Purnawirawan TNI Jadi TKI di Arab Saudi
Cara jenderal ini memikirkan anak buahnya yang akan pensiun. Disalurkan jadi tenaga kerja di Arab Saudi.
PADA 1980-an, KSAD Jenderal TNI R. Widodo gelisah memikirkan 2.000 bintara yang akan pensiun. Dia menanyakan kepada Bondan Gunawan –kelak menjadi menteri sekretaris negara masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid– apakah dapat mencarikan pekerjaan untuk mereka?
Bondan kemudian menghubungi dua pengusaha di Jakarta, Suko Sudarso dan Ir. Harsono, seniornya di GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia). Dia menanyakan apakah bisa mencarikan pekerjaan bagi 2.000 bintara TNI yang bakal pensiun. Mereka mengatakan punya hubungan baik dengan Kedutaan Besar Arab Saudi di Jakarta, terutama dengan pejabatnya bernama Bakr Khomais.
Kebetulan, saat itu pemerintah Arab Saudi memerlukan banyak tenaga kerja, terutama para mekanik dan sopir pada musim haji.
“Singkat kata, para bintara pensiunan itu bisa dipekerjakan di Arab Saudi. Peluang itu langsung ditindaklanjuti dengan membentuk PT. Rabindo sebagai perusahaan pengirim tenaga kerja ke Arab Saudi,” kata Bondan Gunawan dalam memoarnya yang baru terbit, Hari-hari Terakhir Bersama Gus Dur.
Bondan bersama delapan jenderal aktif dan purnawirawan menjadi pemegang saham PT. Rabindo. Namun, Jenderal Widodo tak ingin menjadi pemegang saham.
PT. Rabindo menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan untuk para pensiunan bintara itu agar siap bekerja di Arab Saudi. Para calon sopir dilatih di kantor pusat Perum Perusahaan Pengangkutan Djakarta (PPD) Jakarta. Sedangkan calon mekanik di kompleks bengkel militer Berland, Matraman, Jakarta.
“Saya masih ingat, pensiunan yang sudah tua atau tak berminat bekerja di Arab Saudi dapat digantikan oleh anak atau kerabat lainnya,” kata Bondan.
Bondan Gunawan dan Gus Dur. (Repro Hari-Hari Terakhir Bersama Gus Dur).
Setelah selesai pelatihan, para purnawiran siap diberangkatkan. Kloter pertama dikirim 700 bintara pensiunan. Mereka dilepas dalam suatu upacara resmi di Markas Besar Angkatan Darat. Inspektur upacaranya adalah Jenderal TNI (Purn.) Djatikoesoemo dan Bondan sebagai komandan upacara. Bondan bahkan mendampingi mereka ke Arab Saudi.
Dalam pengiriman tenaga kerja itu, PT. Rabindo bekerja sama dengan perusahaan Darlah Afco di Arab Saudi. Pimpinan perusahaannya pernah berkunjung ke Indonesia dan bertemu Jenderal Widodo.
Setelah sukses mengirim tenaga kerja ke Arab Saudi, giliran Irak melalui Kedubesnya di Jakarta meminta bantuan tenaga kerja kepada PT. Rabindo. PT. Rabindo pun mengirim sekitar 300 sopir dan mekanik untuk bekerja di Irak. “Jadi, sejak adanya PT. Rabindo, saya mulai mengenal dunia bisnis dan tokoh-tokoh militer,” kata Bondan.
Jenderal Widodo pun dapat bernapas lega. Para purnawirawan dapat bekerja di Arab Saudi dan Irak. Namun, tak lama kemudian dia harus melepaskan jabatannya sebagai KSAD. Musababnya, kata Bondan, pada suatu kesempatan bertemu, “kami meminta melalui Jenderal Widodo agar kegiatan bisnis putra-putri Jenderal TNI (Purn.) Soeharto janganlah terlalu menonjol karena bisa merusak nama baik Pak Harto.”
Jenderal Widodo berjanji akan meneruskan permintaan itu kepada Presiden Soeharto. Akan tetapi, dua pekan kemudian, Jenderal Widodo dicopot dari jabatannya sebagai KSAD.
“Saya tidak mengetahui, apakah Jenderal Widodo sempat membicarakan usulan kami itu kepada Presiden Soeharto,” kata Bondan. “Kami juga tidak mengetahui apakah pencopotan Jenderal Widodo ada kaitannya dengan usulan kami atau tidak.”
Bagaimana Soeharto mendepak Jenderal Widodo, seorang kawan lama karena dianggap mengusik kewibawaannya, baca di sini: Jenderal yang Disingkirkan.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar