Darah 14 Suku di Tubuh Mira Lesmana
Di dalam tubuh Mira Lesmana mengalir darah 14 suku berbeda dari Asia Selatan. Bagaimana bisa?
MIRA Lesmana teringat peristiwa bullying yang dialaminya saat bersekolah di Australia dulu. Kakak kandung musisi Indra Lesamana ini mengaku sempat mendapat diskriminasi dari orang-orang sekitarnya. Terutama jika berada di luar lingkungan rumah dan sekolah.
Mira berkulit gelap. Wajahnya tidak western seperti orang-orang Australia. Hampir setiap orang yang ditemui memberi pandangan aneh kepadanya. Sering kali di dalam bis saat hendak berangkat sekolah, Mira tidak diperbolehkan untuk duduk. “Dan mereka (anak-anak kecil) kebanyakan suka teriak-teriak: 'Keep Australia white',” tuturnya kepada Historia.
Di Indonesia sendiri, Mira biasa dipanggil Si Ambon oleh kawan-kawannya. Padahal menurut cerita ayahnya, ia tidak mempunyai kerabat atau leluhur yang berasal dari Ambon, Maluku. Namun mengenai sebutannya itu, produser Ada Apa Dengan Cinta (AADC) ini mengaku tidak keberatan.
“Saya selalu merasa tidak keberatan. Mungkin karena rambut saya yang keriting, kulit saya yang cukup hitam karena sering berada di bawah matahari. Tapi buat saya ga masalah dan saya tidak melihat hal itu sebagai sebuah bully,” ucap Mira.
Ragam Moyang
Dilihat dari garis keturunan ibu, kata Mira, ia berasal dari Jawa Tengah. Kakek dan neneknya asli Purworejo. Sementara garis keturunan ayah menurutnya agak samar karena sudah banyak yang tersebar di Eropa.
“Tapi kalau dari beliau, dulu dia mengatakan aslinya adalah dari Madura, ada darah Dayak, Indo-Belanda, dan Indo-Jerman. Namun ada yang bilang ada darah Bandanya, walaupun saya tidak tahu itu Banda di Maluku, atau Banda Aceh,” jelas Mira.
Namun dari hasil uji saliva (air liur) diketahui ada empat fragments DNA moyang di tubuh Mira. Beturut-turut dari yang paling dominan: 49.68% Asia Timur (Taiwan, Jepang, China, Vietnam, Korea, Makau); 38.10% Asia Selatan (14 suku bangsa di India); 12.21% Diaspora Asia (Asia-Amerika); dan 0.03% (Irak, Kurdi).
Menarik untuk dikaji lebih jauh adalah keragaman gen moyang Mira yang berasal dari Asia Selatan. Ada 14 gen dari suku bangsa yang berbeda: Brahmin, Kayasth, Bhutia, Rajput, Karan, India secara umum, Bangladesh, Gope, Tamil, Gola, Nepal, Dhangar, Khandayat, dan Naga.
Baca juga: Mengukur Kemurnian Manusia Indonesia
Ahli genetika Herawati Sudoyo dalam acara kajian sains modern “Asal Usul Manusia Indonesia” menyebut jika keragaman bisa saja terjadi karena interaksi di dalam suatu wilayah yang sama dalam kurun waktu tertentu. Sehingga keragaman gen moyang dari satu tempat seperti yang terjadi pada Mira merupakan hal yang mungkin, meski terbilang unik.
Satu yang mencuri perhatian dari leluhur Mira adalah suku Naga di India, yang oleh sejarawan Inggris John Keay disebut sebagai: “Orang-orang liar pemuja ular yang tak berbahaya”. Di dalam karyanya, A History of India, Keay menjelaskan bahwa masyarakat Naga merupakan suku bangsa yang asal-usulnya tersebar di berbagai wilayah, seperti bagian selatan India, bagian Barat Tiongkok, dan pantai Asia Tenggara.
Menurut Arkeolog S.U. Deraniyagala suku Naga merupakan bagian dari suku bangsa yang telah membangun permukiman di Sri Lanka sekitar tahun 500 SM. Mereka diperkirakan datang dari daratan India saat terjadi migrasi besar-besaran. Penduduk suku Naga itu tersebar di berbagai wilayah, termasuk Asia Tenggara.
Suku Naga di India ini memiliki kedekatan tradisi dengan suku Dayak di Kalimantan. Bahkan jika dilihat sekilas, fisik keduanya hampir tidak bisa dibedakan. Suku Naga sendiri merupakan satu dari ribuan etnis yang hidup di wilayah India. Berdasarkan penelitian, masyarakat Naga dan Dayak berasal dari wilayah yang sama, yakni Selatan China.
Baca juga: Bukti Terbaru Asal Usul Manusia Modern
Kesamaan-kesamaan yang terlihat dari kedua suku tersebut di antaranya: tradisi memakai anting hingga telinganya memanjang bagi kaum hawa sebagai tanda kecantikan, menjadikan burung rangkong simbol kehormatan, serta mengoleksi tengkorak manusia sebagai simbol kemenangan dan keberanian. Namun beberapa tradisi ini sekarang sudah mulai ditinggalkan.
Mikhail Cooman dalam Suku Daya: Dahulu, Sekarang, dan Masa Depan menyebut moyang orang-orang Dayak menyebar ke berbagai wilayah ketika mereka keluar dari daratan China. Sesampainya di Asia Tenggara, mereka terbagi menjadi beberapa kelompok. Ada yang masuk Nusantara (Indonesia, Malaysia, Filipina, Brunei), ada juga yang memutuskan pergi ke Lembah Naga di India. Meski terpisah, mereka tetap mempertahankan tradisi yang dibawa.
Informasi migrasi suku Naga itu juga diperkuat dengan tulisan Robert Dick dalam Penjelajah Bahari: Pengaruh Peradaban Nusantara di Afrika berdasar hasil penelitian seorang ilmuwan bernama C.R. Stonor tentang suku Naga di wilayah Assam, India bagian Tenggara. Menurutnya, kebudayaan suku Naga sangat berbeda dengan kebudayaan utama India. Mereka lebih dekat dengan tradisi di Indonesia dan Asia Tenggara.
“Terdapat kekerabatan dengan Indonesia yang tak dapat diragukan lagi … penduduknya sangat mungkin memiliki hubungan purba dengan penduduk asli di Semenanjung India …” kata Robert.
Baca juga: Asal Gen Yunani-Siprus dalam DNA Ariel
Darah Dayak
Uniknya, Mira memiliki darah Dayak di dalam tubuhnya. Berdasar cerita sang ayah, moyang (kakek ayahnya) Mira berasal dari suku Dayak. Meski tidak dijelaskan lengkap, leluhur Dayaknya itu sering dikisahkan di dalam keluarga.
“Yang menarik adalah dia bahkan punggungnya masih ada ekornya. Saya tidak tahu itu benar atau tidak. Tapi yang jelas itu legenda yang selalu diceritakan di antara keluarga. Bahwa buyut kami itu orang Dayak, bahkan dari pedalaman,” kenang Mira.
Jika benar demikian, lantas dari mana gen leluhur suku Naga bisa ada di tubuh Mira? Dan apa keterkaitan darah suku Naga ini dengan moyangnya dari Dayak? Sayangnya uji sampel DNA kali ini belum dapat memberikan jawaban yang tegas terkait hal tersebut. Andai data haplogroup –motif spesifik sebuah DNA yang digunakan untuk mengelompokan kesamaan-kesamaan gen makhluk hidup– dapat diperoleh, mungkin jawaban terkait keberadaan leluhur Mira ini dapat secara gamblang diterangkan.
Namun walau begitu, Mira tetap senang dengan hasil uji DNA yang ia lakukan. Ada beberapa hal yang sebelumnya sudah ia prediksi. Seperti gen moyang Asia Selatan yang menurut Mira memang sudah pasti ada di dalam tubuhnya. Meski ada juga yang mengejutkan, terutama keberadaan leluhur dari suku bangsa Kurds, Iran.
Baginya, informasi terkait leluhurnya itu sangat penting. Karena dapat membuktikan bahwa setiap manusia terkait satu sama lain. Proyek DNA juga bagi Mira memberikan gambaran bahwa tidak ada manusia yang lebih superior atau inferior. “Kita harus menyadari bahwa siapa kita itu tergantung dari diri kita sendiri dan kita tidak boleh merendahkan yang lain,” tutup Mira.
Baca juga: DNA Yahudi pada Orang Indonesia
Tambahkan komentar
Belum ada komentar