top of page

Sejarah Indonesia

Survei Smrc Membuktikan Mayoritas Orang Tidak Percaya Pki Bangkit

Survei SMRC Membuktikan Mayoritas Orang Tidak Percaya PKI Bangkit

Survei SMRC menunjukan mayoritas warga tidak percaya akan kebangkitan PKI. Dimanfaatkan kelompok tertentu demi tujuan politik.

28 September 2017

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Sirojudin Abas, Tamrin Amal Tomagola, Syamsuddin Haris, dan Salim Said dalam diskusi Isu Kebangkitan PKI: Sebuah Penilaian Publik Nasional di kantor SMRC, Jakarta, 29 September 2017. (Nugroho Sejati/Historia).

TAHUN-tahun belakangan, diskursus soal kebangkitan PKI mengemuka. Pada September atau Oktober hampir bisa dipastikan isu ini menjadi perbincangan hangat di media sosial. Masyarakat pun terbelah, antara yang percaya kebangkitan PKI dan yang kontra. Tetapi, bagaimana sikap masyarakat sesungguhnya tentang wacana kebangkitan PKI?


Guna mengetahui opini publik secara nasional, Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) mengadakan survei terkait isu kebangkitan PKI. Untuk itu, SMRC mensurvei 1.057 responden. Margin of error dari jumlah tersebut berkisar 3,1 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Responden dipilih secara acak dari 34 provinsi serta dari latar belakang etnis, agama, dan tempat tinggal yang mencerminkan populasi nasional Indonesia.


Hasilnya, didapat data 86,8 persen warga responden tidak memercayai bahwa PKI sedang bangkit kembali. Sementara itu 12,6 persen warga responden percaya sekarang PKI sedang mencoba bangkit. Sisanya sebesar 0,6 persen menjawab tidak tahu.


“Artinya overwhelming majority warga Indonesia tidak setuju dengan pendapat bahwa PKI bangkit lagi. Mereka tidak percaya ada kebangkitan PKI,” ujar Sirojudin Abbas, peneliti SMRC, dalam pemaparan temuan surveinya pada Jumat (29/9/2017) di kantor SMRC, Menteng, Jakarta Pusat.


Lebih jauh, survei SMRC juga menyebut lebih detil tentang profil warga yang percaya pada “sedang terjadi kebangkitan PKI” itu. Data-data menunjukkan bahwa opini tentang adanya kebangkitan PKI lebih banyak terdapat pada warga yang intens mengikuti berita di media massa, terutama internet dan koran. Mereka ini mayoritas adalah warga perkotaan dan berusia muda (di bawah 21 tahun hingga 25 tahun). Mereka juga mayoritas adalah berpendidikan tinggi, sejahtera. Sementara wilayah provinsi yang paling banyak terdapat opini kebangkitan PKI adalah di DKI Jakarta dan Banten.


Menilik hasil ini Syamsuddin Haris, peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, berkomentar, “Isu kebangkitan PKI ini adalah isu dunia maya, bukan di dunia nyata. Ini sesuatu yang diada-adakan untuk kepentingan politik tertentu.”


Pendapat Syamsuddin Haris itu didasarkan pada temuan SMRC lainnya terkait preferensi politik warga yang setuju dan tidak setuju “adanya kebangkitan PKI”. SMRC mendapati hasil bahwa warga yang percaya kebangkitan PKI dengan persentase terbesar ada pada pemilih PKS, Gerindra, dan PAN. Juga pada fenomena dikaitkannya Presiden Joko Widodo dengan PKI.


Temuan-temuan ini menunjukkan bahwa opini kebangkitan PKI di masyarakat tidak terjadi secara alamiah, melainkan hasil mobilisasi opini kekuatan politik tertentu. Karena, bila keyakinan adanya kebangkitan PKI itu alamiah maka keyakinan itu akan ditemukan secara proporsional di antara semua eksponen politik.


Atas temuan survei SMRC tersebut Salim Said, guru besar ilmu politik Universitas Pertahanan, berkomentar, “Tidak ada perubahan sosial politik di Indonesia tanpa mobilisasi. Ini tentu saja dimobilisasi oleh elite. Pada akhirnya ini adalah permainan elite.” Salim Said sendiri dalam banyak kesempatan berulangkali menegaskan bahwa PKI dan ideologinya sudah bangkrut.


Meski begitu, isu kebangkitan PKI yang dipolitisasi tetap harus diwaspadai dan disikapi dengan bijak. Menyambung Salim Said, Syamsuddin Haris juga mengatakan bahwa sebenarnya tidak ada indikasi-indikasi nyata bahwa PKI akan bangkit. Tetapi, “Isu ini berpotensi memecah-belah jika tidak dikelola secara bijak,” ujar Syamsuddin Haris.


Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
bottom of page