Percobaan Pembunuhan Leon Trotsky, Musuh Bebuyutan Stalin
Leon Trotsky berperan besar dalam Revolusi Bolshevik. Digadang sebagai penerus Lenin, Trotsky justru disingkirkan hingga menjadi sasaran pembunuhan.
HUJAN deras mengguyur wilayah Coyoacán, Meksiko pada Kamis malam, 23 Mei 1940. Akibatnya, jalanan dipenuhi lumpur. Umumnya orang menghentikan aktivitas dan tinggal di dalam rumah. Namun, sejumlah orang justru berdatangan ke sebuah rumah di Calle de República de Cuba untuk menjalankan misi yang telah disusun sejak jauh-jauh hari. Misi mereka melenyapkan Leon Trotsky, seorang revolusioner dan ahli teori Marxis yang berperan besar dalam Revolusi Bolshevik pada 1917.
Di antara beberapa orang yang berkumpul itu tampak David Alfaro Siqueiros, muralis terkemuka Meksiko yang pernah menjadi anggota Partai Komunis Meksiko dan ambil bagian dalam Perang Saudara Spanyol (1936–1939).
Menurut sejarawan Bertrand Patenaude dalam Stalin’s Nemesis: The Exile and Murder of Leon Trotsky, misi yang akan dilakukan oleh kelompok Siqueiros diketahui Moskow yang berada di bawah pimpinan Joseph Stalin, musuh bebuyutan Trotsky. Kelompok tersebut diorganisir oleh Komisariat Rakyat untuk Urusan Dalam Negeri Uni Soviet (NKVD), di mana Siqueiros diberi nama sandi Horse.
Keterlibatan Siqueiros dalam misi ini berawal dari kedatangan Iosif Grigulevich, seorang agen NKVD, yang dikirim ke Mexico City bersama seorang rekannya pada musim semi 1938, untuk mengawasi Trotsky yang mencari suaka di Meksiko usai menjadi eksil. Mulanya mereka menyewa sebuah tempat tinggal yang berlokasi beberapa blok dari Blue House, kediaman pasangan seniman Diego Rivera dan Frida Kahlo, tempat Trotsky dan istri, Natalia, tinggal selama dua tahun pertama kedatangannya di Meksiko pada awal tahun 1937. Grigulevich dan rekannya kemudian membuat sebuah tempat pengamatan untuk mengawasi orang-orang yang datang dan pergi dari Blue House.
“Pada bulan-bulan pertama tahun 1939, Grigulevich, dengan menggunakan nama samara Felipe, merekrut Siqueiros, kenalannya saat bertugas di Spanyol, serta istri Siqueiros dan saudara laki-lakinya, Leopoldo Arenal yang merupakan adik dari seniman Luis Arenal,” tulis Patenaude.
Leopoldo, seorang anti-Trotskyist fanatik, tentu tak akan melewatkan kesempatan tersebut. Bahkan, dia sempat membuat rencana untuk mengirimkan Trotsky sebuah kaktus dalam pot berisi bom yang akan dipicu saat penanaman. Usulan ini diajukan kepada perwakilan NKVD di New York, tetapi ditolak karena khawatir bom tersebut tidak mencapai target yang dituju.
Setelah dua tahun menetap di kediaman Rivera dan Kahlo, Trotsky mencari tempat tinggal baru. Menurut sejarawan Dmitri Volkogonov dalam Trotsky: The Eternal Revolutionary, keputusan itu diambil seiring dengan merenggangnya hubungan Trotsky dan Rivera. “Penyebabnya adalah Presiden Cardenas, yang sangat dihormati oleh Trotsky karena telah menyediakan tempat perlindungan. Kemudian, secara tak terduga, Rivera menerbitkan sebuah serangan pedas terhadap sang presiden sebagai ‘kaki tangan rezim di Moskow’. Trotsky dan Rivera berusaha menyelesaikan perbedaan di antara mereka, tetapi perbedaan itu semakin dalam, hingga Trotsky mengumumkan bahwa ia tidak bisa lagi menerima keramahan sang pelukis,” sebut Volkogonov.
Baca juga:
Dengan bantuan sejumlah teman dan pendukungnya, Trotsky membeli rumah besar di wilayah Coyoacán pada musim semi 1939. Yang menjadi perhatian utama Trotsky dan rekan-rekannya adalah keamanan area di sekitar rumah. Dia mempekerjakan sejumlah pengawal dan meninggikan pagar serta memperkuat pintu dan gerbang menuju rumah tersebut.
Sebuah menara tinggi dengan lampu sorot pun dibangun. Sistem alarm dipasang di dalam rumah yang tampak seperti benteng kecil. Pintu-pintu ke ruang kerja Trotsky dan kamar tidurnya dipagari dengan besi. Bagian luar rumah dijaga siang dan malam oleh polisi, sementara bagian dalam oleh sekretaris dan pengawalnya.
Tak hanya itu, sejumlah aturan ketat diberlakukan, di antaranya pembatasan kunjungan. Orang-orang yang tidak dikenal Trotsky hanya diizinkan masuk ke dalam rumahnya tanpa membawa apapun dan ditemani oleh pengawal.
Namun, pengamanan super ketat itu tak menghentikan rencana Grigulevich bersama kelompok Siqueiros untuk melenyapkan Trotsky. Kesempatan itu datang ketika terjadi pergantian petugas di kediaman Trotsky.
Baca juga:
Sejarawan Robert Service menulis dalam Trotsky: A Biography, pada musim dingin 1939–40, Alexander Buchman, seorang Trotskyist Amerika dan fotografer, datang ke Meksiko untuk membantu Trotsky. Ia memiliki keahlian dalam merenovasi kabel listrik dan membangun kembali sistem alarm untuk mencegah pembobolan di kediaman sang tokoh revolusi. Sistem alarm juga terhubung dengan kantor polisi setempat.
“Pada pertengahan April 1940, Buchman melepaskan tugasnya dan digantikan oleh Robert Sheldon Harte. [...] Harte merupakan seorang agen Soviet dari Partai Komunis Amerika Serikat yang memiliki misi bekerja sama dengan kelompok Siqueiros,” tulis Robert Service.
Setelah menyusun rencana dengan matang, kelompok Siquerios siap beraksi. Sejumlah senjata seperti senapan mesin Thompson, revolver, dan bom termos telah disiapkan. Siqueiros menyuruh rekan-rekannya mencoba seragam polisi dan militer. Dia kemudian pergi keluar dan kembali sekitar pukul 02.00 dini hari dengan mengenakan seragam militer. Kacamata hitam dan kumis palsu melengkapi penyamarannya.
Satu jam kemudian orang-orang berseragam dan bersenjata lengkap ini masuk ke dalam mobil Siqueiros dan melaju ke arah rumah Trotsky. Dalam perjalanan, Siqueiros menyerahkan amplop berisi 250 peso kepada setiap orang.
Baca juga:
Menjelang pukul 4 pagi, Siqueiros memerintahkan anak buahnya keluar dari mobil. Mereka mengejutkan dan mengalahkan lima polisi yang ada di dalam casita (rumah kecil), tiga di antaranya sedang tidur, dan mengikat mereka.
Komplotan itu kemudian menuju sudut barat daya rumah, di mana tiga kelompok pria bersenjata dan mengenakan seragam polisi, berkumpul dari arah yang berbeda di pintu masuk garasi. Mendengar suara-suara dari luar, Harte tahu waktunya menjalankan misi yang diberikan secara rahasia kepadanya. Dia kemudian membukakan pintu untuk komplotan Siqueiros.
Tak butuh waktu lama, tembakan demi tembakan terdengar di sejumlah area kediaman Trotsky.
“Sebuah tembakan otomatis merobek pintu kamar tidur. Seorang penyerang bersenjata senapan ringan kemudian memasuki kamar Seva (cucu Trotsky, red.), sementara penyerang ketiga menembaki jendela-jendela. Trotsky telah meminum obat penenang untuk membantunya tidur dan lambat menyadari bahaya yang ada, tetapi Natalia menariknya dari tempat tidur dan keduanya jatuh ke sudut ruangan di bawah jendela, ketika peluru-peluru yang memantul terbang ke segala arah di atas mereka,” tulis Patenaude.
Rentetan tembakan membangunkan para penjaga dan pengawal Trotsky. Mereka mencari tahu apa yang sedang terjadi, tetapi ketika membuka pintu untuk melihat ke luar tembakan juga di arahkan kepada mereka sehingga memaksanya kembali ke dalam.
Baca juga:
Tembak-menembak di kamar tidur Trotsky berlangsung selama beberapa menit. Ketika aksi itu mulai berakhir, salah satu anggota kelompok Siqueiros memasuki kamar cucu Trotsky dan melemparkan bom termos. Kekuatan ledakannya menghancurkan pintu kamar tidur Trotsky dan menyulut api kecil.
Berdiri di ambang pintu dan mengintip ke dalam kamar yang hanya diterangi cahaya redup api di kakinya, penyusup mengosongkan pistolnya ke tempat tidur Trotsky dan Natalia. Dia kemudian berbalik dan berlari keluar. Setelah memuntahkan ratusan butir peluru, komplotan tersebut bergerak mundur.
Setelah komplotan pergi, pengawal Trotsky mulai memeriksa keadaan di luar kediaman sang tuan rumah. Ketika memasuki garasi, salah satu pengawal menemukan serape (selendang atau selimut khas Meksiko) Harte tergeletak di lantai, terlipat rapi. Pintu garasi pun terbuka lebar dan dua mobil milik Trotsky telah hilang. Namun, yang mencuri perhatian adalah sistem alarm telah dimatikan.
Aksi tembak-menembak di kediaman Trotsky sulit dihindari. Namun, nasib sekali lagi berbaik hati kepada para penghuni rumah karena baik Trotsky, Natalia, Seva, maupun para pengawal dan pekerja semuanya selamat dan hanya mengalami luka ringan. Meski begitu ada satu orang yang hilang setelah kejadian tersebut, yaitu Harte.
Baca juga:
Pagi hari kemudian sebuah pesan telepon berkode dikirim dari Meksiko ke New York. Volkogonov menyebut pesan itu diterjemahkan dan dikirim ke Moskow pada hari itu juga, dan disampaikan kepada Stalin dengan keterangan “operasi telah dilakukan. Hasilnya akan diketahui kemudian”.
Kabar penyerangan ke kediaman Trotsky tercium media yang ramai-ramai menyiarkannya. Informasi mengenai kondisi Trotsky dan keluarganya yang selamat dari kejadian itu juga diberitakan.
“Berita tentang kegagalan upaya pembunuhan itu membuat Stalin marah. Tak hanya itu Lavrenti Beria (direktur polisi rahasia Soviet yang juga berperan dalam pembersihan lawan-lawan Joseph Stalin, red.) pun harus menahan amarahnya, sementara mereka yang terkait dengan operasi itu bisa jadi akan bernasib sama seperti Shpigelglas, yang ditahan. Semuanya kini dipertaruhkan pada aksi seorang agen yang sudah lama ditempatkan di Meksiko, dan bersiap untuk menjalankan misinya,” sebut Volkogonov.*
Tambahkan komentar
Belum ada komentar