Menara Sukarno di Pakistan
Kisah salah satu landmark kota di Pakistan yang menjadi simbol persahabatan erat Pakistan-Indonesia.
Monumen di kota Larkana, Sindh, Pakistan itu mudah dikenali. Selain bentuknya lebih tinggi dibanding bangunan lain, posisi monumen tersebut tepat berada di tengah jalan utama kota. Setiap waktu kendaraan lalu-lalang melewatinya.
Memang monumen tampak tidak biasa: terdiri dari tiga buah balok yang ditopang oleh sebuah pilar besar, dengan masing-masing mendapat tambahan pilar lain. Tiap-tiap pilar balok memiliki tinggi yang berbeda-beda. Ketebalan pilar utama hampir dua meter, didominasi warna putih, dan kokoh menjulang setinggi lebih kurang 10 meter pada titik puncaknya. Itulah Sukarno Tower (Menara Sukarno).
Dikutip laman resmi Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Karachi, Republik Islam Pakistan, pembangunan Sukarno Tower dilakukan setelah kunjungan Presiden pertama RI itu ke Pakistan pada 1963. Sementara peresmiannya sendiri dilakukan pada 1972 oleh Perdana Menteri Zulfikat Ali Bhutto.
Baca juga: Sukarno, Antara India dan Pakistan
“Sukarno Tower merupakan simbol kekaguman bangsa Pakistan terhadap Presiden Sukarno, yang telah memimpin bangsa Asia Afrika dalam pertemuan Asia Afrika tahun 1955 untuk melawan penjajahan atau kolonialisme di dunia,” tulis Konjen RI Karachi.
Pada pilar utama Sukarno Tower terdapat sebuah plakat yang berisi kata-kata dari Sukarno. Ada empat poin ungkapan Si Bung Besar, yaitu:
-
Fenomena eksistensi kehidupan modern adalah peningkatan dari peran masa.
-
Lima mutiara berhargaku: demokrasi, percaya kepada satu Tuhan, keadilan sosial, nasionalisme, dan internasionalisme.
-
Tujuanku bukanlah negara untuk satu individu atau satu kelompok tetapi semua untuk semua, satu untuk semua, semua untuk satu.
-
Jangan biarkan dunia berkata bahwa kemerdekaan kita merupakan sekedar hadiah dari diplomasi saja, tapi mereka harus tahu kita membelinya dengan darah, keringat, dan kesungguhan kita.
Pada Juli 2021 lalu, Konjen RI Karachi, June Kuncoro Hadiningrat bertemu Komisioner Larkana, Shafiq Ahmed Mahesar di Kantor Pemerintah Kota Larkana, Pakistan. Pertemuan tersebut bertujuan untuk mencari peluang kerja sama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya antar kedua negara.
Pada kesempatan tersebut, Konjen RI Karachi menyampaikan apresiasi kepada komisioner Larkana atas jasa baiknya dalam memfasilitasi berbagai upaya kerja sama dengan Indonesia. Kedua pihak menyampaikan komitmen untuk terus melanjutkan komunikasi dan hubungan baik di segala bidang. Salah satu bentuk komitmen tersebut diwujudkan dalam upaya revitalisasi terhadap Sukarno Tower.
“Keberadaan Sukarno Tower yang telah menjadi ikon atau landmark kota Larkana juga menjadi bukti komitmen dan kedekatan kota Larkana dengan bangsa Indonesia,” tulis Konjen RI Karachi.
Indonesia dan Pakistan memiliki hubungan sejarah yang panjang. Kedua negara telah menjalin persahabatan selama lebih dari setengah abad. Sukarno dan Pemimpin Liga Muslim India yang menginisiasi pembentukan negara Pakistan, Muhammad Ali Jinnah, saling mendukung satu sama lain dalam urusan kemerdekaan negara masing-masing.
Pada masa revolusi kemerdekaan, misalnya, ratusan orang Pakistan yang tergabung dalam pasukan Sekutu di Divisi British India melakukan desersi di Indonesia. Mereka enggan berhadapan dengan pejuang dan rakyat Indonesia yang dianggap sebagai saudara seiman.
Baca juga: Petualangan Hiu Kencana di Pakistan
Hubungan persahabatan keduanya juga terlihat saat Pakistan terlibat sengketa wilayah Kashmir dengan India pada 1965. Dalam konflik tersebut, Sukarno secara tegas mengambil sikap mendukung Pakistan. Menurut Ravi Shekhar Narain Singh dalam The Military Factor in Pakistan, Sukarno mengungkapkan kesanggupannya membantu kebutuhan darurat bagi Pakistan.
“Serangan India ke Pakistan sama saja seperti menyerang Indonesia …” tutur Sukarno sebagaimana diungkapkan Panglima Angkatan Udara Pakistan Marsekal Ashga Khan di dalam memoarnya, The First Round.
Sukarno, sebagaimana disebutkan Abraham Panumbangan dalam The Uncensored of Bung Karno, kemudian mengirimkan bantuan pasukan ke wilayah konflik. Selain itu, Indonesia juga menerjunkan dua kapal patroli bersenjata, serta kapal selam ke Kepulauan Andaman yang kala itu diduduki India.
Pakistan membalas sikap Indonesia itu dengan memberikan dukungan dalam kasus konfrontasi Indonesia-Malaysia. Meski Pakistan terikat solidaritas persemakmuran negara-negara Commonwealth, di mana India dan Malaysia berada di dalamnya, Presiden Pakistan Ayub Khan membela posisi Sukarno dengan bersikap netral.
Baca juga: Konflik Kashmir Tiada Akhir
Menurut Sigit Aris Prasetyo dalam Dunia dalam Genggaman Bung Karno, Sukarno menjalin hubungan erat dengan sederet pemimpin besar Pakistan, di antaranya: Muhammad Ali Jinnah, Presiden Iskander Mirza, dan Presiden Ayub Khan.
Hubungan kedekatan Sukarno dengan Ayub Khan dapat diketahui karena keduanya sering saling mengunjungi. Seperti ketika Sukarno melakukan lawatan ke Pakistan pada Juni 1963. Presiden pertama RI itu disambut bak tamu agung. Sukarno diarak menggunakan kereta kuda mengelilingi jalan protokol di Karachi.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar