Peran Fotografer dalam Mengabadikan Proklamasi Kemerdekaan
Berkat fotografer ini kita dapat melihat foto Proklamasi kemerdekaan. Mereka kemudian mendirikan kantor berita foto nasional pertama.
MASIH pukul lima pagi. Beberapa orang dilanda kecemasan sekaligus antusiasme yang luar biasa. Ada desas-desus Bung Karno akan membacakan suatu proklamasi. Dan Jepang sudah mengendusnya.
Frans Mendur, berbekal kamera Leica dan satu rol film yang ia “pinjam” dari kantor Djawa Shimbun Sha, bergegas menuju kediaman Bung Karno di Jalan Pegangsaan Timur No 56. Di tempat lain, kakaknya, Alex Mendur, juga bergegas ke tempat yang sama. Mendur Bersaudara tak ingin melepas mengabadikan momen bersejarah tersebut. Mereka berhasil. Detik-detik proklamasi kemerdekaan Indonesia terekam dalam foto dan menjadi bukti peristiwa bersejarah itu.
Namun, hasrat untuk menyebarkan foto-foto itu di koran-koran nasionalis terhambat. Tentara Jepang berusaha mendapatkan negatif foto tersebut. Frans menanamnya di bawah pohon di halaman kantor harian Asia Raya.
Sementara hasil bidikan Alex dirampas dan dihancurkan tentara Jepang. Alhasil, hanya foto-foto Frans yang bisa kita saksikan saat ini. Itu pun baru tersiar pada 17 Februari 1946 dalam penerbitan khusus “Nomor Peringatan Enam Bulan Republik” yang diterbitkan harian Merdeka.
Bulan-bulan setelah proklamasi merupakan tantangan bagi dua bersaudara ini. Dengan lensa kamera sebagai senjata perjuangan, Mendur Bersaudara membela Republik dengan cara mereka sendiri: mendirikan kantor berita foto yang profesional dan independen.
“Beberapa wartawan asing yang membutuhkan foto-foto menyebut mereka (kantor berita milik Mendur bersaudara) sebagai Indonesia Press Photo,” ujar Yudhi Soerjoatmodjo, mantan kurator Galeri Foto Jurnalistik Antara yang menyusun dan menulis buku IPPHOS: Remastered Edition, kepada Historia. “Dari situlah mereka kembangkan namanya menjadi Indonesian Press Photo Service (IPPHOS).”
Selain Frans dan Alex Mendur, IPPHOS diprakarsai kakak-beradik Justus K. Umbas dan Frans “Nyong” Umbas, Alex Mamusung, serta Oscar Ganda. Peresmian IPPHOS, yang dihadiri banyak wartawan, dihelat pada 1 Oktober 1946, kendati secara legal diakui sehari kemudian.
IPPHOS berkantor di Jalan Molenvlit Oost No 30 –kini, Jalan Hayam Wuruk. Ia bukan hanya kantor berita foto nasional pertama tapi juga wadah menampung idealisme, profesionalisme, dan semangat kemerdekaan.
Foto-foto proklamasi kemerdekaan hanyalah sebagian kecil dari peran Mendur Bersaudara, dan juga IPPHOS, dalam mengabadikan perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Foto mereka abadi, tapi IPPHOS sendiri mati. Ia sempat mencoba bertahan di kawasan Kampung Melayu, menempati ruang kantor yang sempit, pengap, lembap, dan kerap terendam banjir. Pada 2004, koleksi penting IPPHOS dikelola kantor berita Antara.
Baca juga:
Jejak Revolusi dalam Fotografi
Kisah di Balik Foto Eksekusi Pejuang Indonesia
Mendur Bersaudara Menangkap Peristiwa Sejarah
Ditemukan Lagi: Foto Eksekusi Pejuang Indonesia oleh Tentara Belanda
Tambahkan komentar
Belum ada komentar