top of page

Sejarah Indonesia

Kisah Pembunuh Si Jalak Harupat

Kisah Pembunuh Si Jalak Harupat

Penghilangan Oto Iskandar di Nata hingga kini masih menjadi misteri. Laskar Hitam disebut-sebut sebagai biang keladinya.

Oleh :
9 Oktober 2020

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Oto Iskandar di Nata bersama keluarga. (Sinar Harapan, 29 Maret 1974/Perpusnas RI).

KABAR dari masa lalu itu merebak menjelang 30 September 2020. Tetiba beberapa kalangan di media sosial menyebut bahwa sejatinya pihak yang menculik sekaligus membunuh tokoh nasional dari Jawa Barat Oto Iskandar di Nata pada Desember 1945 adalah Partai Komunis Indonesia (PKI) yang tergabung dalam Laskar Ubel-Ubel Hitam. Sumber yang mereka rujuk adalah buku Ayat-Ayat yang Disembelih karya Anab Afifi.


Sejarawan Iip D. Yahya menyebut anggapan tersebut terlalu gegabah dan menyederhanakan masalah. Pembunuhan tokoh berjuluk Si Jalak Harupat (Ayam Petarung) itu sesungguhnya memiliki latar belakang masalah yang sangat kompleks.


Iip juga mengeritik beberapa kesalahan dasar terkait Oto Iskandar di Nata dalam buku Ayat-Ayat yang Disembelih. Salah satunya soal nama kelompok yang dikaitkan dengan pembunuhan Oto.


“Sepengetahuan saya nama kelompok itu adalah Laskar Hitam, bukan Laskar Ubel-Ubel Hitam,” ujar penulis buku Oto Iskandar di Nata the Untold Stories itu.


Kalau pun mau disebut pelakunya PKI, kata Iip, kita harus merunut dulu secara historis apakah saat kejadian itu berlangsung, sebagai organisasi resmi PKI sudah ada lagi? Sebagai catatan,  usai melakukan pemberontakan pada 1926, PKI dibubarkan oleh pemerintah Hindia Belanda. Para pengikutnya kemudian terceraiberai dan sebagian dibuang ke Digul (Papua).


Pertanyaan Iip itu sesungguhnya telah dijawab oleh Siswoyo dalam otobiografinya, Siswoyo dalam Pusaran Arus Sejarah Kiri: Memoar Anggota Sekretariat CC PKI yang disusun oleh Joko Waskito. Menurut salah satu tokoh komunis Indonesia itu, PKI baru kembali mendeklarasikan secara resmi partainya setelah mereka mengadakan Konferensi Nasional pada awal 1947 di Surakarta.


“Kongres IV menghasilkan pengurus baru PKI… [yang secara organisasi] masih menggunakan pola lama seperti digunakan PKI Angkatan 1926,” ungkap Siswoyo.

*

Jalan Kapas No. 2 Jakarta pada suatu hari di bulan Desember 1945. Sanusi Hardjadinata tengah berbincang akrab dengan Oto Iskandar di Nata ketika beberapa pemuda mendatangi mereka berdua. Setelah berbincang sebentar, para pemuda yang nampaknya berasal dari satu kelompok laskar tersebut kemudian membawa Oto. Entah kemana.


Sejak itulah Oto menghilang dari peredaran. Menurut Mujitaba bin Murkam (salah seorang anggota Laskar Hitam yang menjadi satu-satunya pelaku yang diadili pada 16 Agustus 1958), para pemuda itu membawa Oto ke Rumah Tahanan Tanah Tinggi. Dari situ, dia lantas dipindahkan ke penjara polisi di Tangerang. Oto kemudian jatuh ke tangan Laskar Hitam yang pada sekira pertengahan Desember 1945 mengeksekusinya di Pantai Mauk.


“Pak Oto dieksekusi dengan cara ditusuk dengan pisau belati bagian lehernya,” ujar Iip.


Kematian Oto meninggalkan misteri lain mengenai Laskar Hitam. Menurut Iip dalam bukunya, Laskar Hitam merupakan unit khusus dari Pasukan Berani Mati pimpinan Abdullah. Mereka pendukung kuat dari Achmad Chairun, seorang komunis yang mendirikan Republik Tangerang pada 18 Oktober 1945. Belakangan gerakan separatis itu kemudian berhasil ditumpas oleh kekuatan bersenjata Republik Indonesia.


Sejarawan Rushdy Hoesein mengamini pendapat Iip. Kendati tidak menutup kemungkinan ada unsur komunis-nya, namun dia memiliki pendapat bahwa Laskar Hitam tak sepenuhnya bercorak ideologis dan lebih cenderung kental warna kriminalnya.


“Kita tahulah saat ini wilayah pesisir Tangerang diramaikan dengan para jago, garong dan para penyamun bersenjata. Saya pikir Laskar Hitam itu lebih menyerupai kelompok-kelompok tersebut,” ujarnya.


Ketika pulang dari wilayah Banten, Maroeto Nitimihardjo (tokoh pemuda Menteng 31) pernah ditahan dan nyaris dibunuh oleh Laskar Hitam. Untunglah saat situasi kritis, seorang komandan mereka bernama Haji Jaya mengenal Maroeto dan sebaliknya Maroeto pun mengenal baik Haji Jaya.


“Ia seorang pejuang lama yang ikut pemberontakan PKI tahun 1926 di daerah Banten,” ungkap Maroeto seperti dituturkan kepada anaknya Hadidjojo dalam Ayahku Maroeto Nitimihardjo Mengungkap Rahasia Gerakan Kemerdekaan.


Berkelindan dengan pendapat Rushdy Hoesein, Maroeto menyebut Laskar Hitam lebih seperti kelompok petualang semata. Usai Republik Tangerang tertumpas, Laskar Hitam itu disinyalir berubah menjadi kelompok penjahat sejati yang dikenal orang-orang Tangerang kala itu sebagai Gerombolan Mat Item.


Dalam kasus pembunuhan Oto, Iip meyakini bahwa Laskar Hitam hanyalah pelaku lapangan. Itu terbukti dari ketidaktahuan mereka kepada Oto yang merupakan salah satu orang penting di Republik Indonesia. Dengan kata lain, Laskar Hitam hanya menerima “order” dari “orang berkuasa” untuk menghabisi Oto yang disebut-sebut sebagai “penjual Bandung kepada Belanda”. Soal itu diakui Mujitaba saat diperiksa Jaksa Priyatna Abdurrasyid.


“Mujitaba mengaku membunuh Oto Iskandar di Nata karena ia mendapat perintah tidak jelas dari siapa,” ungkap Priyatna Abdurrasyid dalam otobiografinya, Dari Cilampeni ke New York: Mengikuti Hati Nurani yang disusun oleh Ramadhan K.H.


Benarkah tuduhan tersebut? Iip meragukannya. Menurutnya dengan latarbelakang Oto yang sangat republiken dan loyal kepada Sukarno-Hatta, hal tersebut sangat jauh panggang dari api. Oto tak lebih dari korban intrik politik saat itu.


Pendapat Iip diperkuat oleh Atih Amini, salah seorang putri Oto, yang mengatakan bahwa sebelum terjadinya penculikan tersebut, dalam sepucuk surat kepada ibunya (istri Oto) Raden Ajeng Sukirah, sang ayah mengeluhkan dirinya sedang difitnah seseorang.


Beruntung “keluhan Oto” itu sempat diabadikan oleh Nina Herlina Lubis dalam bukunya Si Jalak Harupat, Biografi Oto Iskandar di Nata, 1897-1945:


“…Sepertinya Bapak tengah mendapat ujian dari Tuhan. Tiada cara lain selain pasrah kepada takdirNya. Dalam situasi seperti ini tentu saja saya ada dalam kondisi prihatin karena tengah difitnah orang lain…” demikian dalam surat Oto yang aslinya berbahasa Sunda itu.*

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

Sebagai murid, S.K. Trimurti tak selalu sejalan dengan guru politiknya. Dia menentang Sukarno kawin lagi dan menolak tawaran menteri. Namun, Sukarno tetap memujinya dan memberinya penghargaan.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
bottom of page