Portugis Menangis di Selat Malaka
Kapalnya, yang konon berisi emas, hilang di Selat Malaka. Raja pun kurang setoran.
SEPANJANG tanggal 26 dan 27 Juni 2024, KRI Dewaruci menyusuri Selat Malaka dari utara. Sudah sejak lama kapal-kapal dagang dari bermacam negara melewati selat kaya ini. Ada banyak kapal penuh muatan berhaga tenggelam di dalam kawasan selat ini. Malaka adalah pasar rempah penting dunia karena bermacam rempai dijual di sana.
Dalam sejarah pelayaran dunia mencari rempah-rempah ke Timur, Portugis dan Spanyol dianggap sebagai pelopornya. Inggris dan Belanda kemudian mengikuti dan banyak menguasainya. Afonso de Albuquerque dan Vasco da Gama adalah dua pemuka pelayaran Portugis ke Asia yang cukup sering disebut dalam sejarah kedatangan Portugis ke Asia.
Afonso de Albuquerque((1453-1515) berperan penting dalam upaya pembentukan koloni Portugis di Asia. Dia memimpin upaya perebutan Goa di India lalu pada 1511 di Malaka, Semenanjung Malaya. Dirinya menjadi wakil raja Portugis di Asia. Portugis berkuasa di Malaka dari 1511 hingga 1642. Namun Albuquerque tidak lama di Malaka.
“Pada awal Desember 1511 Afonso de Albuquerque meninggalkan Malaka dengan menumpang kapal Flor de La Mar yang juga membawa anak-anak laki-laki dan perempuan serta benda-benda berharga,” catat Darmono Hardjowidjono dalam artikel “Pasai Tahun 1509-1524” di Pasai Kota Pelabuhan Jalan Sutra: Kumpulan Makalah Diskusi.
Kapal kaya muatan itu kemudian karam di perairan sekitar Pedir. Albuquerque selamat dan pada tahun berikutnya sudah di Goa.
Ketika berlayar melewati perairan daerah Pedir, kapal Flor de La Mar belumlah tua. Kapal dengan bobot 400 ton itu dibangun pada 1502 di Lisboa, Portugal. Flor de la Mar diambil bahasa Portugis yang berarti bunga lautan. Setelah selesai dibangun, kapal itu berlayar dari Lisboa ke India. Kerabat keluarga dari penjelajah Vasco da Gama, Estevao da Gama, bertindak sebagai nakhodanya.
Kapal yang pernah dianggap kapal terbaik di masanya itu mengalami bocor di perairan Mozambik, Afrika dan harus istirahat dua bulan di sana. Meski kondisinya tak sebaik seperti ketika masih di Eropa, Flor de la Mar ikut berjasa dalam penguasaan Goa dan Malaka oleh Portugis. Dalam rombongan yang dipimpin Albuquerque itu, kapal Flor de la Nova menjadi kapal utamanya (flagship).
Ketika Flor de la Mar tiba di Malaka, Albuquerque kesal kepada Sultan Mahmud yang berkuasa di Malaka. Sultan itu dianggap telah mengulur waktu pembebasan armada Portugis yang ditawan. Pihak Portugis lalu memberi pukulan militer kepada sultan hingga sultan harus menyingkir dari Malaka dan meninggalkan banyak harta-benda untuk musuhnya.
Bambang Budi Utomo dalam Warisan Bahari Indonesia menyebut Flor de la Mar mengangkuti barang jarahan dari Kesultanan Malaka sebelum karam di perairan Aceh. Flor de la Mar disebut-sebut dimuati 60 ton emas dan barang-barang berharga lain. Belakangan, nilai muatan kapal itu sekitar US$8 milyar.
“Uang emas, perak, tembaga, dan timah dari Malaka, kebanyakan uang logam timah hilang dalam Flor de la Mar," catat Afonso Albuquerque yang gagal menyenangkan rajanya karena kapalnya karam kena badai di sekitar Pedir itu.
Albuquerque sangat berjasa bagi Portugis. Namun dia adalah orang yang sangat ambisius. Dia mendambakan kemasyhuran dalam perjuangannya untuk Portugis.
“Dia ingin sangat diakui. Dia pantang kembali kalau tidak sukses,” sebut Sejarawan Daya Negri Wijaya dari Universitas Negeri Malang.
Hilangnya Flar de la Mar tentu menjadi ganjalan bagi Albuquerque di hadapan raja Portugis yang mendukung pelayarannya.
Belakangan, Flor de la Mar menjadi buah bibir orang Eropa. Kapal itu katanya tak pernah ditemukan muatannya. Tome Pires, orang Portugis yang menulis Suma Oriental, juga mendapat gosip soal nasib kapal tersebut. Kapal itu katanya pernah diamankan seorang raja Tomjam yang berkuasa di daerah Batak.
“Ia seorang ksatria Moor yang sering pergi ke laut untuk merampok. Ia adalah perantu dari Raja Aru. Ia membawa masuk kapal Flor de la Mar yang kandas karena badai di pesisir negerinya. Mereka berkata bahwa ia berhasil membenahi segalanya sehingga air tidak masuk lagi, itulah yang membuatnya dikenal sangat kaya di antara orang-orang,” catat Tome Pires dalam Suma Oriental.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar