awal, tapi kalau sudah mengalami kerusakan tulang, tak akan bisa disembuhkan.
“Karena itu, frambusia merupakan kandidat yang mungkin untuk penyakit treponema yang ada di Man Bac,” jelas Vlok.
Perpindahan Manusia dan Kontak Fisik
Bukti arkeologi di Man Bac digunakan untuk melihat penyebaran penyakit ketika populasi yang berbeda bertemu untuk pertama kalinya. Vlok menyebutnya “zona pergesekan”. Di Man Bac, manusia pendukung kebudayaan bertani awal bertemu dengan para pemburu dan pengumpul.
“Ini penting, karena situs arkeologi tersebut diperkirakan berusia 4.000 tahun,” jelas Vlok, sebagaimana dilansir Express.co.uk (22/09/2020).
Penelitian itu menunjukkan frambusia diperkenalkan ke pemburu-pengumpul di Vietnam oleh populasi petani yang pindah ke selatan dari Tiongkok. Populasi pemburu-pengumpul itu adalah keturunan orang pertama yang keluar dari Afrika, yang bermigrasi ke Asia. Mereka ini yang juga akhirnya mendiami kawasan New Guinea, Kepulauan Solomon, dan Australia.
Baca juga: Dua Rute Migrasi Leluhur Nusantara
Komunitas pendukung pertanian sudah berada di Tiongkok setidaknya selama 9000 tahun. Namun baru sekira 4000 tahun yang lalu pertanian diperkenalkan ke Asia Tenggara.
“Bisa jadi perpindahan orang ini membawa penyakit, termasuk frambusia, pada saat bersamaan,” ujar Vlok.
Hipotesisnya, transisi demografis mengakibatkan ketidakstabilan nutrisi. Ini memungkinkan masuknya penyakit menular baru lewat migrasi, dengan konteks sosial dan lingkungan Man Bac yang cocok untuk penyebaran treponema.
Sementara itu, percampuran dengan para penjelajah di Vietnam utara memungkinkan penularan lebih lanjut penyakit treponema di seluruh Asia Tenggara daratan. Meskipun demikian, hingga kini belum ada bukti penyakit treponema masa prasejarah pada rangka-rangka yang ditemukan di kawasan Asia Tenggara.
“Meski kami menyadari bahwa tidak adanya bukti, bukan berarti tidak ada. Penyakit treponema yang ada di Asia Tenggara daratan mungkin terjadi sebelum transisi ke masa bertani,” jelas Vlok.
Pun tak ada indentifikasi penyakit menular lainnya, seperti TBC atau kusta, sebelum era ini di kawasan Asia Tenggara daratan. Padahal penelitian bioarkeologi sudah intensif dilakukan. “Bukti penyakit menular di Asia Tenggara daratan meningkat pesat dari zaman perunggu dan besi,” lanjut Vlok.
Kini, frambusia sudah berhasil diberantas di sebagian besar dunia. Namun, frambusia masih lazim di wilayah Pasifik Barat yang menginfeksi sekira 30.000 orang.
“Meskipun frambusia tidak lagi menjadi masalah medis di sebagian besar dunia, frambusia tetap lazim di Pasifik Barat, memengaruhi ribuan orang,” kata Vlok.
Baca juga: Wabah-Wabah Penyakit Pembunuh Massal
Para arkeolog percaya lamanya penyakit berjangkit di suatu wilayah penting untuk diketahui. Artinya penyakit ini sulit diberantas.
“Ini penting, karena mengetahui lebih banyak tentang penyakit ini dan evolusinya, itu mengubah cara kita memahami hubungan orang-orang dengannya,” jelas Vlok.
Menurut Vlok, jika suatu penyakit menular sudah berjangkit selama ribuan tahun, mungkin penyakit itu sudah begitu berkembang dan menjadi cocok dengan manusia. Seperti dalam kasus penyakit frambusia. Ini pelajaran berharga dari masa lalu, mengingat kini dunia tengah menghadapi penyakit menular Covid-19.
“Arkeologi adalah satu-satunya cara untuk mendokumentasikan berapa lama suatu penyakit telah bersama dan beradaptasi dengan kita,” ujar Vlok.
Baca juga: Lama Wabah di Masa Lalu
Sekarang, kata Vlok, virus Covid-19 begitu hebat beradaptasi dengan manusia. Padahal treponema sudah lebih lama bersama dengan manusia. Karenanya penelitian ini bisa menunjukkan apa yang akan terjadi jika tidak ada tindakan berarti terhadap suatu penyakit menular.
“Ini adalah pelajaran tentang apa yang penyakit menular dapat lakukan pada suatu populasi jika dibiarkan menyebar secara luas,” tegas Vlok.
Vlok pun menyebut pentingnya segera intervensi karena penyakit dapat sangat cepat beradaptasi dengan manusia dan menyebar.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar