Perempuan di Medan Perang
Perang bukanlah milik lelaki semata. Perempuan juga terjun ke medan pertempuran untuk mempertahankan kemerdekaan.
PADA masa revolusi 1945–1949, perempuan terlibat dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Mereka mengorganisir diri dalam satuan-satuan perjuangan di berbagai daerah. Mereka menjalankan dapur umum, palang merah, bahkan intelijen; sebuah tugas yang tak ringan.
Mereka tak menghiraukan keselamatan diri demi menyelamatkan nyawa banyak orang. Peran mereka sangat besar dalam menjaga napas perjuangan.
Di Bandung, Yati Aruji Kartawinata membentuk Laskar Wanita Indonesia (Laswi). Anggotanya beragam, dari gadis sampai janda. Di Surabaya, Loekitaningsih dan Palang Merah 45 berjibaku menyelamatkan para pejuang. Mereka bersama para pejuang perempuan lainnya di sejumlah daerah mengorbankan segalanya demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Merekalah “ibu” bagi para prajurit dan pejuang di medan laga, yang menyediakan makanan atau merawat yang sakit dan terluka. Sayangnya, peran mereka terkubur oleh historiografi Indonesia yang patriarki dan militer sentris. Penulisan sejarah nasional kurang memberi tempat pada peran para perempuan.
Oleh karena itu, Historia menulis laporan khusus untuk mengangkat peran perempuan dalam perjuangan kemerdekaan, sebagai berikut:
Tambahkan komentar
Belum ada komentar